Meski harga cabe merangkak naik, menurut Khalimah, salag seorang pedagang di pasar tradisional Pasar Legi Jombang, kiriminan masih lancar. |
Salah satu petani cabai, Suharno mengatakan, turunya hujan selama beberapa hari ini membuat ia melakukan penyemprotan pupuk dan hama tiga hingga empat kali setiap 10 hari. Padahal saat kemarau ia hanya perlu melakukan penyemprotan sekali dalam periode yang sama. "Sekarang hujan terus setiap hari. Jadi mau gak mau tiga hari sekali harus disemprot kalau mau hasinya bagus. Kalau gak begitu panennya bisa jelek. Hal itu yang membuat harga cabai naik," ujarnya, Kamis (3/11/2011).
Suharno menambahkan, hal tersebut secara langsung menambah biaya produksi. Pada kondisi normal biaya pemeliharaan hanya sekaitar Rp4 juta per hektare ladang, saat ini mencapai sekitar Rp10 juta per hektare ladang.
Selain itu, lanjut Suharno, tingginya permintaan menjelang hari raya Idul Adha atau yang disebut juga hari raya Qurban ikut memperngruhi harga cabe merah kriting. Pasalnya bulan haji sering dianggap bulan baik oleh orang jawa.
"Kalau bulan-bulan seperti ini memang ada peningkatan permintaan. Karena selaian bertepatan dengan hari raya juga banyak orang yang yang memiliki hajat. Jadi pasti banyak yang butuh cabai," ucap ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Madiun ini.
Di Kabupaten Madiun, jumlah lahan perkebunan cabe mencapai 30 hektare yang tersebar di Kecamatan Dagangan, Dolopo, Balerejo dan Geger. Total panen cabe yang dihasilkan mencapai sekitar 200 ton pada satu kali musim tanam atau sekitar tiga bulan dengan 15 kali petik tiap pohon.[bj]
No comments:
Post a Comment