Pohon roboh mengenai mobil. |
SURABAYA – Cuaca buruk melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari mendatang. Bahkan hujan disertai badai telah memporakporandakan sejumlah daerah di Pulau Jawa.
Di Jakarta, misalnya, badai menghantam ibukota sehingga membuat sejumlah pohon bertumbangan menimpa mobil-mobil yang lewat di jalanan. Seorang sopir bajaj meninggal dunia tertimpa pohon yang ambruk. Sejumlah daerah, seperti Pelabuhan Ratu, dan daerah-daerah di Jawa Timur, juga dilanda lesus, hingga membuat warga ketakutan. Sebagian di antaranya memilih mengungsi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Juanda menyatakan, kecepatan angin bisa mencapai 40 km per jam. Hal itu sebagai salah satu pengaruh tropical low atau kondisi tekanan rendah di Samudera Hindia.
Sejak Selasa (24/1) lalu telah teridentifikasi adanya tropical low di titik 16,1 lintang selatan 108,8 bujur timur Samudera Hindia. Dan Rabu (25/1) kemarin BMG Australia telah mengeluarkan peringatan resmi adanya tropical low.
"Angin kencang memang sedang melanda secara merata di kawasan Jatim, termasuk Surabaya," kata Ahmad Bisri, prakirawan BMKG Juanda saat dihubungi Rabu kemarin.
Kecepatan rata-rata angin bisa mencapai 40 km per jam. Padahal biasanya kecepatan angin normal rata-rata hanya 25-35 km per jam.
Menurut Bisri, titik dalam laut Samudera Hindia yang mengalami tropical low berjarak sekitar 900 hingga 1.000 km di selatan Pulau Jawa. Maka beberapa kawasan di Jatim ikut terkena dampaknya. Seperti kawasan Surabaya, Pamekasan, Sampang, Malang, Pacitan, Nganjuk, Situbondo, Kediri, Bondowoso, Probolinggo hingga Banyuwangi yang diserbu angin kencang. "Rata-rata kecepatan angin naik dua kali lipat dari normal," terangnya.
Amuk angin membuat 90 warung di Desa Kaliputih Kecamatan Rambipuji, Jember terpaksa menghentikan aktivitasnya. Pemilik warung dan bengkel khawatir pohon jati milik Perhutani yang sudah berusia puluhan tahun tumbang dan menghancurkan kios saat warung ramai pembeli.
"Kami pilih tutup saja, takut kejadian kemarin terulang lagi hari ini," sesal Arif salah seorang pemilik warung, Rabu (25/1).
Pohon-pohon besar di sejumlah ruas jalan di Kota Blitar, tumbang akibat diterjang angin kencang. Akibatnya, sebuah mobil rusak berat dan 5 orang harus dilarikan ke sejumlah rumah sakit karena terluka. Satu di antaranya kritis akibat tulang punggung patah. Tiga korban pertama yakni Ibnu Hidayat (52), Djarot (53) serta Sukadji (55), akibat tertimpa pohon cemara dan palem di Jl. S. Supriyadi sekitar pukul 12.15 WIB.
Menurut Santoso, seorang saksi mata, kejadian bermula saat korban tengah duduk di atas sepeda motor. "Tiba-tiba pohon cemara tumbang ke arah selatan, dan menimpa tiga orang," jelas Santoso kepada wartawan di lokasi.
Pohon cemara berusia puluhan tahun dengan diameter 20 cm ini, membuat Ibnu Hidayat, mengalami luka bocor di dahi, dan harus menjalani perawatan di IGD RSD Mardi Waluyo. Sedangkan Djarot dan Sukadji, mengalami luka ringan dan menjalani perawatan di RSK Budi Rahayu.
Selang beberapa menit, pohon Sono Kembang, di Jl Anggrek tumbang dan menimpa sebuah mobil pick up, serta sebuah sepeda motor yang melintas. Pengendara sepeda motor, Meijen (40), warga Ngunut, Tulungagung, pingsan. Sementara sepeda motor korban rusak parah.
Korban terakhir, Suryono (55), warga Jl Jati gang 10 Kelurahan Sukorejo, mengalami patah tulang punggung akibat tertimpa pohon Jati. "Pak Suryo saat itu bersih-bersih di kebun, tiba-tiba pohon jati di sampingnya langsung tumbang tepat di punggungnya," terang Purwanto, warga setempat kepada wartawan.
