JAKARTA (DutaJatim.com) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memuji motor listrik garapan lokal, Gesits. Usai menjajal mengendarai motor itu, Luhut di depan para pegiat kendaraan listrik mengaku terkesan dengan motor produksi ITS Surabaya ini.
Sebelumnya, Sabtu (31/8/2019) lalu, Luhut memang menjajal Gesits sambil konvoi beberapa para menteri. Satu kata yang keluar pertama kali dari mulut Luhut, 'paten'.
"Ada lagi motor listrik Gesits, kemarin saya pakai. Paten juga barang ini," kata Luhut, di acara Indonesia Electric Motor Show, Rabu (4/9/2019).
Bahkan usai menjajal Gesits, dia sempat disarankan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) M. Nasir untuk menjadikan motor dan mobil listrik sebagai kendaraan para menteri. "Terus saya pikir-pikir lagi, Pak Menristek bilang, Pak Luhut kalau sudah bisa nanti menteri pada waktunya atau apa pakai motor listrik atau mobil listrik," kata Luhut.
Luhut melanjutkan, katanya memang dia sudah berbicara mengenai hal ini dengan Presiden Joko Widodo 6 bulan lalu. Katanya, bila sudah matang, sekitar tahun 2021 mobil menteri akan menggunakan kendaraan listrik.
"Saya bilang, saya sudah sampaikan kepada Pak Presiden 6 bulan lalu. Kalau ini sudah matang, mungkin 2021-2022 itu semua pengadaan barang yang untuk sepeda motor dan mobil," jelas Luhut.
"Kalau daerahnya sudah siap, kita wajibkan menggunakan motor dan mobil listrik," lanjutnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga satu kata. Dia mengatakan, ada kemungkinan mobil dinas para menteri akan menggunakan kendaraan listrik. Apalagi, sudah ada keinginan mengganti kendaraan tersebut. Hal ini menyusul adanya Peraturan Presiden (Perpres) tentang percepatan pengembangan kendaraan listrik atau mobil listrik yang telah ditandatangani oleh Presiden Jokowi.
"Sangat mungkin, kan mobil saya ada dua yang pakai mobil listrik," kata Budi di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, kemarin.
Namun, kata dia, semuanya itu bukan ditentukan oleh dirinya. Tapi kepada Setneg selaku yang mengadakannya. "Saya kurang tahu kalau itu, itu domainnya ke Setneg, pengadaan. Tapi mobil yang diadakan oleh kementerian perhubungan, mobil kedua saya itu hybrid. Satu Camry, satu Mitsubishi," jelas Budi.
Dia menyadari, jika kendaraan listrik adalah yang menjadi kendala soal harga. "Kalau mobil itu, satu pasti harga. Kalau harga ini karena fiskal, baterai, jadi mesti didiskusikan. Kedua, kebiasaan masyarakat, masyarakat kan memang belum terbiasa menggunakan mobil listrik. Apalagi, chargernya masih terbatas," pungkasnya.
Mobil Listrik Moeldoko
Sementara itu, Kepala Staf Presiden, Moeldoko, juga membanggakan mobil listrik besutannya di depan pegiat kendaraan listrik. Moeldoko sendiri memang menjadi salah satu pendiri pabrikan kendaraan listrik PT Mobil Anak Bangsa (MAB).
Moeldoko menyatakan produk anak bangsa harus dibanggakan. Untuk itulah, katanya, dia menamai mobil besutannya menjadi MAB. "Kita harus bangga jadi anak bangsa, kita harus bangga atas produk Indonesia. Untuk itulah saya beri nama mobil listrik saya itu, Mobil Anak Bangsa disingkat MAB," kata Moeldoko, saat memberikan sambutan pada Indonesia Electric Motor Show, Rabu (4/9/2019).
"Saya kira semua tahu inilah mobil MAB saya, kalau dilihat bentuk brand-nya juga meyakinkan," lanjutnya.
Dia bercerita, banyak orang yang bertanya-tanya buat apa seorang Moeldoko menggarap mobil listrik. Dia mengaku terinspirasi oleh seorang ilmuwan.
