JAKARTA (DutaJatim.com) - Ini mirip dengan modus yang dipakai pengacau saat demonstrasi di depan Bawaslu pada akhir Mei 2019 lalu. Yang dipakai juga sama: mobil ambulans. Sama-sama jadi tertuduh di tengah rusuh demonstrasi di Jakarta.
Kali ini mobil ambulans yang diduga milik Pemprov DKI Jakarta. Mobil itu ditemukan di antara aksi demontrasi #STMmelawan di sekitar Gedung DPR RI.
Terkait hal itu sejumlah petugas medis dari Palang Merah Indonesia (PMI) diperiksa di Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Mereka diminta keterangannya terkait dugaan ambulans yang membawa batu dan botol berisi bensin untuk mendukung aksi #STMMelawan. Namun tudingan itu langsung dibantah oleh pihak PMI.
Kepala Markas PMI Jakarta Timur, E. Komalasari menegaskan mobil ambulans PMI Jakarta Timur tidak membawa batu dan botol berisi bensin untuk membuat molotov pada Rabu, 25 September 2019 kemarin.
Saat itu aksi demonstrasi banyak dilakukan anak-anak STM atau SMA yang menerima ajakan demo lewat pesan berantai via WA. Bukan lagi didominasi mahasiswa seperti sehari sebelumnya.
Di tengah kerusuhan itu polisi menemukan ambulans yang diklaim berisi batu dan bensin. Pihak PMI menegaskan bahwa ambulans milik mereka dengan nomor polisi B 1303 TIX mengalami rusak, dengan kaca bagian belakang pecah akibat ulah oknum anggota Brimob.
Komalasari lalu membeberkan kronologi yang disampaikan salah satu perawat PMI Kota Jakarta Timur yang menjadi korban tindak kekerasan oknum Brimob. Dia menjelaskan, perusakan pada ambulans tersebut terjadi pada Rabu malam, 25 September 2019 sekitar pukul 23.30 WIB di lobi menara BNI Pejompongan.
Ambulans itu bersiaga bersama dengan ambulans gawat darurat dari Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan PMI Kota se-DKI Jakarta. Tujuannya untuk memberikan pelayanan kepada korban aksi demonstrasi.
Ketika tim medis ambulans PMI Jakarta Timur memberikan bantuan kepada korban kerusuhan, menurut Komalasari, tiba-tiba datang oknum anggota Brimob. Mereka memukul ambulans dan membuka paksa pintu, lalu menarik pasien ke luar. Ini sungguh terlalu.
"Oknum anggota Brimob) memukul-mukul dan menarik paksa keluar pasien," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 September 2019 hari ini.
Dia mengaku, tak mengetahui nasib pasien di luar ambulans. Sementara alasan anggota Brimob melakukan hal tersebut karena ingin mencari batu dan bensin yang disimpan di dalam ambulans untuk para pendemo. Padahal ambulans itu berisi pasien yang terluka.
Tak berhenti di sana, kaca mobil belakang dan samping ambulans PMI Jakarta Timur dipecah dan dirusak. Petugas PMI yang berada di dalam pun dipukul dengan tongkat kayu dan ditarik paksa keluar.
"Petugas medis ikut dipukul, ditendang, ditonjok dan ditarik oknum Brimob. Bahkan, salah satu perawat jatuh tersungkur ke belakang stretcher karena didorong, kemudian diinjak oleh seorang oknum anggota Brimob," katanya.
Saat itu, Komalasari bilang, ada beberapa korban yang ditarik ke belakang gedung BNI oleh Marinir untuk diselamatkan. Dan setelah itu, ambulans mereka yang dalam kondisi rusak dibawa ke Polda Metro Jaya.
Sementara berdasarkan pantauan di Mapolda, ada sekitar delapan unit ambulans yang diamankan. Tujuh ambulans bercat putih dan sisanya bercat silver.
Dari delapan ambulans, tampak dua ambulans dalam kondisi rusak, yakni ambulans dengan nomor polisi B 1303 TIX milik PMI Jakarta Timur dan ambulans dengan nopol B 1319 PHX milik Puskemas Kecamatan Pademangan. Dari dua ambulans itu, ambulans PMI Jakarta Timur mengalami rusak paling parah karena di bagian kaca yang pecah dipasang kardus dan terpal.
Hal ini bukan yang pertama. Dulu polisi mengamankan ambulans dengan klaim yang sama. Membawa batu untuk pendemo. Hanya saja ambulans saat itu berlogo Partai Gerindra.
Sopir mobil ambulans berlogo Partai Gerindra, yang ditemukan di lokasi kerusuhan pada Rabu (22/5/2019) lalu, mengakui bahwa dirinya diperintahkan untuk menuju Jakarta dari Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pengakuan tersebut diutarakan sopir itu dalam sebuah video yang didokumentasikan penyidik Polda Metro Jaya.
"Saya Yayan, sopir dari Gerindra, diperintahkan untuk ke kantor Pusat di Tjokroaminoto. Dari situ saya langsung ke Bawaslu. Di situ setelah diperiksa oleh bapak polisi ditemukan batu dan tidak ada alat medis di kendaraan saya," ujar Yayan dalam video itu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono telah mengatakan, mobil ambulans berlogo Partai Gerindra itu merupakan milik PT Arsari Pratama.
"Mobil ini atas nama PT Arsari Pratama yang beralamat di Jakarta Pusat," kata Argo Yuwono kepada awak media di Polda Metro Jaya, saat itu.
Mobil tersebut dikirimkan ke Jakarta atas perintah ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tasikmalaya. Argo tidak menyebutkan siapa nama ketua DPC Partai Gerindra Kota Tasikmayala itu. Namun hal itu dibantah oleh Gerindra. (vvn/wis)
No comments:
Post a Comment