Di balik kekayaan alam Tulung Agung bidang mamer dan geti, sapu sepet karya Sumaji terkenal kuat sehingga pemintaannya bajir. Karena peluang pasarnya masih terbuka luar, warga desa lainnya ikut menekui kerajinan tangan ini sehingga dari sapu sepet pendapatan warga tidak lagi ‘sepet.’
Sumarji (39) warga RT 01 RW 02 Dusun Siwalan Desa Tiudan Kecamatan Gondang adalah salah satu orang yang giat menekuni kerajinan ini. Usaha ini turunan dari keluarganya yang ditekuni sejak tahun 1998 silam.
Sepintas memang terlihat sepele dan dianggap tidak menghasilkan keuntungan yang memadahi. Tapi jangan salah, berkat ketekunannya, produk kerajinan sapu sabut kelapa milik Sumardji saat ini telah menembus pasar-pasar di beberapa kota daerah Jawa Timur antara lain Kediri, Nganjuk, dan Trenggalek. Pria ini pun tak hanya mampu menghidupi keluarganya tapi juga para tetangga sekitarnya.
Dalam proses produksi, Sumarji hanya mengunakan alat tradisional. Dia bekerja dibantu istri beserta tetangga sekitarnya. "Dalam tiga hari saya bisa mengirimkan 100 biji sapu dari sabut kelapa siap pakai dengan harga per biji sekitar Rp 2.000, “ ujar Sumardji.
Sapu sabut kelapa produksi Sumarji bukan seperti kebanyakan sapu lain. Meski bahan bakunya sama, namun proses produksinya dilakukan secara tradisional. Dan inilah yang menjamin produksi sapu karya bapak dua orang putra ini menjadi banyak diminati orang karena tahan lama juga harganya sangat terjangkau.
“Sebenarnya saya ingin terus mengembangkan usaha ini namun sayang sekali saya mengalami keterbatasan dalam hal permodalan untuk pengadaan alat penggilas sabut kelapa. Akibatnya cukup banyak peluang yang tidak bisa saya garap karena keterbatasan tersebut. Untuk itu saya berharap agar ada pihak yang mau memfasilitasi pemberian permodalan dan pengadaan alat penggilas sabut kelapa ini” ujarnya. (bdh)
Sumarji (39) warga RT 01 RW 02 Dusun Siwalan Desa Tiudan Kecamatan Gondang adalah salah satu orang yang giat menekuni kerajinan ini. Usaha ini turunan dari keluarganya yang ditekuni sejak tahun 1998 silam.
Sepintas memang terlihat sepele dan dianggap tidak menghasilkan keuntungan yang memadahi. Tapi jangan salah, berkat ketekunannya, produk kerajinan sapu sabut kelapa milik Sumardji saat ini telah menembus pasar-pasar di beberapa kota daerah Jawa Timur antara lain Kediri, Nganjuk, dan Trenggalek. Pria ini pun tak hanya mampu menghidupi keluarganya tapi juga para tetangga sekitarnya.
Dalam proses produksi, Sumarji hanya mengunakan alat tradisional. Dia bekerja dibantu istri beserta tetangga sekitarnya. "Dalam tiga hari saya bisa mengirimkan 100 biji sapu dari sabut kelapa siap pakai dengan harga per biji sekitar Rp 2.000, “ ujar Sumardji.
Sapu sabut kelapa produksi Sumarji bukan seperti kebanyakan sapu lain. Meski bahan bakunya sama, namun proses produksinya dilakukan secara tradisional. Dan inilah yang menjamin produksi sapu karya bapak dua orang putra ini menjadi banyak diminati orang karena tahan lama juga harganya sangat terjangkau.
“Sebenarnya saya ingin terus mengembangkan usaha ini namun sayang sekali saya mengalami keterbatasan dalam hal permodalan untuk pengadaan alat penggilas sabut kelapa. Akibatnya cukup banyak peluang yang tidak bisa saya garap karena keterbatasan tersebut. Untuk itu saya berharap agar ada pihak yang mau memfasilitasi pemberian permodalan dan pengadaan alat penggilas sabut kelapa ini” ujarnya. (bdh)
No comments:
Post a Comment