Oleh Dewa Eka Prayoga
BANDUNG (DutaJatim.com) - Alhamdulillah mendapat kabar dari tim internal Hayya the Movie bahwa perolehan penonton film Hayya di hari ke-3 tembus di angka 306.420 orang. Izin Allah, film ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia.
Saya pribadi bukanlah produser film Hayya, bahkan bukan siapa-siapa mereka, kecuali hanya sebatas sahabat yang dimintai masukan, dukungan, dan doa agar film Hayya ini bisa sukses tayang di bioskop Indonesia.
Seperti yang mungkin Anda ketahui, Saya adalah seorang SUFI (suka film). Alhasil, karena latar belakang Saya di dunia marketing, plus ada minat yang tinggi di dunia film, setidaknya Saya bisa memberikan sedikit banyak masukan agar film Hayya ini bisa meledak di Indonesia.
Hasilnya: Alhamdulillah, izin Allah, qodarullah, sesuai harapan. Bersyukur banget.
Meski sempat deg-degan karena layar yang diberikan XXI/CGV/Cinemaxx di hari pertama sangat sedikit, namun dengan keyakinan akan “KUN”-Nya (Allah), membuat kami terus berjuang sekuat tenaga agar value dari film ini menjalar kemana-mana. Caranya, tiada lain dengan memperjuangkan agar film ini ditonton jutaan orang di Indonesia. Aamiin....
Mungkin Anda bertanya, “Emang apa saran dan masukan kang Dewa untuk film Hayya?”.
Jawab:
Tidak banyak, kecuali hanya sebatas grand strategi marketing yang tertuang dalam bentuk mindmap berikut penjelasan rincinya.
Ya. Sejak 2 minggu sebelum film Hayya tayang di bioskop, secara personal Saya sudah dikontak oleh bunda Asma Nadia dan mas Ory Vitro (Suami Oki Setiana Dewi) untuk mensupport film Hayya ini.
Tentu, jika memang filmnya bagus dan messagenya baik, bakal Saya support. Mendoakan terbaik agar bisa sukses di pasaran film Indonesia. Aamiin...
Sampai suatu saat, Saya diundang untuk menghadiri Gala Premier film Hayya ini. Alhasil, studio dipenuhi sesak oleh para artis dan tokoh-tokoh nasional. Tak heran, mereka saling tegur sapa satu sama lain, kecuali Saya, karena bukan siapa-siapa, jarang ada yang kenal dan minta foto. hahaha.
Sepulang dari Gala Premier, Saya langsung corat coret. Apa kiranya yang bisa Saya kasih masukan ke produser, sutradara, dan para pemain film Hayya saat rilis di pasaran nanti.
Inilah beberapa poin yang bisa Saya share ke kawan-kawan, semoga bisa diambil pelajaran:
Pertama, MEMETAKAN PENONTON FILM.
Tidak bisa dipungkiri, industri film adalah industri paling horor di industri bisnis di Indonesia. Bayangin aja, dengan modal produksi 3-4M (bahkan bisa lebih), diproduksi dalam 18-20 hari (juga bisa lebih), menunggu tayang dalam 6-12 bulan (pun bisa lebih), dan hanya ditentukan dalam 1-3 hari tayang. Horror men!!! Hahaha
Karenanya, pemetaan penonton film mesti dilakukan sebaik dan sejeli mungkin. Jika tidak demikian, siap-siap boncos mastery dot com, alias sepi penonton. Naudzubillah min dzalik...
Sekarang mari kita lihat apa motif orang nonton film di bioskop.
Berdasarkan pengamatan Saya, setidaknya nilah motif dan alasan seseorang nonton film di bioskop, diantaranya:
MENCARI HIBURAN
MELEPAS PENAT
KILLING TIME
FAMILY TIME
PACARAN
Alhasil, jarang banget ada orang menyengaja nonton film di bioskop karena ingin NYARI HIKMAH/PELAJARAN. Bener?
Sementara, film Hayya ini kan sarat akan pesan dan nilai. Lantas? Gimana dong?
Itu dia makanya, perlu dipetakan ulang:
#1. CURRENT AUDIENCE - Mereka penonton film The Power of Love 1 “212”.
Kita perlu memastikan para penonton film tersebut kembali menonton sekuel keduanya ini: HAYYA.
Caranya?
DIRAWAT orang-orangnya.
Dikumpulin lagi di grup-grup WA.
Bikin voulenteer nonton bareng.
#2. SOON TO BE AUDIENCE - Mereka penonton film lain yang tayang bersamaan.
Maka, perlu kita kepo dan mencari tahu film apa saja yang tayang bersamaan di hari dan pekan tersebut, baik pekan sebelumnya, maupun pekan setelahnya. Termasuk, dari film-film Indonesia, juga film-film Hollywood.
Caranya?
DICEGAT orang-orangnya.
Bikin pre-launch content yang penasaran.
Buat antisipasi dan repetisi secara massive.
#3. REFUSING AUDIENCE - Mereka penonton film lain yang diluar genre drama dan masuk dalam “Box Office Indonesia”.
Perlu kita memaksimalkan campaign yang ada agar film Hayya ini menjadi alternatif pilihan film mereka untuk ditonton di bioskop.
Caranya?
DIEMBAT orang-orangnya.
Pasang trailer jauh-jauh hari.
Promosikan teaser sebrutal mungkin.
#4. UNEXPLORED AUDIENCE - Mereka orang-orang yang bukan penonton bioskop.
Alhasil, mereka jarang pergi ke bioskop dan jarang nonton film di bioskop. Entah karena gak suka, atau karena gak biasa, atau karena gak ada akses, atau karena alasan apapun.
Caranya?
DIGARAP orang-orangnya.
Fasilitasi mereka nobar di kota-kota.
