Warga panen jagung. |
SITUBONDO – Cuaca yang tidak menentu membuat petani jagung di Situbondo terus dilanda kecemasan. Sebab, meski stok jagung menipis, namun harga jual petani tidak kunjung mengalami lonjakan signifikan. Justru, hinggi saat ini harga jagung masih naik turun. Fluktuatifnya harga jagung tersebut, dimungkinkan karena faktor musim yang tidak menentu.
Memang, meski di daerah lain mulai memasuki musim hujan, tidak demikian dengan di Situbondo. Hingga kini, baru mendung tebal yang sering bergelanyut. Sedangkan hujan masih jarang turun di wilayah Kota Santri. Cuaca yang tidak menentu itu konon membuat para tengkulak jagung enggan berspekulasi. “Karena kalau sudah terkena hujan, pipilan jagung yang sudah dipanen itu akan mudah terkena jamur. Kalau begitu, harganya bisa rusak,” tukas Anwar, salah satu tengkulak jagung di Situbondo, Senin (28/11).
Tak heran, saat ini harga jagung terus naik turun. Bahkan, perubahan harga itu bisa terjadi dalam tempo cepat, yakni hanya satu hari. Misalnya, saat ini harga jagung Rp 2.350 per kilogramnya. Padahal, hari sebelumnya harga jagung pipilan masih berkisar Rp 2.450–Rp 2.500 per kilogramnya. Bahkan, lonjakan harga jagung sempat tembus Rp 2.650 per kilogram.
“Sekarang perubahan harga jagung cepat sekali. Lusa kemarin masih Rp 2.450, sekarang sudah turun lagi jadi Rp 2.350 per kilogramnya,” beber HM Ali Hasan, petani Desa Curah Jeru, Kecamatan Panji.
Situasi itu membuat para petani jagung di Situbondo resah. Mereka khawatir penjualan jagungnya bersamaan dengan anjloknya harga. Karena tidak heran saat harga jagung tinggi petani buru-buru memanen jagungnya. Meskipun ada yang belum saatnya dipanen. Sebaliknya, ketika harga anjlok petani berusaha mempertahankan jagungnya hingga terjadi lonjakan harga berikutnya.
“Tapi repot juga, siapa yang berani jamin besok harga jagung naik. Malah, bisa-bisa turun lagi. Kalau dipertahankan terus jagungnya bisa rusak. Apalagi kalau sampai terkena air hujan, jagung dijemur dan rendemennya jadi turun. Karena itu, sebaiknya kembalikan saja pada takaran rezeki dari Allah. Sehingga petani tetap bisa bersyukur dengan hasil pertaniannya,” pungkas HM Ali Hasan. (dm/zal)
No comments:
Post a Comment