JAKARTA (dutajatim.com) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan alasan mengapa memilih Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai ibukota baru RI.
Pertama, kata Preaiden, risiko bencana minimal. Baik banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan. " Juga gunung berapi, dan longsor," kata Jokowi dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/8/2019).
Kedua, lokasinya strategis berada di tengah-tengah wilayah Indonesia. Ketiga, dekat dengan wilayah kota yang berkembang, yaitu Kota Balikpapan dan Samarinda yang merupakan ibukota Kalimantan Timur.
"Empat, infrastruktur lengkap dan lima, telah tersedia lahan pemerintah 158 ribu hektare," kata Jokowi.
Mungkin, selain pertimbangan di atas, ada juga faktor sejarah. Sebab Kutai Kartanegara merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Sebagai pusat kerajaan, tentu sang raja juga melihat kondisi alam yang tepat untuk menjadi ibukota kerajaan.
Adalah Mulawarman Nala Dewa merupakan Maharaja Kerajaan Kutai Martadipura. Mulawarman merupakan cucu dari pendiri Kerajaan Kutai Martadipura bernama Kudungga.
Dilansir dari kesultanan.kutaikartanegara.com, pada awal abad ke-13 berdirilah sebuah kerajaan baru di Tepian Baru atau Kutai Lama bernama Kutai Kertanegara dengan raja pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Keberadaan dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam ini menimbulkan friksi di antara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan di antara kedua kerajaan di Kutai ini.
Akhirnya, Kerajaan Kutai Kartanegara di bawah rajanya Aji Pangeran berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja pemenang kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kutai Kertanegara Ing Martadipura.
Kerajaan Kutai Kartanegara menerima dengan baik pengaruh dari luar. Salah satunya agama Islam yang masuk kerajaan ini pada abad ke-17. Laman dictio.id, melaporkan, ajaran Islam dibawa masuk ke Kerajaan Kutai pada akhir abad ke-16 oleh Tuan Ri Tiro Pararang dari Aceh dan Tuan Ri Bandang, seorang Ulama dari Minangkabau.
Dari situ kemudian muncul nama-nama Islami yang digunakan nama-nama raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu, sebutan raja pun diganti dengan sebutan Sultan. Sultan pertama yang menggunakan nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris.
Pengaruh Islam di Kutai diduga bermula sejak ekspansi Kerajaan Banjarmasin. Namun, geliat dakwah agama ini dapat dilacak sejak penyebaran dakwah Islam oleh para mubalig dari Sumatra ke Sulawesi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengumumkan langsung lokasi ibu kota baru Indonesia yang akan dipindah ke Provinsi Kalimantan Timur. Jokowi memilih lokasi antara Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kabupaten Penajam Paser Utara yang akan jadi pilihan ibu kota baru tersebut. Surat Jokowi soal ibukota baru itu sudah dikirim ke DPR dan akan dibahas dalam rapat Selasa 27 Agustus 2019.
Presiden Joko Widodo mengatakan gagasan pemindahan ibu kota baru ini sudah lama ada. Bahkan sejak Presiden Soekarno.
"Rencana memindahkan ibu kota sudah digagas sejak lama, bahkan sejak era Presiden Sukarno," ujar Jokowi membuka konferensi pers soal pemindahan ibu kota baru di Istana Presiden, Jakarta, Senin (26/8/2019).
Jokowi mengatakan saat ibu kota dipindah ke Kaltim, Jakarta akan menjadi pusat bisnis dan perdagangan. Untuk itu tetap akan dilakukan pembangunan di Jakarta.
"Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan jadi pusat bisnis, perdagangan, jasa berskala regional dan global," kata Jokowi.
Jokowi menambahkan usulan dari Pemprov DKI tentang rancangan anggaran untuk pembangunan infrastruktur hingga 2030 sebesar Rp 571 triliun juga tetap dilakukan.
"Rencana DKI Jakarta lakukan urban yang dianggarkan Rp 570 triliun tetap dijalankan," katanya.
Presiden juga telah mengirimkan surat ke DPR soal pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Surat itu diterima DPR Senin pagi tadi.
"Iya sudah tadi pagi saya yang terima," kata Sekjen DPR Indra Iskandar kepada wartawan, Senin (26/8/2019). (hud/l6)
No comments:
Post a Comment