ilustrasi |
KEDIRI – Petani tebu di Kota Kediri resah karena alokasi pupuk untuk pertanian dan perkebunan di Kota Kediri, pada 2011 ini dikurangi. Pengurangan tersebut berdampak pada kesuburan tanah pada musim tanam tahun ini. Data yang diperoleh Duta menyebutkan, dari lima jenis pupuk untuk keperluan pertanian dan perkebunan, hanya satu yang alokasinya tetap, yaitu jenis Urea saja. Sementara, jenis lain, seperti SP36, ZA, NPK, dan Organik dikurangi semua alokasinya.
Pada 2011 ini, alokasi awalnya pupuk jenis Urea adalah 1.837 ton, SP36 adalah 154 ton, ZA ada 2.015 ton, NPK ada 1.362 ton, Organik ada 792 ton. Dari alokasi itu, dikurangi hingga untuk jenis Urea menjadi 1.837 ton, SP36 menjadi 35 ton, ZA menjadi 1.671 ton, NPK menjadi 1.385 ton, dan Organik menjadi 745 ton.
Pupuk itu diambilkan dari dua perusahaan pembuat, yaitu dari Petrokimia Gresik dan Pupuk Kaltim. “Sebenarnya, kami mengajukan ini sesuai dengan rencana kebutuhan. Namun, karena stok yang ada, dan daerah lain membutuhkan, sementara penyerapan juga kurang, hingga stok dikurangi," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Kediri, Semeru Singgih didampingi Kabag Humas dan Protokol Pemkot Kediri, Hariyadi, Selasa (6/12), kemarin.
Menurut Semeru, luas lahan pertanian di Kota Kediri mencapai 2.024 hektar, sementara untuk yang perkebunan dengan rata-rata komoditasnya tebu mencapai 1.750 hektar yang tersebar di tiga kecamatan wilayah Kota Kediri, yaitu Kecamatan Kota, Mojoroto, dan Pesantren. “Yang dikurangi lebih dominan pupuk untuk keperluan perkebunan, sementara yang pertanian alokasinya tetap,” tambah Semeru. Walaupun dikurangi, ia mengatakan stok yang ada saat ini masih mencukupi. Kebutuhan petani sudah diatur sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang sudah diajukan masing-masing kelompok tani.
Sementara itu, Mujiono, petani tebu di Kecamatan Pesantren mengatakan bahwa saat ini para petani kesulitan mendapatkan pupuk untuk kepentingan lahan tebunya. ”Kebutuhan pupuk untuk masa tanam tebu tahun ini, meningkat dibanding tahun lalu. Tapi kami justru kesulitan mendapatkan pupuk itu," kata Mujiono. (dm/to)
No comments:
Post a Comment