PACITAN
- Ruwetnya persoalan yang melilit proses pembebasan lahan Jalan Lintas Selatan
(JLS) di sejumlah titik, serta pembebasan lahan proyek pelabuhan niaga,
mengindikasikan lemahnya transparansi pemerintah dengan masyarakat. Karena itu,
Arif Setia Budi, pengamat Public Policy Pacitan, mengingatkan, sesegera mungkin
persoalan itu bisa disikapi.
Menurutnya,
pemerintah perlu membangun transparansi publik apalagi yang menyangkut dampak
dari pembangunan jangka panjang. Seperti halnya JLS, pelabuhan niaga, PLTU,
Geopark, atau masih banyak lainnya. "Ini bisa dilakukan dengan fasilitasi
banyak media. Misalnya, seperti pemasangan baliho, leaflett, disetiap gerbang
pintu masuk, serta tempat-tempat strategis lainnya," kata Arif, Rabu
(8/11).
Dia
berpendapat, upaya publikasi semacam itu akan berdampak terhadap pemahaman
masyarakat luas, bahwa kedepan daerahnya bakal menjadi kota wisata yang sangat menjanjikan.
"Secara otomatis, tingkat perekonomian mereka akan meningkat tajam,"
ujarnya.
Selain
itu, penyiapan internal masyarakat, dipandang jauh lebih penting ketimbang
persiapan dari sisi eksternalnya atau bisa diistilahkan sebagai chanelling.
Nah, sebelum merintis pembangunan eksternal tersebut, Pemkab Pacitan mestinya
mempersiapkan masyarakatnya terlebih dulu. "Artinya, pemerintah sebisa
mungkin mengkampanyekan grand program
kedepan. Dengan harapan, masyarakat ikut peduli terhadap daerahnya,"
paparnya, kemarin.
Arif
menandaskan, kepedulian masyarakat, bisa menjadi modal sosial (social capital)
bagi pemkab untuk menopang pelaksanaan berbagai program pembangunan.
"Sehingga dengan begitu, tak akan lagi terdengar kasus-kasus seperti
pembebasan lahan JLS misalnya. Andaikata transparansi bisa terbangun, saya
beranggapan bisa menjadi daya ungkit terciptanya sinergitas antara pemerintah,
swasta dan masyarakat," tandasnya. (dm/yun)
No comments:
Post a Comment