Jangan Menyesal Tak Bisa Ke Bromo, Asal Sudah Datang Ke Ngadas
Jalan-jalan Ke Gunung Bromo, jangan lupa singgah ke Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Tetapi jangan nyesal, jika sudah ke Desa Ngadas, perjalanan ke Puncak Bromo gagal, sebab alam Ngadas menjanjikan lebih menawan mempesona.
Dari Puncak Bromo Ngadas terletak di sebelah Selatannya dan hanya berjarak 20. Dari Ngadas sejauh mata memandang ke arah Timur tampak deretan puncak-puncak Gunung Semeru. Dengan ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (DPL), wisatawan dapat menyaksikan pesona alam pegununan yang sungguh menawan. Sejauh mata memandang tampak deretan
pegunugan dan Gunung Semeru menjulang tinggi di arah arah Timur. Kemudian bukit-bukit dan lembah yang digunakan warga sebagai ladang sayur, sehingga menambah variasi keindahan alam.
Bila cuaca cerah (tidak berkabut atau mendung) Puncak Semeru terlihat sangat indah dan gagah menembus langit dan awan putih mengelilingi tubuhnya. Pemandangan ini terlihat lebih indah bila dilihat dari Bukit SD Ngadas 01 atau di Belakang Masjid Ngadas. Di tempat itu jarak pandang sangat bebas dan terbuka.
Tidak hanya alamnya, tradisi dan adat istiadat warga Ngadas patut dijadikan tontonan hati yang menyenangkan. Masyarakatnya sangat ramah.
Bila sonjo (bertamu) ke rumah warga, akan di sambut dengan kehangatan khas Ngadas. Dengan senang hati mereka akan menyuguhkan hidangan khas Ngadas, seperti kentang rebus yang gurih dan manis. Jika sudah dihidangkan makanan, maka hukumnya wajib harus memakannya. Sembari menikmati hidangan, akan disediakan api-api, tungku hangat dengan bara api untuk menghangatkan badan. Saat berpamitan, dengan ramahnya tuan rumah akan mengucapkan, ”Benjing jenengan mriki malih nggih.” (besok datang ke sini lagi ya).
Bila datang lagi ke Desa Ngadas, tak perlu mengkhawatirkan masalah tempat tinggal. Kini di desa itu sudah ada 22 homestay untuk menerima tamu atau wisatawan. Bahkan bila datang, maka petugas linmas siap memberi petunjuk dan mengantar ke rumah-rumah yang siap dijadikan tempat menginap.
“Disini banyak sekali petugas Linmas, karena biasanya banyak orang yang ingin ke Bromo dan transit disini,”ujar Sujudno (52 tahun), Kepetengan (Kepala Keamanan) Desa Ngadas.
Adat Istiadat
Tanah desa sangatlah subur dan sebagia besar ditanami kentang, bawang pre, kubis, tomeo, dan beragam sayuran lainnya. Sebagian besar penduduk yang mendiami desa tersebut merupakan keturunan Suku Tengger asli.Meski menganut ajaran agama yang berbeda, pada umumnya masyarakat Tengger sangat kuat memegang keyakinan dan adat istiadatnya secara turun-temurun.
Setiap tahun masyarakat Tengger selalu melaksanakan upacara keagamaan dan upacara adat sesuai dengan penanggalan Saka. Upacara itu biasanya berkaitan dengan hajatan warga atau upacara rutin tahunan.
Upacara yang berkaitan dengan hajatan, antara lain Entas-Entas, Wolo Goro untuk upacara pernikahan, Tugel Kuncung, Tugel Gombag, Penditanan untuk semua dukun, Sayut untuk upacara adat 7 bulanan wanita hamil, Kekerik untuk upacara lepas pusar bayi dan Among-among untuk upacara bagi anak yang sudah mulai bisa bekerja menghasilkan uang.
Upacara pernikahan, tugel gobag, tugel kuncung dan khitanan biasanya akan disertai dengan acara tayuban dan jaran kencak. Jaran Kencak digunakan untuk karak-karakan (arak-arakan) mengelilingi Dusun Ngadas. Para pengunjung atau tamu bisa langsung menyaksikan rangkaian upacara adat tersebut bila sedang dilaksanakan.
Sedangkan upacara tahunan (periodik) yang dilaksanakan cukup beragam. Misalnya saja upcara Pujan, Kasada, Karo, Unan-Unan, Barikan, Mayu Dusun, dan Galungan. Sedangkan untuk ritual desa adat Karo, diantaranya pujan Kliman, pujan Kwolu, pujan Kesanga, dan pujan Kasodo. Khusus Kasodo, masyarakat mengadakan kegiatannya di kawasan Gunung Bromo. Ritual lainya dilakukan di dukun setempat atau rumah kepala desa, atau di Makam Mbah Sadek (pendiri desa) yang wafat pada tahun 1831. (bdh)
Jalan-jalan Ke Gunung Bromo, jangan lupa singgah ke Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Tetapi jangan nyesal, jika sudah ke Desa Ngadas, perjalanan ke Puncak Bromo gagal, sebab alam Ngadas menjanjikan lebih menawan mempesona.
