SURABAYA (DutaJatim.com) - Pelantikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden dan KH Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden sesungguhnya peristiwa rutin lima tahunan. Peristiwa kenegaraan biasa. Mungkin ada yang menyambut dengan gembira. Itu juga biasa. Bagi mereka yang menganggap momen itu sebagai sesuatu yang istimewa juga biasa.
Namun kali ini seperti ada yang membuat luar biasa dengan memproduksi sejumlah ketegangan. Seakan ada upaya penggagalan pelantikan Presiden dan Wapres.
Maka, doa-doa yang semestinya biasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, jadi terkesan luar biasa. Sejumlah kalangan menggelar doa khusus agar acara kenegaraan itu berjalan aman dan lancar.
Bahkan ada kehebohan di lokasi tempat acara pelantikan di Gedung MPR. Sebuah video menunjukkan seorang pria mengaku bernama Ki Sabdo tengah melakukan ritual untuk pengamanan pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Gedung Nusantara V DPR RI.
Ritual semacam ini di gedung DPR MPR selama ini juga biasa tapi kali pelakunya berani terbuka. Lalu apakah Ki Sabdo ini memang diminta oleh panitia untuk melakukan ritual pengamanan secara ghaib itu?AKSI DUKUN PENGAWAL PELANTIKAN JOKOWI— a Q u a (@the_bLack12321) October 17, 2019
Sampe segitunya ya ??
🤦♂️🤦♂️🤦♂️🤦♂️ pic.twitter.com/OJntc69m3x
Sekretariat Jenderal MPR menegaskan ritual itu bukan bagian dari rencana acara pelantikan.
"Setjen tidak bikin seperti itu, apalagi dalam perencanaan. Nggak ada, nggak ada di rundown kita. Perencanaannya nggak itu ya," kata Sekjen MPR Ma'ruf Cahyono di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Ma'ruf mengaku baru melihat video 'ritual pengamanan' yang viral tersebut. Ia mengatakan pihaknya akan mengecek bagaimana pria yang mengaku bernama Ki Sabdo itu bisa melakukan ritual di gedung DPR/MPR.
Sebelumnya dukun bernama Ki Sabdo melakukan ritual di MPR supaya pelantkan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin nanti berjalan aman. Pihak Istana Kepresidenan mengaku tak memerintahkan dukun untuk mengamankan pelantikan Jokowi.
"Bukan arahan dari Istana," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin kepada wartawan di hari terakhir lembaga Kantor Staf Presiden, Jumat (18/10/2019) malam.
Dalam ritualnya Ki Sabdo memanggil segala nama lelembut mulai Nyai Roro Kidul, Nyi Blorong, jin kayangan, dan lain-lain. Semua itu dia panggil untuk mengamankan pelantikan Jokowi-Ma'ruf pada Minggu (20/10) besok.
Peristiwa kebudayaan semacam yang dilakoni Ki Sabdo itu lazim dijumpai di mana pun. Bahkan di gedung DPR MPR juga sering terjadi tapi secara sembunyi-sembunyi dan tidak pernah viral seperti sekarang.Seandainya dukun bisa menjaga keamanan gedung DPR/MPR, kasian TNI/POLRI nganggur— Aryo Hendrojono (@Rhoonee) October 18, 2019
Analisa biasa adalah, pertama, Ki Sabdo memang pendukung Jokowi atau dia diminta pendukung Jokowi yang suka main dukun. Keduanya bertujuan baik demi kelancaran acara pelantikan Presiden dan Wapres.
Analisa biasa kedua, mungkin Ki Sabdo dukun yang sensasional tak mau kalah dengan artis sensasional. Bikin sensasi toh hak setiap warga negara. Ketiga, Ki Sabdo bukan dukun tapi orang yang jadi bagian dari upaya menciptakan suasana tegang jelang pelantikan. Nah ini yang tidak biasa sebab motifnya bisa tidak baik.
Yang jelas, bila motifnya baik, itu lumrah dilakukan siapa saja di negara ini meski sebagian orang menganggap kurafat tahayul atau musrik.
"Bagi kami itu adalah ekspresi dari kegembiraan yang harus kita berikan apresiasi dan terima kasih," kata Ngabalin.
Pas kampanye bilangnya era digital 4.0, unicorn.— Maha Dewa (@MahaD3w4) October 19, 2019
Pas pelantikan pake DUKUN.
😀😀
Ga normal kau...
https://t.co/3F6DzFcLCt
Ngabalin mengaku menjumpai hal serupa di tiga kota berbeda di Pulau Jawa. Dia menganggap itu adalah khas budaya Jawa, bahkan secara umum tiap-tiap suku di Indonesia punya kepercayaan yang mengandung aspek magis.
"Di beberapa tempat juga dilakukan hal serupa, di Jogja juga, saya mendapat telepon ada juga dari Solo yang melakukan hal itu, di Bandung juga begitu," kata Ngabalin. (det/wis)
No comments:
Post a Comment