Warga yang tergabung dalam Paguyuban Bumi Ronggolawe (PBR) ini menilai sejak pabrik Semen Gresik berdiri, hingga saat ini belum pernah sekalipun putra daerah dilibatkan dalam lelang. Meski mereka menganggap secara keuangan maupun administrasinya sudah memenuhi persyaratan.
Setiap lelang selalu dilakukan di hotel Surabaya, selain itu informasi terkait pelaksanaan lelang juga tidak pernah disampaikan secara resmi kepada putra daerah. Sehingga warga meminta pelaksanaan lelang barang bekas yang tidak pernah melibatkan warga selama 20 tahun ini diubah modusnya.
Mereka mengusulkan agar lelang dilakukan di kawasan Tuban, dan memberikan kesempatan kepada masyarakat Tuban turut serta dalam lelang. "Kita tidak meminta. Kami sudah siap uangnya dan kami juga sudah cukup persyaratannya. Kami menginginkan limbah dikelola putra Tuban,” ungkap Ketua PBR, Sunarto.
Massa PBR sempat bersitegang dengan perwakilan balai lelang yang saat bersamaan akan masuk ke lokasi pabrik. Namun kejadian ini dapat diredam oleh aparat kemanan yang siaga di lokasi. Namun aksi kembali berlanjut dan warga memblokir jalan. Massa melakukan tidur di jalan sebagai bentuk protes.
Beberapa saat kemudian, perwakilan massa PBR yani Sunoto, Sunarto, Tarom, Saiful Bakri dan Bambang dimediasi pejabat Semen Gresik untuk dipertemukan dari perwakilan balai lelang, peserta lelang lainnya di salah satu ruang PT Semen Gresik selama sekitar 1 jam.
Dalam pertemuan tersebut, Nasikin, pewakilan PT Triagung Lumintu dari balai lelang mengatakan pihaknya akan mengutamakan putra daerah. Selain itu soal lokasi lelang yang sebelumnya akan dilakukan di Surabaya belum dipastikan dan akan dibicarakan lebih lanjut karena PBR menolak lelang dilakukan di luar Kabupaten Tuban.
Massa PBR pun akhirnya membubarkan diri. Dan tetap akan mengawal terus proses pelelangan yang dinilai selama ini kurang memperhatikan pengusaha sekitar pabrik. (dt/cmm)
No comments:
Post a Comment