Angin kencang mengakibatkan pohon tumbang di Malang Raya juga memakan korban. Dua warga harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka serius, di lokasi berbeda.
Mereka yakni Sahrial Ahmadi (18), warga Jalan Panglima Sudirman Kota Batu, korban mengalami luka patah leher dan harus menjalani rawat inap di RS Eti Asharto dan Tambak Badriyanto (45) warga Desa Bakalan Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Dia tertimpa pohon ketika melintas di Jalan Raya Krebet Timur, kecamatan setempat, Rabu pagi. Hal serupa dialami Sahrial, sebelum kejadian dirinya mengendarai motor Blade N 3288 LC yang melintas dari arah barat (Kota Batu) menuju Malang. Setiba di Jalan Raya Mojorejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, sebuah pohon kapuk berukuran besar roboh ke badan jalan hingga korban tertimpa ranting di bagian pundaknya. "Pohon jatuh tepat di bahu kanannya," ujar Sudiono (50), saksi di lokasi kejadian.
Angin puting beliung juga melanda Situbondo menerjang enam kecamatan. Akibat hempasan angin kencang itu, ratusan rumah warga dilaporkan mengalami kerusakan. Enam kecamatan yang dilanda puting beliung antara lain, Kecamatan Mangaran, Kapongan, Panji, Panarukan, Kecamatan Kota, dan Kecamatan Sumbermalang. "Informasi yang masuk ada enam kecamatan yang kena puting beliung. Untuk jumlah kerusakan masih didata, sekarang tim masih ada di lapangan," kata Kepala Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo Zainul Arifin, Rabu (25/1).
Kondisi terparah di Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo. Di tempat itu, ada puluhan rumah warga dan satu bangunan selep di Dusun Tanjung Geger, Desa Tanjung Pecinan, rusak akibat puting beliung.
Sepasang suami istri Siwan (65) dan Nahwiyah (57) nyaris saja menemui ajalnya, Rabu (25/1). Keduanya sempat terjebak cukup lama di bawah reruntuhan bangunan rumahnya yang tertimpa pohon akibat terjangan puting beliung. Warga sempat kesulitan mengevakuasi pasutri asal Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo tersebut. Sebab, ada pohon mangga berukuran besar yang tumbang dan ikut menindih rumah berbahan anyaman bambu tersebut.
"Rumahnya roboh setelah dijatuhi pohon mangga. Jadi warga harus memotong kayu mangganya dulu, baru mengeluarkan ibu dan bapak," kata Nur Saodah, menantu pasutri tersebut.
Menurut Saodah, lebih dari 30 menit Siwan terjebak di bawah reruntuhan rumahnya. Sedangkan sang ibu berhasil ditarik duluan oleh warga. Meski berhasil lolos dari maut, kedua pasutri berusia tua itu sama-sama menderita luka parah di bagian kepala
Keduanya langsung dilarikan ke RSU dr Abdoer Rahem Situbondo dengan mengunakan mobil pikap warga. Kepala Siwan harus mendapatkan beberapa jahitan akibat luka menganga. Siwan juga sempat tak sadarkan diri hingga diduga mengalami gegar otak.
"Ibu dan bapak sama-sama sakit di kepala. Malah bapak kepalanya luka besar sampai dijahit. Selain itu, punggungnya juga masih sulit digerakkan" timpal Sumarti, kerabatnya yang lain.
Saat angin bertiup kencang pasutri itu sedang berada di rumahnya. Mereka berdua duduk di bagian depan rumah. Siwan memilih tidak berangkat kerja sebagai pencari rongsokan, karena cuaca dianggap tidak mendukung. Tak dinyana, pohon mangga berukuran besar di depan rumahnya tiba-tiba ambruk akibat tertiup angin kencang. Celakanya pohon itu ambruk tepat mengarah ke rumah sang pasutri. Keduanya pun tidak sempat lagi menyelamatkan diri.
"Saya tidak bisa lari, bisanya ya hanya menjerit-jerit. Kepala saya ini kena kayu. Tapi bapaknya (Siwan) yang parah, dia tadi lama berada di bawah rumahnya yang sudah roboh," tutur Nahwiyah yang dirawat di UPF Bedah RSU No. 10 bersama sang suami Siwan.