"Banyak yang bilang, apa sih Pak Moeldoko bikin mobil listrik? Saat saya masih di Lemhanas saya baca artikel ada Eki Fajar di Sony, saya cari dia mau tahu pemikirannya, mau diskusi saya," kata Moeldoko.
Setelah bertemu dan berbicara, Moeldoko pun terinspirasi dengan pemikiran ilmuwan tersebut. Katanya, baterai adalah masa depan.
"Saat itulah inspirasinya kena ke saya, bahwa baterai adalah masa depan kita. Dan, inilah yang membuat saya bikin MAB," kata Moeldoko. MAB sendiri sudah pernah membuat satu bus. Bus tersebut sudah pernah diuji coba di Bandara Soekarno Hatta saat Asian Games.
Sebelumnya Pemerintah menyatakan tengah menyiapkan regulasi untuk mendukung Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) berbasis baterai Untuk Transportasi Jalan. Nantinya, akan ada dua regulasi yang bakal dibuat.
"Ada dua regulasi yang sedang kita percepat," kata Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, saat ditemui Jakarta.
Budi mengatakan, dari dua regulasi yang disiapkan pihaknya satu diantaranya sudah hampir selesai. Hanya saja tinggal menunggu tanda tangan dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk bisa segera disahkan.
“Jadi sudah disiapkan rancangan peraturan menteri untuk uji tipe (mobil listrik). Dalam uji tipe itu memang yang kita masukkan adalah menyangkut masalah kinerja dari baterai itu,” kata Budi.
Sedangkan regulasi kedua menyangkut aturan uji berkala. Nantinya mobil listrik diharuskan uji berkala tiap enam bulan sekali.
“Ini sedang dalam rancangan, sehingga nanti kalau sudah cukup banyak mobil terutama yang angkutan umum kita dorong, nanti uji berkala kan tiap enam bulan. Itu sedang kita buatkan regulasi,” ucap dia.
Sementara itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mengembangkan berbagai jenis kendaraan listrik. Setidaknya saat ini mereka sudah memiliki 10 model kendaraan listrik yang terdiri dari roda dua dan roda empat.
Untuk roda dua sendiri sudah berhasil masuk Industri melalui merek dagang Gesits di bawah naungan PT Gesits Technologies Indo. Setelah motor listrik tersebut mobil pun dijanjikan untuk ikut diproduksi masal dan bersaing dengan merek lainnya yang ada di pasaran.
"Mobil listrik ini akan kita kembangkan, saya udah janji kepada publik. Motor listrik udah selesai sudah mulai merayap di Indonesia. Sekarang kita meningkat pada mobil, kita harapkan mobil listrik nanti paling tidak di tahun 2022 kita sudah ada mobil listrik yang ada di Indonesia hasil karya indonesia," ujar Menristekdikti, Mohamad Nasir saat ditemui di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019).
Namun, mobil listrik ITS ini direncanakan tidak akan dikelola oleh ATPM seperti Gesit. Bagaimana penerapannya, Nasir mengatakan hal itu masih sedang dibicarakan.
"Nanti bukan ATPM, nanti adalah industrinya yang akan lagi diskusi bagaimana nanti produksi mobil ini," ungkapnya.
Nasir cukup yakin mobil listrik nasional dapat diproduksi pada tahun 2022 mendatang. Menurutnya material produksi termasuk baterai listrik sedang dipersiapkan ke arah itu. Bahkan produksi nikel sebagai bahan utama lithium di Morowali, Sulawesi Tengah sedang dibangun di sana.
"Harapan saya pada tahun 2022 bisa dilakukan (produksi) di Indonesia. Kita punya material di dalam ini aluminium kita punya perusahaan Inalum. Dan kita baterai mudah-mudahan di tahun 2022 bisa produksi. Ini sekarang cari kobal yang dihasilkan, untuk Morowali sudah mulai dari pembangunan pabriknya maka baterai itu bisa disuplai di Indonesia sendiri," paparnya. *det/l6
No comments:
Post a Comment