QOIM, ditolong warga Papua yang baik.
SURABAYA (DutaJatim.com) - Warga Jawa Timur yang tinggal di Papua untuk mencari nafkah akhirnya bisa pulang ke kampung halamannya. Mereka khawatir kerusuhan yang terjadi di Papua, khususnya di Wamena akhir-akhir ini, mengancam jiwa keluarganya.
Para pengungsi dari Papua itu diterbangkan dengan pesawat milik TNI dan tiba di Surabaya pada Minggu 30 September 2019 malam. Salah satunya Qoim asal Sampang Madura. Dia bersama 32 warga Sampang lain berhasil keluar dengan selamat dari area konflik di Jalan Hom Hom, Wamena, Papua.
Kemudian dia tiba di Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja Jatim di Surabaya, Jawa Timur. Bersama mereka, tiba pula pendatang asal Papua lainnya dari Lumajang dan Mojokerto. Total 40 orang tiba di Surabaya.
Tampak wajah para pencari rezeki hingga merantau ke Bumi Cenderawasih itu begitu lega sebab akhirnya mereka bisa kembali ke Jawa Timur. Qoim (30), warga Sampang, Madura, terlihat tersenyum saat disapa wartawan. Dia mengaku bersyukur bisa selamat dari amukan sekelompok massa saat konflik horizontal meletus di Wamena Papua pada Senin pekan lalu, 23 September 2019.
Saat itu dia merasa hidupnya dan para pendatang lain sedang berada di ujung tanduk melihat massa yang begitu beringas. Hanya berkat pertolongan Allah SWT semata mereka bisa lolos dari amarah massa.
Dan saat sekarang bisa kembali ke Jatim, tentu saja membuatnya sungguh sangat bersyukur. Sebab bisa pulang dan berkumpul dengan istri dan dua anaknya di Madura sudah lama dirindukannya.
Qoim mengaku sejak enam tahun lalu dirinya merantau ke Papua. Di sana, dia tinggal di sebuah kontrakan bersama rekan-rekannya asal Sampang di Jalan Hom Hom, Wamena. Pria berambut gondrong itu bekerja sebagai pengojek sepeda motor. "Semua di tempat saya kerja ojek," katanya saat ditemui di Asrama Transito.
Saat kerusuhan pecah pada 23 September, Qoim mengaku berada di dalam kontrakannya bersama beberapa temannya. Semuanya 21 orang.
"Sewaktu ada unjukrasa, kemudian polisi datang berhadap-hadapan. Lalu polisi mundur karena dilempar batu. Polisi mundur itu tepat di depan rumah (kontrakan) saya," katanya.
Tak lama kemudian, massa mulai liar. Mengamuk. Pintu kontrakannya digedor-gedor. Mereka meminta penghuni kontrakan keluar. Namun semua yang ada di dalam rumah itu tetap bertahan.
"Akhirnya kami menjebol atap bagian belakang. Lalu naik ke atap. Lalu meloncat dan lari keluar. Setelah itu lari dan ketemu Brimob. Selanjutnya kami dibawa ke Kodim," kata Qoim.
Mereka tidak tahu apa jadinya bila pintu rumah berhasil dijebol oleh massa. Tidak tahu pula bagaimana nasibnya bila harus keluar menemui massa yang terbakar api amarah itu.
Warga Papua Baik
Ahmadi, teman satu kontrakan Qoim, menambahkan, setelah berhasil keluar dengan cara menjebol atap bagian belakang, dia dan teman-temannya berlarian ke arah belakang kontrakan, melewati rumah-rumah warga setempat. Bisa dibayangkan bila semua orang Papua sama marahnya seperti para pendemo itu. Bisa dibayangkan bila tetangga kontrakannya itu tidak suka kepada mereka, pasti hidup mereka akan tamat di kebun belakang rumah warga.
Namun ternyata tidak. Masih banyak warga Papua yang baik hati. Mereka mau menolong warga pendatang seperti Ahmadi, Qoim, dan kawan-kawan. Mereka membiarkan mereka lari dari ancaman massa yang beringas.
"Beruntungnya, kami diberi lewat. Jadi, banyak juga orang Papua yang baik," katanya.
Setelah itu mereka menginap semalam di Markas Kodim. Selanjutnya, mereka kemudian dibawa ke Bandara Wamena. Di sana, papar Qoim, sudah berkumpul puluhan ribu pendatang yang menanti giliran diangkut pesawat Hercules untuk pulang.
"Kami mendaftar di bandara, empat hari kemudian, hari Jumat (27 September 2019) baru naik pesawat," tutur Qoim.
Dari Wamena, pengungsi dari Jatim kemudian terbang dan mampir di Timika, kemudian ke Makassar. Dari Makassar, sebagian diterbangkan ke Semarang, Jawa Tengah, sebagian langsung ke Surabaya, Jawa Timur.
Menurut penuturan pegawai Dinas Sosial Jatim, Novi, keempat puluh warga Jatim itu adalah gelombang pertama perantau yang tiba dari Papua.
Pantauan di Asrama Transito, bus yang mengangkut pengungsi dari Papua itu sudah terparkir di halaman. Novi mengatakan, setelah istirahat sejenak, mereka langsung dipulangkan ke daerahnya masing-masing. "Langsung dipulangkan," ujar Novi.
Seperti diberitakan, kerusuhan horizontal pecah di Wamena, Papua, pada Senin, 23 September 2019. Warga asli daerah Papua dikabarkan menyerang dan mengusir warga pendatang.
Kerusuhan itu dikabarkan menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Aparat Kepolisian RI dan TNI terus berupaya untuk mengendalikan situasi di Wamena. (vvn/nas)
No comments:
Post a Comment