Badai di Bondowoso juga membawa korban. Seorang pengendara motor bernama Nianto (40), warga Desa/Kecamatan Sempol tertimpa pohon tumbang di Jalan Raya Cindogo, Rabu (25/1) siang. Akibat kejadian itu, korban harus dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami patah tulang kaki dan luka di sejumlah bagian tubuh lainnya. Tak hanya itu, sepeda motor yang dikendarainya juga ringsek.
Angin puting beliung juga melanda wilayah Kediri. Karena takut rumahnya roboh diterjang puting beliung, ratusan warga di Desa Jugo, Kecamatan Semen memilih mengungsi. Selain merobohkan sejumlah fasilitas umum di Kecamatan Mojo, angin kencang juga memporak porandakan rumah milik warga. Belum diketahui jumlah pasti rumah yang rusak akibat angin kencang tersebut.
"Karena ada angin kami takut, rumah kami dekat dengan tower televisi, kami takut kerobohan," kata Tumini, warga Desa Jugo, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Rabu (25/1).
Cuaca buruk mengubah alur gelombang setinggi 2 hingga 3 meter dan terjangan angin kencang di Selat Madura membuat kapal dilarang berlayar. Kepala Syahbandar Pelabuhan Brenta Pamekasan, Rudy Susanto, mengatakan, tidak ada toleransi bagi perahu angkutan barang melintas Selat Madura. Baik perahu yang menuju Pelabuhan Probolinggo dan Pelabuhan Pasuruan.
Selama ini Pelabuhan Brenta di Desa Brenta Kecamatan Tlanakan dimanfaatkan sejumlah perahu angkutan barang. Seperti garam dan tembakau menuju Probolinggo dan Pasuruan.
Rudy tidak akan mentolerir bagi perahu yang hendak berlayar di Selat Madura. Kecuali bagi kapal barang berbobot di atas 1.000 deadweight tonage/DWT.
"Untuk cuaca seperti sekarang ini, saya hanya mentolerir kapal barang dengan DWT besar melintas di Selat Madura," ujar Rudy, Rabu (25/1).
Menurut Rudy, larangan berlayar bagi perahu barang juga diberlakukan bagi perahu pengangkut sapi dan manusia yang kebanyakan berlayar di pelabuhan pantai. Semisal, di pelabuhan pantai di Desa Padelegan, Desa Pagagan Kecamatan Pademawu.
Larangan berlayar juga diberlakukan Rudy, bagi armada perahu angkutan barang yang sekarang bersandar di Pelabuhan Brenta cabang Tanglok Kecamatan Kota Sampang.
"Pada prinsipnya, larangan berlayar diberlakukan disaat terjadi cuaca buruk seperti sekarang ini. Saya tidak akan mengeluarkan surat izin perjalanan bagi seluruh perahu dan kapal dibawah 1.000 DWT," tutup Rudy.
Jembatan Suramadu pada pukul 05.00 WIB pagi juga sempat ditutup. Hujan dan angin kencang membuat jembatan terpanjang di Asia Tenggara tersebut harus ditutup untuk keselamatan penggunanya.
"Kecepatan angin di atas 70 km/jam. Itu berbahaya bagi kendaraan yang melintas. Karena itu jembatan kami tutup," kata Suharyono, Kepala Gerbang Tol Suramadu. Dia mengatakan, karena penutupan dilakukan pagi, maka tidak banyak terjadi antrean kendaraan. "Di sisi Surabaya hanya ada 6 kendaraan roda empat dan 25 kendaraan roda dua yang antre," tambah Suharyono.
Otoritas pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi, juga menutup aktivitas pelayaran untuk kapal perintis. Hal ini dilakukan menyusul imbauan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca yang memburuk. Akibatnya ratusan penumpang gagal berangkat.
Kebanyakan penumpang yang telantar hendak bepergian ke pulau-pulau terpencil di Ladura. Seperti pulau Sapudi, Sapeken, Masalembo, Kengean dan Kalianget.
"Perkiraan cuaca dari BMKG gelombang di laut Jawa mencapai 3 meter" kata Administratur Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi, Sri Sukesih, pada wartawan, Rabu (25/1). * bj/dtc/ssn
No comments:
Post a Comment