Gunung Panderman berkabut di sore hari. |
“Larangan itu juga bertujuan untuk memilihkan kondisi hutan yang baru saja terbakar pertengahan Oktober lalu. Perhutani sudah menyampaikan informasi itu pada anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan. Intinya selama musim penghujan dilarang mendaki gunung,” terang Ali Aji, koordinator LMDH se-Kota Batu, Senin (7/11) kemarin.
Diterangkan, sejak awal November intensitas hujan di wilayah Kota Batu cukup tinggi. Hujan turun hampir tiap hari antara pukul 14.00-17.00 WIB. Waktu hujan turun, lereng dan puncak Panderman sering diselimuti kabut. Pada kondisi semacam itu, kata Ali Aji, sangat membahayakan keselamatan pendaki.
“Waktu puncak Panderman berkabut, suhu udara seketika turun rata-rata mencapai 15 derajat celcius. Ditambah lagi situasi yang gelap. Jadi sebaiknya untuk sementara waktu dibatalkan dulu rencana berlibur ke puncak gunung," lanjut ia.
Diterangkan, tiap akhir pekan para pendaki dari luar kota, terutama dari kalangan mahasiswa mendaki puncak gunung. Biasanya dilakukan berkelompok ada pula yang dilakukan seorang diri. Pendakian ke puncak gunung paling sering dilakukan sore dan tengah malam.
Selanjutnya untuk mengembalikan kondisi hutan, penghijauan direncanakan awal Desember mendatang. “Sekarang ini kita sedang mempersiapkan bibit pohon. Lereng gunung akan kita jadikan hutan rimba lagi,” sebut Ali Aji.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Kota Batu Bambang Parianom menambahkan, untuk pelaksanaan penghijauan Pemkot akan berkoordinasi dengan semua pihak. Mulai Perhutani, kepolisian, TNI, Tagana, LMDH dan masyarakat peduli lingkungan.
Bambang kembali mengingatkan, musim hujan seperti bulan ini ancamannya adalah banjir lahar dingin. Sebab pohon dan semak belukar di lereng Gunung Panderman baru saja terbakar.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Daerah Kota Batu, Widodo. Tahun ini pemerintah fokus melakukan penghijauan di kawasan Gunung Panderman. “Kalau lereng gunung tidak segera kita hijaukan, maka ancaman bahaya tanah longsor semakin tinggi. Selain itu mengancam keberadaan sumber mata air di bawahnya,” pungkas Widodo. * jun
No comments:
Post a Comment