Suasana di Istana Gebang. |
Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar memastikan urusan pembayaran rumah peninggalan keluarga Bung Karno akan beres pada akhir bulan ini. Namanya akan diubah menjadi Museum Bung Karno dan ditargetkan menjadi meseum sejarah terbesar di Asia Tenggara.
HENDIK YUANTORO
BLITAR
Pembayaran kekurangan pembelian rumah peninggalan keluarga Bung Karno akan dilunasi pada akhir bulan November 2011 ini. Sampai saat ini Pemkot Blitar masih menunggu hasil Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD 2011 Provinsi Jawa Timur. “Sebab kekurangan Rp 15 miliar menjadi tanggungan dari Provinsi Jawa Timur,” ujar Kabag Humas Pemkot Blitar Hadi Maskun, Kamis (10/11).
Oleh 15 orang ahli waris kerabat Bung Karno, rumah yang tersohor dengan nama Istana Gebang itu dijual ke negara Rp 35 miliar. Para cucu mendiang Ny Soekarmini Wardoyo (kakak kandung Bung Karno) merasa tidak mampu lagi merawat tanah seluas 1,4 hektar dengan 8 bangunan berdiri di atasnya tersebut. Pro kontra di antara ahli waris sempat terjadi, meski pada akhirnya semuanya bersuara bulat merelakan tanah leluhurnya jatuh ke tangan negara.
Secara biografis, istana gebang memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi Bung Karno. Selain pernah menjadi kediaman masa kecil, rumah bergaya feodal Jawa tersebut hingga kini masih menyimpan benda-benda pribadi Bung Karno dan keluarganya. Mebelair, foto, lukisan, pusaka hingga mobil Mercedes Benz Bung Karno saat menjabat sebagai Presiden Pertama RI, masih terjaga dengan baik.
Hadi Maskun mengaku tidak ada kendala yang serius mengenai pelunasan pembayaran. Dari bulan Oktober yang mundur ke bulan November, lebih dikarenakan proses anggaran di provinsi belum tuntas. Sebab, dalam hal pembayaran, Pemkot Blitar telah gugur kewajiban. Seperti komiten yang disepakati, Pemprov Jatim berkewajiban Rp 25 miliar dan Pemkot Blitar Rp 10 miliar. “Kalaupun akhir November meleset, awal Desember kita janjikan pembayaran sudah lunas,” terangnya.
Sementara itu, sejak terjadi pro kontra pelepasan hingga mulai dilakukan pembayaran tahap pertama, Istana Gebang tertutup untuk umum. Rumah sejarah yang biasanya menjadi kunjungan para wisatawan Makam Bunu Karno itu dikunci dari dalam. Lampu ruangan dan teras tetap menyala meski malam telah berganti siang. Ini menunjukkan tidak ada kehidupan lagi di Istana Gebang.
Sebelum terjadi pelunasan, lanjut Hadi Maskun, hak pengelolaan Istana Gebang masih berada di tangan ahli waris. Pemkot baru akan melimpahkan pengelolaan ke dinas pariwisata setelah semuanya terbayar lunas. “Kalau masalah Istana Gebang masih tertutup untuk umum, kami tidak berani berkomentar. Tanyakan langsung kepada ahli waris,” pungkasnya.
Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar, mengatakan akan mengubah Istana Gebang menjadi Museum Bung Karno. Kepala daerah yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Blitar ini akan mengumpulkan seluruh benda sejarah terkait Bung Karno yang masih tersebar di berbagai tempat di seantero Nusantara. “Saya akan menjadikan museum Bung Karno sebagai museum sejarah terbesar di Asia Tenggara, “ujarnya.(dm)
No comments:
Post a Comment