Air PDAM keruh. |
MOJOKERTO - Kinerja perusahaan air minum daerah (PDAM) Maja Tirta, Kota Mojokerto kembali menjadi sorotan tajam kalangan dewan. Wakil rakyat menilai perusahaan plat merah ini lebih baik ditutup lantaran tidak ada perkembangan berarti dari segi pelayanan maupun keuntungan tiap tahunnya.
Bahkan anggota dewan menyebut PDAM ini asal hidup dan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Dewan mendesak Pemkot segera melakukan penyegaran manajemen dan mengkalkulasi ulang suntikan dana APBD agar perusahaan yang dinilai BPPSPAM (Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum) kinerjanya kurang baik itu mampu meningkatkan performanya.
“Kondisi PDAM Maja Tirta kian tahun bukannya kian baik, tapi sebaliknya. Harus ada langkah konkrit dan segera agar aset daerah ini menjadi sehat kalau walikota tidak turun tangan membenahi lebih baik ditutup saja,” kata Ketua Komisi II DPRD Kota Mojokerto, Shalahuddin, Rabu (4/4) kemarin.
Menurut Shalahuddin, jika perusahaan penyedia air bersih itu tak asal hidup dan tak ingin diamputasi dari daftar aset Pemkot Mojokerto, secepatnya berbenah. Biang merosotnya kinerja PDAM faktanya, dengan kapasitas terpasang untuk 15.000 pelanggan namun hanya mampu menjaring tak lebih dari 5.000 pelanggan. Itu karena buruknya manajemen. Meski tiap tahun disuntik biaya operasional melalui APBD sebesar Rp 150 juta, tapi selalu merugi. “Jangankan untung, impas saja sekali pun tak pernah terjadi dalam sejarah PDAM Maja Tirta,” kecamnya.
Sayangnya, meski komplain pelanggan terkait layanan terus bermunculan, lanjut ia, manajemen PDAM tak juga berbenah. “Minimnya anggaran, utang ratusan juta rupiah dan menumpuknya piutang pelanggan oleh manajemen selalu jadi dalih yang tak berujung pangkal. Kalau persoalannya pada biaya operasional, bisa saja APBD menambahkan. Kalau perlu dua kali lipat dari bantuan saat ini,” singgungnya.
Pemkot, kata Shalahuddin, tak patut berpangku tangan. Karena PDAM yang mengemban amanat UU dalam penyediaan air bersih, masih sangat jauh dari harapan. “Pemkot harus benar-benar fokus ke sektor pelayanan air bersih ini. Karena kami tak pernah melihat progress peningkatan pelayanan,” tandasnya.
Untuk kepentingan itu, katanya, harus dibangun komunikasi yang intens dan terus-menerus antara manajemen PDAM, eksekutif dan legislatif. “Dengan komunikasi yang dibangun, akan diketahui akar masalahnya," lanjut ia.
Persoalan kronis PDAM Maja Tirta juga tercetus dalam tanggapan Dewan atas LKPj Walikota 2011. Dalam catatan temuan Pansus LKPj, disebutkan PDAM selalu merugi, jumlah pelanggan masih stagnan, meski sudah beberapa kali memperoleh guliran dana, baik melalui APBD maupun DAK.
Manajemen dinilai kurang maksimal. Buruknya kesejahteraan 45 karyawan berstatus non PNS berimbas pada buruknya kinerja. Dalam rekomendasinya, Dewan menghendaki agar PDAM hendaknya melakukan sinkronisasi dengan SKPD terkait untuk menjaring pelanggan baru. Selain itu PDAM harus segera menata kembali sistem kelembagaan internal serta lebih meningkatkan kerejahteraan karyawan. (dm/ari)
No comments:
Post a Comment