Dari Puncak Bromo Ngadas terletak di sebelah Selatannya dan hanya berjarak 20. Dari Ngadas sejauh mata memandang ke arah Timur tampak deretan puncak-puncak Gunung Semeru. Dengan ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (DPL), wisatawan dapat menyaksikan pesona alam pegununan yang sungguh menawan. Sejauh mata memandang tampak deretan
pegunugan dan Gunung Semeru menjulang tinggi di arah arah Timur. Kemudian bukit-bukit dan lembah yang digunakan warga sebagai ladang sayur, sehingga menambah variasi keindahan alam.
Bila cuaca cerah (tidak berkabut atau mendung) Puncak Semeru terlihat sangat indah dan gagah menembus langit dan awan putih mengelilingi tubuhnya. Pemandangan ini terlihat lebih indah bila dilihat dari Bukit SD Ngadas 01 atau di Belakang Masjid Ngadas. Di tempat itu jarak pandang sangat bebas dan terbuka.
Tidak hanya alamnya, tradisi dan adat istiadat warga Ngadas patut dijadikan tontonan hati yang menyenangkan. Masyarakatnya sangat ramah.
Bila sonjo (bertamu) ke rumah warga, akan di sambut dengan kehangatan khas Ngadas. Dengan senang hati mereka akan menyuguhkan hidangan khas Ngadas, seperti kentang rebus yang gurih dan manis. Jika sudah dihidangkan makanan, maka hukumnya wajib harus memakannya. Sembari menikmati hidangan, akan disediakan api-api, tungku hangat dengan bara api untuk menghangatkan badan. Saat berpamitan, dengan ramahnya tuan rumah akan mengucapkan, ”Benjing jenengan mriki malih nggih.” (besok datang ke sini lagi ya).
Bila datang lagi ke Desa Ngadas, tak perlu mengkhawatirkan masalah tempat tinggal. Kini di desa itu sudah ada 22 homestay untuk menerima tamu atau wisatawan. Bahkan bila datang, maka petugas linmas siap memberi petunjuk dan mengantar ke rumah-rumah yang siap dijadikan tempat menginap.
“Disini banyak sekali petugas Linmas, karena biasanya banyak orang yang ingin ke Bromo dan transit disini,”ujar Sujudno (52 tahun), Kepetengan (Kepala Keamanan) Desa Ngadas.
Adat Istiadat
Tanah desa sangatlah subur dan sebagia besar ditanami kentang, bawang pre, kubis, tomeo, dan beragam sayuran lainnya. Sebagian besar penduduk yang mendiami desa tersebut merupakan keturunan Suku Tengger asli.Meski menganut ajaran agama yang berbeda, pada umumnya masyarakat Tengger sangat kuat memegang keyakinan dan adat istiadatnya secara turun-temurun.
Setiap tahun masyarakat Tengger selalu melaksanakan upacara keagamaan dan upacara adat sesuai dengan penanggalan Saka. Upacara itu biasanya berkaitan dengan hajatan warga atau upacara rutin tahunan.
Upacara yang berkaitan dengan hajatan, antara lain Entas-Entas, Wolo Goro untuk upacara pernikahan, Tugel Kuncung, Tugel Gombag, Penditanan untuk semua dukun, Sayut untuk upacara adat 7 bulanan wanita hamil, Kekerik untuk upacara lepas pusar bayi dan Among-among untuk upacara bagi anak yang sudah mulai bisa bekerja menghasilkan uang.
Upacara pernikahan, tugel gobag, tugel kuncung dan khitanan biasanya akan disertai dengan acara tayuban dan jaran kencak. Jaran Kencak digunakan untuk karak-karakan (arak-arakan) mengelilingi Dusun Ngadas. Para pengunjung atau tamu bisa langsung menyaksikan rangkaian upacara adat tersebut bila sedang dilaksanakan.
Sedangkan upacara tahunan (periodik) yang dilaksanakan cukup beragam. Misalnya saja upcara Pujan, Kasada, Karo, Unan-Unan, Barikan, Mayu Dusun, dan Galungan. Sedangkan untuk ritual desa adat Karo, diantaranya pujan Kliman, pujan Kwolu, pujan Kesanga, dan pujan Kasodo. Khusus Kasodo, masyarakat mengadakan kegiatannya di kawasan Gunung Bromo. Ritual lainya dilakukan di dukun setempat atau rumah kepala desa, atau di Makam Mbah Sadek (pendiri desa) yang wafat pada tahun 1831. (bdh)
No comments:
Post a Comment