Warga dipasung |
PONOROGO – ‘Komunitas orang gila’ di Kabupaten Ponorogo rupanya tak hanya ada
di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan. Di Desa Jenangan, Kecamatan Sampung, pun orang-orang
yang mengalami gangguan ingatan itu juga ada. Jumlahnya mencapai belasan.
Desa
Jenangan terletak di lereng gunung Mega Santri yang tergolong daerah minus.
Seperti halnya di Paringan, orang-orang gila di desa ini juga harus hidup dalam
pasungan selama bertahun-tahun.
Kini
mereka menunggu uluran tangan dari pemerintah. Kepala Desa Jenangan, Rupini
Nurcahyani, menyebutkan, ada 17 warga desanxa yang mengidap gangguan jiwa. Usia
mereka rata- rata 35 tahun ke atas.
Warga
yang bernasib kurang baik itu tersebar di tiga dusun, yakni Ngambong (6 warga),
Jenangan (3 warga), dan Gangin (8 warga). “Yang mengalami gangguan jiwa ada 17
orang. Jumlah penduduk kami di Desa Jenangan ini sebanyak 2484 jiwa,” kata
Rupini Nurcahyani, Selasa (13/3).
Perempuan
yang telah menjabat kepala desa selama lima tahun itu menyebutkan, penyebab
utama warga yang menderita gangguan jiwa adalah faktor ekonomi. Faktor
keturunan juga menjadi sebab.
Namun
ada juga beberapa warga yang mengalami gangguan jiwa setelah pulang bekerja
dari luar pulau. “Misalnya bekerja di kota Medan dan Kalimantan. Jiwa mereka
terganggu setelah pulang,” terangnya.
Ibu
dua anak itu menjelaskan, 17 warganya yang mengalami gangguan jiwa hanya
mendapatkan perawatan dari keluarga di rumah masing-masing. Upaya pengobatan,
lanjutnya, sebenarnya juga telah dilakukan, namun masih belum menunjukkan
hasil.
Yang
lebih memprihatinkan, Panut, salah satu warga gangguan jiwa harus hidup dalam
pasungan selama lebih dari 7 tahun. “Karena sering mengamuk. Membakar meja dan
kursi serta memecahkan piring dan gelas,” katanya.
Rinem,
salah satu saudara Panut, mengungkapkan, Panut terpaksa dipasung di belakang
rumah karena sering mengamuk. Keganjilan itu dialami Panut setelah pulang
bekerja di Medan. “Dia tidak berhasil, pulang tanpa hasil,” ungkap Rinem.
Pihak
keluarga sejatinya sudah beberapa kali melakukan upaya pengobatan ke mana-mana
dan telah menghabiskan biaya cukup besar. Saat ini, menurut Rinem, pihak
keluarga sudah tidak punya biaya lagi untuk pengobatan. Pihaknya hanya bisa
pasrah dan berharap agar ada bantuan untuk mengobatkan penyakit saudaranya itu. (dm/mar)
No comments:
Post a Comment