Dua siswa kreatif itu.
PONOROGO (DutaJatim.com) - Prestasi dan kreativitas para siswa harus dihargai secara signifikan oleh Pemerintah dan masyarakat. Salah satunya prestasi tiga pelajar Madarasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ponorogo. Ya, para siswa itu dinilai berhasil membuat alat pembangkit listrik tenaga angin. Mereka adalah Gilang Giordani (18), Tri Umi Lestari (17), dan Wardatul Hasanah (18).
Lalu apa yang dilakukan Gilang dkk? Mereka memanfaatkan benda yang ada di sekitarnya. Misalnya turbin ventilasi bekas, motor listrik kecil buatan mereka sendiri, perangkat mikrokontroler, dan saklar otomatis. Rangkaian benda-benda itu di tangan para siswa kreatif ini membuat sebuah bolam bisa menyala. Dan alhamdulillah, bisa dipakai di saat pemadaman listrik terjadi.
"Saat listrik PLN padam, maka langsung diambil alih dengan pembangkit listik tenaga angin ini. Sehingga kebutuhan listrik rumah tidak akan terputus," kata Wardatul Hasanah, kemarin.
Hasanah mengatakan, sistem kerja alat ini sangat sederhana. Tentu saja harus ada angin yang cukup untuk memutar turbin ventilasi. Putaran turbin bisa memutar motor listrik yang diteruskan sebuah rangkaian kondensator untuk menstabilkan tegangan DC dari motor listrik.
Selanjutnya tegangan DC dari motor listrik diteruskan kembali menuju baterai yang digunakan untuk menyimpan arus listrik. Tegangan listrik dari bateri yang masih DC kemudian disalurkan melalui perangkat inverter untuk diubah menjadi AC sehingga mampu untuk menyalakan peralatan rumah tangga.
"Untuk pemrogaman pada mirkokontroler menjadi penting karena hanya berselang milidetik ketika listrik PLN padam, langsung diganti oleh perangkat tersebut," katanya.
Salah satu masalah dalam energi baru terbarukan semacam energi bayu atau angin adalah baterai. Penyimpanan hasil listrik dari alat tersebut. Namun menurut pelajar kelas XII ini, hal itu sementara tidak ada masalah.
Begitu juga dengan sistem pengisian arus listrik dalam baterai pun tidak perlu khawatir jika kelebihan daya. Alasanya, dalam rangkaian kondesator sudah didesain secara otomatis memutus arus jika daya dalam baterai sudah penuh. Hal itu membuat baterai akan lebih awet dan tidak overcharge karena turbin akan berputar terus jika ada angin.
Rangkaian alat ciptaan siswa MAN 1 Ponorogo.
Meski terlihat menggunakan alat dan pemrogaman yang rumit, tapi alat ini tidak banyak menelan biaya. Mereka mengaku hanya mengeluarkan biaya tidak lebih dari Rp 600 ribu dengan lama pembuatan dan percobaan selama satu bulan.
Untuk kesulitan, kata dia, hanya dalam bahasa pemrogamannya. Sedangkan untuk rangkaian hampir tidak ada kendala. Hasanah melanjutkan, selain adanya sumber angin yang tidak terbatas, dia juga melihat ada banyak sekali turbin ventilator yang bisa didapat. Sebab turbin ventilator bangunan, selama ini hanya dimafaatkan sebagai sarana sirkulasi udara. Padahal, menurutnya, dengan alat sederhana itu, bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik sederhana seperti alat buatannya. "Kami masih terus mencoba menyempurnakan alat ini agar mampu diaplikasikan ke masyarakat umum," katanya.
Bagaimana pendapat anda dengan temuan para siswa ini? Bagaimana pula respon Pemerintah melihat anak-anak kreatif ini? Ya, seharusnya mereka diberi fasilitas agar bisa membuat proyek itu menjadi lebih besar, lebih riil, sesuai kebutuhan masyarakat, yang kadang-kadang harus menghadapi mati listrik. Kasus blackout di Jakarta dan sekitar beberapa hari lalu perlu menjadi catatan agar kita peduli kepada anak bangsa yang inovatif kreatif seperti pelajar Madarasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Ponorogo ini. (gas/jtn)
CATATAN:
Bagi sekolah yang memiliki siswa berprestasi bisa memberikan informasi atau rilis beritanya ke redaksi melalui email: kaifa_2010@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment