Diterima Kadispendik Jatim Dr Harun. |
PRESTASI memang mahal harganya. Butuh banyak hal untuk meraihnya. Jer basuki mawa bea (biaya) hingga kesulitan-kesulitan lain. Sebanyak 12 siswa asal Pamekasan dan Sumenep, Madura, Jawa Timur, merasakan benar hal itu. Tapi buah dari perjuangan itu pun sekarang mereka rasakan dengan meraih medali perunggu dalam even World Mathematics Team Championship (WMTC) 2011 yang digelar 2 - 6 November di Beijing, China.
WAJAH 12 santri itu berbinar saat tiba kembali di tanah air setelah memeram kecerdasan dalam kompetisi di Negeri Tirai Bambu. Mereka langsung diterima Dirjen Pendis Kemenag, Muhammad Ali, di Kantor Kemenag RI Jakarta, Selasa (8/11).
Para santri pintar itu yakni Misbahul Anwar dan Khairul Umam (MA Darul Ulum Banyuanyar, Pamekasan), Ahmad Hudah, Ahmad Zainuddin, Ega Bandawa Winata (MTs Unggulan Bustanul Ulum, Waru Pamekasan), Zaky Firmawan el Hakim dan Ahmad Syauqi (MTSN Sumber Bungur, Pamekasan), Wildi Fachrizal (SMP 5 Pamekasan), Khansa al Faizy (SMP 1 Pamekasan), Muhammad Taufiq Hakiki dan Rafika Nurmasari (RSBI SMAN 1 Sumenep), dan Prima Sultan Hudiyanto (SDBI Lawangan Daya, Pamekasan). Mereka merasa lega bisa mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Namun bukan perkara mudah berlaga di even internasional tersebut sebab lawan-lawan dari negara lain sudah terkenal sangat pintar dalam matematika. Maka, perasaan pesimistis sempat muncul juga ketika mereka berangkat ke Beijing.
Awalnya pun para guru tidak yakin bisa mengikuti lomba matematika kelas dunia yang disponsori oleh Komite Kompetisi Matematika Harapan Cup dan WMTC (Amerika Serikat) itu. Selain ada 73 tim dan lebih dari 500 pesaing dari Amerika Serikat, ada juga pesaing dari Bulgaria, Vietnam, Filipina, Sri Langka, Singapura, Taiwan, Hongkong, Makau, dan China.
Namun, berkat kegigihan dan semangat kerjasama antara pihak sekolahan dan masyarakat Madura, akhirnya mereka bisa berangkat mengikuti lomba dan berhasil meraih juara mengalahkan pesaing dari negara-negara lain termasuk China.
Nukman Affandi SPd.I (45), Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Bustanul Ulum, Pamekasan, Madura, kepada Duta Masyarakat, menuturkan, untuk biaya transportasi pergi ke Beijing, China, pihaknya menghabiskan kurang lebih Rp 200 juta. Biaya tersebut tidak ditanggung Pemerintah Indonesia melainkan pihaknya sendiri, dengan cara patungan. Hal itu dilakukan hingga menggadaikan barang berharga milik salah satu guru sekolah.
“Sampai-sampai Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil saya gadaikan untuk menambahi biaya pergi ke Beijing, China,” ujar Nukman Affandi di sela-sela pertemuan rombongan peraih mendali perunggu dengan Dirjen Pendidikan Agama Islam Muhammad Ali di Kantor Kemenag, Jakarta, Selasa (8/11).
Nukman mengaku bahagia sekaligus berbesar hati dengan prestasi yang diraih oleh para santri Bustanul Ulum, yang bisa menjuarai lomba Matematika di tingkat dunia. Untuk itu prestasi yang mengharumkan nama bangsa itu sekaligus memberi contoh kepada siswa-siswi lain agar terus memompa semangat belajar dan lebih keras lagi dalam belajar. “Inilah anak Indonesia yang patut ditiru dan dibanggakan,” ujarnya.
Sebagai dukungan atas keberhasilan tersebut, Kemenag RI yang diwakili Dirjen Pendis Muhammad Ali memberikan penghargaan berupa sertifikat kuliah gratis di perguruan tinggi atau lembaga tinggi mana pun di seluruh Indonesia. “Dengan sertifikat kuliah gratis ini nanti, kalian bebas memilih kuliah di mana pun Anda suka di seluruh Indonesia, mau kuliah di UGM, ITS, Undip, UPB atau UI terserah milihnya ke mana,” ujanya.
Tidak sampai di situ saja, kata Dirjen, kalaupun nanti ada masalah dengan pihak sekolah ataupun ada orang yang mempermasalahkan, diharapkan segera melaporkan kepada pihak Kemenag. “Nanti kami tangani hingga memberikan sanksi. Jadi kalau ada masalah segera laporkan saya, bilang saya yang menjamin,” jelasnya.
Selain penghargaan kuliah gratis untuk siswa-siswi berprestasi, Dirjen juga akan memberi penghargaan kepada pihak sekolah berupa pembangunan fasilitas, sarana, dan prasarana sekolah yang bersangkutan di Madura. “Maaf kami tidak memberi uang tapi kami siap memfasilitasi siswa dan membangun gedung sekolahan, dan untuk pelatih Ahmad Faisal kami akan tunjuk sebagai penyelenggara even kejuaraan olimpiade tingkat nasional,” terang Dirjen.
Digembleng Belajar Keras
Ahmad Faisal (29), pembimbing dari Erik Institut, mengatakan, prestasi tingkat internasional itu dapat diraih berkat upaya keras dari peserta sendiri. Menurut dia, sebelum berangkat ke Beijing pihaknya menggembleng para peserta beberapa bulan.
“Siang malam kami belajar. Latihannya memang berat karena jam tidur anak-anak berkurang, tapi mereka mau berusaha keras dan hasilnya cukup memuaskan,” ujar pria yang akrab disapa Erik ini.
Dia mengungkapkan, prestasi yang diukir tahun ini cukup istimewa karena peserta mayoritas berasal dari madrasah. Dengan demikian, lanjut dia, sudah ada pemerataan kualitas pendidikan bagi siswa sekolah umum dengan madrasah. “Saya berharap prestasi ini tetap bertahan,” ujar Erik.
Sementara itu, Kepala MA Darul Ulum Dr. Zainuddin Syarif, M.Ag sangat bersyukur anak didiknya bisa berprestasi di tingkat internasional. Hal ini membuktikan produk pesantren dan madrasah bisa bersaing. “Ini membuktikan kalau siswa madrasah dan santri bisa bersaing dalam bidang sains bukan hanya bidang agama,” ujar Zainuddin.
Dari Indonesia terdapat dua tim, yakni Surya Institut pimpinan Yohanes Surya dan Erik Institut pimpinan Ahmad Faisal. Dua belas siswa asal Madura tersebut diberangkatkan oleh Erik Institut dan ikut level yunior dan senior. Selain mendapat penghargaan kategori individu, tim dari Erik Institut mendapat Merit Award Team.
Kontingen asal Madura ini sudah tiba di Indonesia pada Senin (7/11) malam. Mereka disambut Forum Keluarga Madura Perantauan (FKMP) dan pihak madrasah di Bandara Soekarno Hatta.
Usai diterima Dirjen Pendidikan Agama Islam Muhammad Ali di Kantor Kemenag, Jakarta, mereka dijamu makan malam oleh FKMP di Jakarta Utara, dan keesokan harinya mereka berangkat ke Madura diterima Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur di Surabaya. Selanjutnya diterima Bupati Pamekasan Kholilurrohman dan Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim. (dm/hud)
No comments:
Post a Comment