Pembangunan rel di Bojonegoro. |
"Karena di saluran irigasi ada tambahan bangunan, akan menghambat aliran air, sehingga akan memunculkan genangan air yang menenggelamkan tanaman padi di wilayah selatan rel, " kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Hirnowo, Kamis (1/12).
Ia menjelaskan, dari hasil survei di 12 saluran irigasi di wilayah Bojonegoro, semuanya terganggu pembangunan rel KA ganda. Selain saluran irigasi, bangunan air lainnya yang juga terganggu yakni saluran drainase yang selama ini berfungsi sebagai saluran pembawa sekaligus untuk pembuangan.
Hirnowo mengaku, belum bisa menyebutkan, jumlah saluran irigasi dan drainase yang ada di wilayah Bojonegoro, Lamongan, termasuk Gresik. Sebab, pendataan dan survei saluran irigasi dan saluran drainase yang terganggu pembangunan rel KA ganda di tiga kabupaten itu, masih belum rampung. "Dari survei kami di 12 saluran irigasi itu, ditengah-tengahnya terdapat tambahan pondasi beton, untuk jembatan rel KA ganda, " katanya menegaskan.
Ia memperlihatkan sebuah foto, saluran irigasi Pirang Kiri di Desa Prayungan, Kecamatan Sumberrejo, yang di tengah-tengahnya, terdapat tambahan pondasi beton, untuk jembatan rel KA ganda. Termasuk, sebuah foto saluran irigasi di Desa Medalem, Kecamatan Sumberrejo dan di jembatan Singosari, Desa Kebonsari, Kecamatan Sukodadi, Lamongan, yang salurannya juga mengalami penambahan bangunan.
Padahal, menurut dia, tanpa ada tambahan bangunan beton di tengah saluran irigasi, aliran air di saluran irigasi di beberapa tempat yang ada di Bojonegoro, berjalan lambat, bahkan airnya melompat di atas rel. Menurut dia, dengan adanya tambahan bangunan di saluran irigasi itu, akan menghambat perjalanan air dan bisa memunculkan genangan air yang menenggelamkan tanaman padi di selatan rel KA. "Kalau tanaman padi ditenggelamkan air selama tiga hari jelas rusak dan gagal panen, " katanya mengungkapkan.
Ia menambahkan, dengan terganggunya saluran irigasi dan drainase di tiga kabupaten itu, bisa mengancam peningkatan produksi padi di Jawa Timur, yang ditargetkan kenaikannya sebesar tujuh persen, pada 2014. Sekarang ini, produksi padi di Jawa Timur sebesar 11,8 juta ton gabah kering giling (GKG) dan ditargetkan pada 2014 naik menjadi 12,6 juta ton GKG.
"Kondisi ini, secepatnya kami laporkan kepada pemkab di tiga kabupaten itu dan Dinas Pengairan PU Provinsi Jawa Timur, untuk bisa mendapatkan perhatian secara bersama, " jelasnya. (ara)
No comments:
Post a Comment