Kini luka kaki Hansi Saputra sudah ditangani dokter. (foto;detik.com)
PASURUAN (DutaJatim.com) - Saya terharu saat mendengar curhat seorang pengusaha di Pasuruan Jawa Timur. Dia mengaku sangat terpukul mendengar berita soal Hansi Saputra (31). Mengapa?
Ya, warga Kabupaten Pasuruan itu digambarkan sangat menderita. Hidupnya susah. Bahkan tak mampu berobat, sehingga luka pada kaki warga Dusun Selohan RT 02/RW 08 Desa Capang Kecamatan Purwodadi, itu dibiarkan hingga membusuk.
"Coba bayangkan, ada warga yang begitu miskin di negeri ini. Padahal, kita heboh bicara soal kenaikan iuran BPJS. Kita malah bicara revolusi industri 4.0, tapi lupa bicara soal saudara kita Hansi Saputra ini? Dia ayah dari dua anak. Dia tidak bisa kerja kan? Dua anak itu dan ibunya pasti juga ikut menderita? Iya kan? Sementara kita di sini makan di restoran enak," kata pengusaha yang tidak mau disebutkan namanya itu saat kami makan siang di semua rumah makan di Kota Batu Minggu pagi ini.
"Lho, kan itu tugas pejabat pemerintah," kata saya memancing reaksinya.
"Jangan bicara pejabat. Jangan bicara negara, atau pemerintah, tugas negara sudah banyak. Ini tugas kita sebagai sesama manusia. Bila tidak, kita semua akan berdosa. Dosa berjamaah. Kamu kalau bisa setiap hari keliling di kampung, jangan sampai ada orang seperti Pak Hansi ini. Semua akan dosa bila masih ada orang miskin yang menderita. Kita harus turun tangan ke sana," katanya, serius.
"Tapi sepertinya sudah ditangani oleh Gubernur dan seorang tokoh di Pasuruan," kata saya setelah membaca berita soal Hansi.
"Saya senang Gubernur merespon cepat. Juga siapa tadi? Tokoh politik setempat," tanyanya. Saya mengangguk.
"Dosa jamaah, ini menurut saya yang tidak faham agama ya, akan gugur bila ada seseorang sudah menunaikan kewajiban itu. Kita ditolong oleh warga yang memposting derita Hansi, ditolong Gubernur, ditolong tokoh politik itu. Tapi kita tetap harus memberi bantuan orang seperti Hansi ini, tidak hanya sekali tapi selama kita bisa membantunya. Kita akan semakin berdosa bila sudah tahu beritanya tapi tidak berbuat apa-apa," kata teman saya itu.
Dan saya setuju saja. Mengamini omongannya yang bagai doa itu.
Diposting di Medsos
Ya, dalam kasus ini, beruntung ada seorang warga yang tidak tega melihat nasib Hansi. Orang itu lalu berinisiatif mengunggah sejumlah foto ke media sosial. Postingan di facebook itu pun menggugah beberapa orang untuk menolongnya.
"Kemarin ada yang posting itu. Lalu saya koordinasi dengan Polsek dan pihak kecamatan. Harus segera ditangani. Awalnya dibawa ke puskesmas. Saat saya lihat lukanya, saya bersikeras harus dirawat ke rumah sakit," kata Sugiarto, tokoh masayarakat sekaligus anggota legislatif DPRD Kabupaten Pasuruan asal Purwodadi, Jumat (13/9/2019).
Saat ini, Hansi dirawat di RSUD Bangil. "Karena darurat, lukanya sangat parah. Yang penting pasien dapat perawatan dulu. Soal pembiayaan, tengah diupayakan dengan JKN-KIS," terang politikus Golkar ini.
Sugiarto mengatakan kaki kanan Hansi sudah membusuk bahkan sudah mengeluarkan bau tak sedap. Luka akibat kecelakaan itu sedemikian parah karena tidak segera ditangani. "Informasi dari istrinya, luka itu akibat kecelakaan motor di Desa Pucangsari lebih dari sebulan lalu. Karena tak mampu berobat, dibawa ke sangkal putung. Tapi tak sembuh. Karena merasa nggak mampu ke rumah sakit, akhirnya dibiarkan sampai busuk," terangnya.
Sugiarto berharap RSUD Bangil menangani pasien tersebut dengan baik. Terkait pembiayaan ia tengah berkoordinasi dengan sejumlah pihak antara lain BPJS hingga Jasa Raharja.
Tidak Tahu
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur juga turun tangan. Kadinkes Jatim, Kohar, mengecek langsung penanganan pasien di RSUD Bangil itu.
"Kejadian yang dialami pasien mendapat respon dari provinsi. Kepala Dinkes Jatim tadi mengecek langsung ke RSUD Bangil," kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Ugik Setyo Darmoko saat dikonfirmasi, Minggu (15/9/2019).
Ugik mengatakan Kadinkes Jatim mendapat perintah langsung dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa agar memastikan kondisi pasien. Gubernur juga ingin memastikan pasien tertangani dengan semestinya.
"Memastikan kondisi pasien seperti apa, apa sudah tertangani dengan baik. Dan beliau melihat sendiri pasien mendapat penanganan yang selayaknya," terang Ugik.
Kadinkes Jatim, sebut dia, menyayangkan pasien terlambat berobat ke rumah sakit. Sehingga lukanya sudah sangat parah. Ini pelajaran sebab warga ini tidak tahu bahwa luka itu harus cepat ditangani. Kedua, dia tidak tahu bila punya kartu untuk berobat.
"Ini pelajaran bagi masyarakat agar berani ke dokter dan melaporkan ke puskesmas atau dinkes jika merasa tidak mampu. Kewajiban pemerintah membiayai pengobatan. Pengobatan sangkal putung sangat berisiko jika pasien mengalami patah tulang," terangnya.
Hansi Saputra merupakan warga kelahiran Tulungagung. Ia menikah dengan warga Desa Capang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Menurut Ugik, setelah dicek, ayah dua anak itu ternyata sudah terdaftar sebagai peserta aktif JKN-KIS di Tulungagung.
"Dari sisi pembiayaan sebenarnya sudah tertanggung. Jadi sangat disayangkan pasien ini nggak mau ke rumah sakit lebih awal. Mungkin nggak ngerti kalau kartunya bisa dipakai di Pasuruan. Tadinya kita akan proses BPJS, ternyata sudah terdaftar," kata Ugik. (nas/det)
No comments:
Post a Comment