BROMO (DutaJatim.com) - Kontingen Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jawa Timur kembali meraih Juara Umum dalam ajang Jambore Tagana dan Bhakti Sosial Tagana 2019 yang digelar di Kawasan Gunung Bromo Sabtu 28 September 2019 siang ini. Ini prestasi juara umum ketiga kalinya setelah prestasi serupa di tahun 2016 di ajang Jambore Tagana Nasional di Pantai Lamaru, Balikpapan, Kalimantan Timur dan tahun 2017 di Jambore Nasional Tagana ke-11 dan Asean+3 di Lapangan Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara.
Kali ini Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga dinobatkan sebagai pembina Tagana terbaik tingkat nasional. Hal itu karena dedikasi tinggi Gubernur Khofifah kepada pengembangan Tagana di tanah air.
Dalam sambutannya saat menjadi inspektur upacara di Jambore Tagana Nasional di Bromo siang tadi, Gubernur Khofifah menunjukkan banyaknya potensi kekayaan di wilayah Jatim. Semua kekayaan alam pemberian Tuhan YME itu harus dimanfaatkan dan dijaga untuk kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan membiasakan diri menanam pohon yang jenisnya sangat banyak di Jatim.
Gubernur Khofifah mengharapkan saat pulang ke daerahnya masing-masing para anggota Tagana tidak lupa menanam pohon keras seperti trembesi dan pohon matoa yang asli Papua. "Di Jatim terkenal sebagai tempat bibit trembesi dan matoa asal Papua. Ini agar selalu ingat di hati," katanya.
Selain itu ada pula pohon cemara udang yang sangat terkenal di Kabupaten Sumenep Madura. "Menanam pohon ini juga untuk menahan tsunami," katanya.
Sebelumnya Kementerian Sosial menyatakan Jambore Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Bakti Sosial Tingkat Nasional dengan tema 'Tagana Menjaga Alam' digelar pada 25-29 September 2019 di beberapa wilayah di Jawa Timur.
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas penanggulangan bencana di Indonesia dan ASEAN. Kegiatan Jambore ini berlangsung di tiga kota yaitu di Surabaya, Pasuruan dan Probolinggo.
"Jambore dan Bakti Sosial Tagana 2019 adalah momentum personel Tagana meningkatkan kompetensi dan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Kegiatan ini juga menjadi wadah para relawan kebencanaan di Indonesia dan ASEAN bertemu untuk berbagi pengalaman dan proses belajar bersama dari setiap karakteristik bencana dan budaya," kata Agus.
Agus pun menjelaskan jika sebagian besar wilayah Indonesia adalah rawan bencana. Ia pun meminta peserta agar belajar dari bencana alam yang terjadi baik tsunami, gempa bumi, gunung api aktif, banjir bandang, dan sebagainya.
Dengan begitu diharapkan dapat terus memperkuat mitigasi bencana berbasis masyarakat melalui program ini. Jambore ini dihadiri oleh 2.750 Tagana seluruh Indonesia, dan beberapa anggota perwakilan ASEAN Malaysia, Brunei Darussalam, dan Myanmar. Hadir pula perwakilan NGO lokal, NGO internasional, Perwakilan Kampung Siaga Bencana (KSB), Pilar-pilar Sosial, dan relawan kebencanaan lainnya.
Selain itu, dengan adanya kegiatan ini diharapkan Tagana dapat mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan di wilayah rawan bencana. Salah satunya dengan menjaga alam dimulai dari hal yang paling mudah dilakukan di lingkungan sekitar.
"Tagana Jawa Timur telah memulai gerakan untuk menjaga alam dengan menyemai bibit pohon keras untuk dibagikan ke masyarakat di 38 kota dan kabupaten di Jawa Timur," ucap Agus.
Selain itu, Agus menjelaskan jika acara ini juga menggalakkan gerakan menanam pohon. Dari setiap satu orang Tagana menyemai 100 bibit pohon, dengan jumlah Tagana Jawa Timur sebanyak 1.600 personel sehingga terkumpul sebanyak 160 ribu bibit pohon.
Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkannya secara gratis dengan membawa lima sampai sepuluh botol plastik bekas untuk ditukar bibit pohon.
"Dengan menggalakkan gerakan menanam pohon maka kita turut membantu mengurangi dampak pemanasan global, menambah sumber oksigen di bumi, menyimpan air dalam tanah, menyerap polusi udara, mencegah banjir, dan juga mencegah erosi. Dengan menanam pohon kita telah melakukan salah satu dari upaya mitigasi bencana," tambahnya.
Seperti yang tertuang dalam UU No 24 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 angka 9, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
"Komitmen menjaga alam sebagai bagian dari mitigasi bencana harus terus didukung dan pemerintah memberikan ruang seluas-luasnya bagi Tagana dan masyarakat untuk berinovasi dan berkreatifitas dalam menjaga alam, menjaga bumi tetap lestari," ucap Agus.
Untuk diketahui, Jambore dan Bakti Sosial Tagana 2019 dibuka oleh Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Rabu malam, 25 September di Gedung Grahadi, Surabaya.
Dalam kesempatan yang sama, Khofifah mengajak segenap warga Jawa Timur untuk menyukseskan Jambore dan Bakti Sosial Tagana Nasional.
"Jambore dan Bakti Sosial Tagana adalah momentum bagi kita semua untuk menguatkan komitmen menjaga alam sekaligus kesempatan para relawan kemanusiaan bertukar pikiran dalam penanggulangan bencana di masa mendatang," kata Gubernur Khofifah. (Nanang Zen)
No comments:
Post a Comment