Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

KETIKA PETANI BERGANTUNG UREA

Monday, January 9, 2012 | 23:43 WIB Last Updated 2012-01-09T16:43:07Z

                                                          Tak Repot, Mudah Percepat Pertumbuhan Padi

Petani menyebar pupuk.
Tak dipungkiri, sepanjang kurun waktu 2011 lalu serapan pupuk kimia di Bojonegoro cukup tinggi. Petani masih mengandalkan pupuk kimia untuk mengatasi seputar problematika yang membelit tanamannya.

AS AD AN-NAWAWI
BOJONEGORO

Masih tingginya ketergantungan akan pupuk kimia, terutama jenis urea yang tahun lalu saja mencapai 29.020 ton, dari luasan lahan pertanian di Kabupaten Bojonegoro pada setiap 22 ribu hektarnya.

Ketua KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan) Jawa Timur, Sarif Usman,  menjelaskan para petani masih mengandalkan pupuk ini untuk menyuburkan serta mempercepat pertumbuhan tanaman miliknya. "Terutama bagi tanaman padi yang penanganannya dianggap cukup susah," tegas Kepala Desa Balenrejo, Kecamatan Balen, Bojonegoro, ini.

Padahal, menurutnya, tanaman terutama padi sebaiknya tidak hanya menggunakan pupuk urea saja. Perlu ditambahkan pupuk NPK serta SP36. Akan tetapi, petani masih terpatok pada pemakaian urea dibanding jenis pupuk lainnya.
"Yang perlu diketahui, pemakaian pestisida kimiawi secara terus menerus dan tidak terkendali hanya akan membuahkan masalah baru yang lebih besar," papar Sarif.

Selain polusi (pencemaran), imbuh dia, baik terhadap lingkungan maupun produk pertanian itu sendiri, masalah yang sangat besar sesungguhnya menanti di depan mata. Karena beberapa hama generasi selanjutnya mengalami perubahan genetis, yang menyebabkan kekebalan terhadap jenis dan konsentrasi pestisida tertentu. Hal ini menyebabkan kejadian ledakan hama seperti pada populasi wereng dan belalang, meski pada sisi lain ledakan hama juga tak terlepas oleh perubahan iklim yang ekstrim.
Kata Sarif, sebenarnya penggunaan pestisida alami tidaklah sesulit yang dibayangkan. Produk pabrikan dari pestisida alami (terutama insektisida) sudah banyak di pasaran. Sebut saja salah satunya adalah Bactospeine WP yang sudah released sejak tahun 80-an.

Jenis insektisida alami ini mengandung spora bakteri (bacillus thuringiensis) yang merupakan pathogen dari berbagai jenis ulat. Jenis-jenis insektisida alami yang berbahan dasar tumbuhan juga sudah banyak beredar di pasaran dengan harga yang bersaing dengan insektisida kimia.

Hanya saja, Sarif mengakui, pengetahuan petani akan jenis pestisida alami ini memang masih kurang, sehingga seringkali terjadi kesalahan penggunaan yang menyebabkan kesalahpahaman akan efektivitas jenis pestisida ini.
Sebagai contoh, pestisida alami memerlukan kondisi penyimpanan yang baik agar keampuhannya tidak berkurang. Sedangkan para petani masih banyak yang menyimpan sisa pestisida di sembarang tempat. Akibatnya, pada saat penggunaan kedua, keampuhan pestisida ini berkurang, bahkan hilang sama sekali karena bahan organik yang ada dalam formulasinya sudah mengalami penguraian. Salah satu tempat yang dapat mempercepat penguraian bahan organik adalah ruangan yang terang terkena pantulan sinar matahari.

"Yang jelas, pengembangan pestisida alami pada saat ini sudah merupakan tuntutan, baik tuntutan pasar , kesehatan konsumen, maupun kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, kampanye pengembangannya harus terus disebarluaskan dan dikembangkan di tingkat petani dan juga masyarakat umum," papar dia. (sumber Duta Masyarakat)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update