Panen di tengah banjir. |
BOJONEGORO - Pasang surut permukaan Bengawan Solo yang menimbulkan banjir fluktuatif, membuat sedikitnya 80 persen dari 2.802 hektar tanaman padi terendam banjir di Kabupaten Bojonegoro. Besar kemungkinan, sekitar 2.000 hektar tanaman padi itu mengalami gagal panen (puso).
KOndisi itu terjadi lantaran sebagian besar tanaman padi yang terendam banjir di 75 desa dari sembilan kecamatan di Bojonegoro itu sejak sepekan terakhir memasuki fase berbuah. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Bojonegoro, Agus Heryatna, Selasa (24/1) mengatakan pada masa tersebut tanaman padi rawan mengalami kerusakan.
Dia lantas mencontohkan, banjir yang menggenangi areal tanaman padi 14 desa di Kecamatan Baureno dengan total terendam seluas 1.615 hektar, dipastikan hanya 10 persen yang selamat dari puso. "Sedangkan sisanya, sembilan puluh persen bakal mengalami gagal panen," tegas Agus.
Begitu juga untuk tanaman padi di wilayah Kecamatan Kanor, dengan total luasan terendam mencapai 432,5 hektar. Dari jumlah tersebut, cuma 63 hektar yang berumur satu bulan, dan sisanya 369 hektar dipastikan puso. Menurut Agus, faktornya sama, yaitu tanaman padi rata-rata sudah berumur kisaran 40-80 hari setelah tanam (HST) dan memasuki masa berbulir. Sehingga, setelah terendam 3-4 hari bisa membusuk dan gagal panen.
Sembilan kecamatan itu di antaranya Balen, Kanor, Kapas, Baureno, Bojonegoro, Malo, Kalitidu, dan Dander. Agus melanjutkan, dari tanaman yang terendam banjir, selain padi juga jagung. Untuk tanaman padi tersebar di 62 desa dan jagung berada di 13 desa dari tiga kecamatan. Di antaranya, di Kecamatan Malo, Kanor, dan Baureno.
Lebih lanjut Heryatna mengatakan, jumlah tersebut bisa meningkat lagi jika air Bengawan Solo terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini pihaknya belum memiliki data secara pasti berapa tanaman yang mengalami puso. "Kami baru bisa memastikan, kalau tanaman sudah terendam selama sepekan. Termasuk, angka kerugiannya," jelasnya. (dm)
No comments:
Post a Comment