Angkat issue besar yang mengharuskan mereka ke bioskop.
Kebayaaaaaaaaang? 😁
Nyambung ke poin berikutnya...
Kedua, MENYUSUN CAMPAIGN & CONTENT.
Melihat fakta penonton yang ada, para penonton film di bioskop adalah mereka anak-anak muda (milenial) dengan genre film yang anak muda banget (issue percintaaan, pacaran, humor, horror, setan-setaan, dll). Gak percaya?
Yuk kita lihat data dan fakta brutalnya:
PENONTON 2019:
DILAN 1991 (5.253.411)
DUA GARIS BIRU (2.538.473)
MY STUPID BOSS 2 (1.876.052)
KUNTILANAK 2 (1.726.570)
KELUARGA CEMARA (1.701.498)
Di tahun berjalan (2019), hanya film Keluarga Cemara yang masuk Top 5 Box Office Indonesia dengan genre drama keluarga, sisanya ya anak muda, cinta, humor, & horror.
Pun dengan data tahun lalu (2018):
PENONTON 2018:
DILAN 1990 (6.315.664)
SUZZANA (3.346.185)
DANUR 2 (2.572.871)
SI DOEL (1.757.653)
ASIH (1.714.798)
Ada 3 film horror masuk top 5, 1 nya anak muda, dan 1 nya lagi nostalgia.
Data tahun 2017 pun sama:
PENONTON 2017:
PENGABDI SETAN (4.206.103)
WARKOP 2 (4.083.190)
AYAT-AYAT CINTA 2 (2.840.159)
DANUR 1 (2.736.391)
JAILANGKUNG (2.550.271)
3 horror, 1 humor, dan 1 drama.
Bahkan, kalau Anda cek data penonton tahun-tahun sebelumnya pun gak jauh beda.
Hal tersebut menunjukkan sebuah pola bahwa penonton film di bioskop Indonesia adalah anak muda penyuka genre humor dan horror.
Sekali lagi, kebanyakan ya, bukan semuanya.
Sementara, film Hayya ini genrenya drama. Bahkan, lebih ke drama religi, karena sarat akan message dan nilai Islami. Lantas, bagaimana mengantisipasinya?
Dalam hal ini, peran dan kepiawaian sutradara diperlukan. Beruntung, film Hayya disutradari oleh Jastis Arimba, selain berjiwa islami dan mampu mengikis cost tinggi sehingga berhasil menciptakan film yang efisien, juga sentuhan dan pengalaman di dunia bikin film, membuat beliau mampu membungkus film Hayya menjadi lebih menarik dan kekinian.
Alhasil, meski genrenya drama dan issuenya kemanusiaan, yang mungkin dikira akan tegang dan mewek abis, tapi saat Anda berada di ruangan studio, Anda akan merasakan banyak adegan atau sence yang bikin Anda ketawa ngakak tak terbentung.
Gak percaya? Makanya nonton Hayya! Hehe
Dan karena Saya sudah menyaksikan filmnya di Gala Premier, maka Saya bisa dengan leluasa menyusun campaign dan content untuk film tersebut. Hasilnya, ada 40 angle campaign dan content yang Saya share ke tim internal Film Hayya untuk dieksekusi brutal gila-gilaan. Alhamdulillah...
Ketiga, MENGGERAKKAN TOKOH & INFLUENCER.
Film Hayya harus mampu menggerakkan banyak tokoh dan influencer untuk bersuara di sosial media mereka. Tidak hanya sekadar artis dan pemain saja, tapi semua segmen.
PENGUSAHA.
PENGUASA.
POLITIKUS.
USTADZ.
GURU.
DOSEN.
KIAYI BESAR.
PIMPINAN PESANTREN.
LEMBAGA FILANTROPI.
PERUSAHAAN BESAR.
KOMUNITAS PENGAJIAN.
GRUP EMAK-EMAK.
...dan masih banyak lagi.
Pokoknya, mereka semua kudu bergerak. Embuh piye carane, sing penting caranya bener. Hasilnya: DHUARRR!!!
Tentunya, issue besar yang diangkat dari film Hayya ini, yakni KEMANUSIAAN, menjadi sebuah issue yang bisa “digoreng” di masyarakat Indonesia. Terlebih, issue kemanusiaan tersebut berhubungan dengan kasus Palestina. Dimana negeri tersebut selalu menjadi sorotan masyarakat dunia, khususnya Muslim di Indonesia. 😭😭😭
Pastinya, semua ini terjadi berkat pertolongan Allah. Adanya “film lain” dengan genre sejenis yang viral negatif di jagat online, secara tidak disadari menguntungkan film Hayya. Karena banyak netizen akhirnya mengkomparasi dan membandingkan satu sama lain. Lalu mereka penasaran dengan film Hayya dan pergi ke bioskop. Alhamdulillah, berkah... 😁
Dan terlepas dari itu, semua kru dan elemen film Hayya memang totalitas dalam mempersembahkan film ini di Indonesia.
Saya mah cuma remah rengginang yang sotoy doang bikin tulisan beginian. Anehnya, Anda mau baca. Sampai habis pula. Hahaha
So, udah nonton film Hayya belum?
Kalau belum, segera meluncur ke Bioskop, sebelum layarnya diturunin sama mereka.
Semoga film Hayya bisa memberikan inspirasi buat seluruh elemen masyarakat Indonesia. Aamiin...
Semoga film Hayya bisa membuat kita makin jadi pribadi yang bersyukur kepada Allah azza wa jalla. Aamiin...
Semoga film Hayya bisa mengetuk hati kita yang keras dan tak peduli akan sesama. Aamiin...
Boleh share, semoga jadi jalan kebaikan.
#JagaHayyaDiBioskop
No comments:
Post a Comment