JAKARTA (DutaJatim.com) - Aksi demonstrasi memprotes UU dan RUU bermasalah-- ditambah menggugat tindakan represif aparat keamanan dan kasus-kasus lain-- berlanjut Sabtu 28 September 2019 siang ini. Ini aksi lanjutan setelah massa mahasiswa dan pelajar melakukan demonstrasi yang sama sebelumnya.
Kali ini massa menamakan Aksi Mujahid 212 bergerak ngluruk Istana Negara Jakarta. Mereka melakukan longmarch dari kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, sekitar pukul 08.00 WIB, sambil bertakbir dan berselawat.
Aksi ini dijaga ketat aparat keamanan. Mereka menjaga sejumlah titik persimpangan jalan. Polisi tampak mengatur lalu lintas agar memberikan jalan bagi massa aksi lewat terlebih dulu. Mobil komando ikut bergerak mengikuti massa aksi yang berjalan tersebut.
Mobil komando itu mulai berorasi saat sampai di kawasan Patung Kuda, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Ketua Panitia aksi, Edy Mulyadi, dalam orasinya sempat menyindir soal isu ambulans Pemprov DKI maupun PMI yang dituduh membawa batu saat demo anarkis beberapa waktu lalu di Jakarta. Padahal, itu tidak benar.
"Kita berkumpul di sini dengan satu niat, niat kita ingin menggapai ridha Allah. Karena Indonesia yang kita cintai harus diselamatkan, harus diselamatkan dari tangan-tangan jahat, dari tangan korup, dari tangan-tangan penguasa yang hatinya penuh kebencian terhadap Islam," kata Edy saat beroasi dengan lantang.
Di hadapan massa yang memenuhi kawasan itu, Edy menyatakan, Indonesia sekarang dalam kondisi tidak baik. Dia juga menyindir polisi yang sempat menahan sejumlah ambulans karena diduga membawa stok batu untuk digunakan massa yang kemudian anarkis dalam demo ricuh di kawasan DPR. Itu bentuk tindakan represif yang berlebihan.
"Bahkan dari kalangan medis, medis saudara yang dalam perang sekalipun dilindungi. Medis oleh aparat kita digebuki, dan menyebar hoax ambulans kita membawa batu, membawa bensin. Begitu PMI bilang tidak ada, petugas PMI digebuki, pasien digebuki. Baru polisi bilang maaf, bukan begitu maksudnya," kata Edy.
Selain itu, Edy menyinggung penangkapan sejumlah tokoh karena ujaran kebencian di media sosial. "Polisi begitu gagah menjaring dengan UU ITE. Mereka menebarkan kebohongan, fitnah, hoax, siapa yang menuntut mereka, mereka dengan mudah bilang mohon maaf bukan begitu maksudnya, pala lu peyang! Apa kita diam saja? Lawan, lawan, lawan. Allahuakbar," katanya tegas.
Aksi ini dikawal belasan ribu aparat yang disiagakan di sejumlah tempat. Aparat yang disiagakan gabungan dari unsur TNI, Polri dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Ada 16 ribu personel ya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Sabtu 28 September 2019.
Argo mengatakan, polisi akan mengawal aksi hingga bubar. Dia minta massa bisa melakukan aksi dengan tertib dan jangan sampai melakukan perbuatan anarkis yang mengganggu aktivitas warga lain. Sementara itu terkait rencana rekayasa pengalihan arus lalu lintas akibat adanya aksi ini belum ada.
Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP M Nasir mengatakan, rencana rekayasa lalin sifatnya situasional mengikuti dinamika di lapangan. Apabila diperlukan maka akan dilakukan, jika tidak maka ditiadakan.
Tidak ada jalan yang ditutup akibat aksi ini. Ada sebanyak 342 Polisi Lalu Lintas yang turun ke jalan mengatur arus lalin.
"Alih arus dilaksanakan secara situasional sesuai situasi lalin. Saat ini hanya dilaksanakan penjagaan dan pengaturan oleh Polantas," kata Nasir. (vvn/det)
No comments:
Post a Comment