Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dari Kertosari Topeng Monyet Beraksi

Sunday, October 28, 2012 | 06:34 WIB Last Updated 2012-10-27T23:34:18Z
Sang idola beraksi.



DESA Kertosari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, dikenal sebagai desa topeng monyet atau biasa pula disebut  ledhek ketek. Sebuah kesenian tradisional yang sangat menghibur khususnya bagi anak-anak. Terkadang gerak-gerik bahkan atraksi yang dilakukan sang monyet mengundang gelak tawa bagi mereka yang menyaksikan.


 Awal hadirnya  kesenian topeng monyet ini tak lepas dari jasa (alm)Mbah Surotuluh,  yang juga warga Desa Kertosari. Pada tahun 1960 Mbah Surotuluh mulai memperkenalkan pertunjukan  topeng monyet hingga akhirnya menjadi terkenal di Indonesia. Sampai sekarang Desa Kertosari menjadi gudangnya pengamen topeng monyet.
 Di Desa Kertosari terdapat kurang lebih 100 orang yang menekuni profesi menjadi pengamen topeng monyet. Mereka beroperasi di sekitaran Kota Madiun, hingga luar kota bahkan keluar pulau.
Melatih seekor monyet agar bisa beratraksi lucu dan menarik bukanlah pekerjaan mudah. Menurut Soewardji (53) salah seorang pengamen topeng monyet  dari Desa Kertosari, untuk melakukan atraksi-atraksi tersebut , monyet harus dilatih sejak kecil. Monyet yang dipilih juga yang betina.


 “Agar bisa melakukan atraksi sesuai perintah kita memang memerlukan latihan yang lama dan mulai monyet itu kecil, minimal 1,5 tahun baru bisa menguasai dan siap diajak mengamen topeng monyet. Lebih bagus monyet betina karena daya ingatnya bagus dan tidak lekas bosan bila diajak berlatih. Beda dengan monyet jantan, selain galak juga improvisasinya tidak bisa luas hingga cepet bosan bila latihan sehingga sulit diajak bermain ,” ujarnya.


 Ketika ditanya dari mana monyet-monyet tersebut didapat, Soewardji mengaku membelinya di pasar hewan. Tapi terkadang ada orang yang datang langsung ke rumahnya untuk menjual seekor kera.

 “Beli di pasar hewan di pinggir hutan Ngawi seharga Rp 200.000 atau terkadang ada orang yang datang k erumah menawari monyet,” ujarnya.
Dia lalu menceritakan keprihatinannya mengenai kesenian topeng monyet yang mulai punah karena tergerus zaman sehingga sulit mencari orang yang ingin melestarikan kesenian topeng monyet ini.

 “Zaman sekarang memang beda dengan dulu, kalau dulu cari uang dengan mengamen topeng monyet bisa dijadikan pekerjaan untuk menghidupi keluarga, sekarang bisa dikatakan tidak cukup. Dulu sehari mengamen bisa mendapatkan uang antara Rp 10.000 hingga Rp 20.000.00 sudah bisa buat makan sekeluarga dan sekolahnya anak-anak, sekarang seharian mengamen topeng monyet dapat Rp 20.000  itu sudah bagus dan uang segitu sekarang jelas kurang untuk kebutuhan sehari-hari.  Mungkin dari itulah anak-anak muda sudah enggan untuk menekuni kesenian topeng monyet ini," kata pria yang sudah hampir 25 tahun menekuni profesi sebagai pengamen topeng monyet ini. (al)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update