Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Berguru ke Sulaiman: Awalnya Ingin Mengubah Nasib (2)

Thursday, September 5, 2019 | 09:53 WIB Last Updated 2019-09-05T02:53:37Z

"…. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri .…"

PASURUAN (DutaJatim.com) - Hijrah, dari kehidupan yang serba susah secara ekonomi, menuju tempat yang lebih baik, lebih nyaman membahagiakan, harus dimulai dengan motivasi. Semangat hijrah. Dan tentu saja dengan visi.

Hal itu pula yang dilakukan Sulaiman (34). Mantan pedagang bakso yang sukses menjadi perajin rebana di Pasuruan Jawa Timur. Dia termotivasi melihat dirinya dan keluarga yang hidup pas-pasan. Artinya, pas punya uang baru bisa beli ini itu. Masalahnya bila dia pas tidak punya uang, atau duitnya pas-pasan sementara harus membayar sekolah anak dan lain-lain. Itu yang memotivasi Sulaiman untuk mengubah nasib.

Rupanya Sulaiman menerapkan ajaran Allah SWT dan Presiden Soekarno. Dalam beberapa pidato yang menggetarkan hati jutaan pendengarnya, Presiden Soekarno beberapa kali menyelipkan petikan ayat suci Al Quran. Dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) awal 1960-an, umpamanya, orator ulung itu mengutip penggalan surah ar-Ra'd [13]: 11. "…. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri .…"

Maka, Sulaiman pun bertekat untuk bangkit. Lalu hijrah. Mengubah nasibnya sendiri. Dan tentu keluarganya harus menjadi lebih baik.

“Saya awalnya ingin mengubah nasib. Yang awalnya berdagang bakso keliling, terus pingin berkembang usaha. Alhamdulillah harapan bisa terwujud,” kata Sulaiman.

Dia mengatakan, barang rongsokan dari bahan almunium dibelinya untuk didaur ulang. Di antaranya, velg sepeda motor, blok mobil dan panci masak yang sudah rusak. Semuanya bernilai rendah.

Untuk proses pembuatannya, dengan melebur bahan baku almunium rongsokan tersebut dengan suhu panas tinggi. Yakni menggunakan tungku yang dibuat secara manual.

Setelah alumunium mencair, kemudian dituangkan ke dalam cetakan dan ditutup dengan menggunakan tanah. Beberapa saat kemudian, cetakan itu diangkat dan dilanjutkan dengan proses penghalusan pada bagian yang kasar.

Setelah halus, barulah dilakukan proses finishing. Yakni dengan mengecat rebana hingga bagian atas alat rebana, dipasangi membran atau selaput yang terbuat dari plastik mika, yaitu untuk mempercantik dan menyempurnakan bentuk rebana.

“Saya memproduksi alat rebana ini sesuai dengan keinginan para pembeli atau pelanggan. Bagaimana tetap menjaga kualitas, disamping harganya terjangkau,” katanya.

Untuk harga satu alat musik rebana, Sulaiman memberi harga bervariasi. Tergantung tingkat kesulitan proses pembuatan, bentuk serta ukuran. Untuk ukuran 8,25 inci, ia jual dengan harga Rp 750 ribu – Rp 800 ribu. Sedangkan untuk ukuran 9 inci, dijualnya dengan harga Rp 1,2 juta rupiah per Rebana. Tiap hari, Sulaiman bisa memproduksi 25 buah. Itu pun tergantung ketersediaan bahan bakunya. (det/nas)  

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update