SURABAYA (DutaJatim.com) - Ini modus-modus di seputar crosshijabers. Fenomena crosshijabers--pria berpenampilan perempuan berhijab dan bercadar-- sebenarnya bukan hal baru. Tapi sudah sangat lama. Selama isu LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) di negeri ini. Isu umum yang sudah lumrah di masyarakat, tapi para pelaku LGBT tidak menampakkan secara nyata di masyarakat. Mereka sembunyi-sembunyi.
Tapi akhir-akhir ini mereka sudah berani tampil. Komunitasnya ada di mana-mana. Di kampus misalnya sudah terang-terangan menunjukkan bahwa mereka LGBT.
Menyusul hal itu, mereka akan terus mencari cara agar bisa muncul di tengah publik, atau setidaknya jadi pembicaraan publik. Karena itu, mereka selalu memproduksi isu yang berpotensi viral di masyarakat. Salah satunya dengan memunculkan crosshijabers ini. Isu agama sangat seksi untuk dilirik dan diperbincangkan di masyarakat. Ini modus pertama yang sudah umum. Fenomena para pria yang menggunakan hijab ini juga dikaitkan dengan gangguan perilaku seksual transvestisme.
Transvestisme adalah gangguan perilaku seksual yang membuat seseorang berpakaian atau mengenakan aksesori yang berlawanan dengan jenis kelaminnya untuk tujuan tertentu. Perilaku berpakaian seperti lawan jenis ini dikenal juga dengan nama crossdressing.
Psikolog klinis Personal Growth Ni Made Diah Ayu Anggreni menjelaskan terdapat dua motif seseorang berperilaku crossdressing seperti crosshijaber yakni dengan dorongan seksual dan tanpa motif seksual.
Transvestisme merupakan salah bentuk gangguan perilaku seksual parafilia atau ketertarikan seksual pada hal yang tidak biasa atau tabu. Ayu menyebut terdapat dua faktor yang menyebabkan seseorang mengalami transvestisme yaitu faktor psikologi dan neurobiologis.
Secara psikologis, hal ini dapat disebabkan kecemasan untuk menghilangkan stres, dipicu
pengalaman masa lalu seperti kekerasan seksual, atau berbarengan dengan gangguan parafilia lainnya seperti ekshibisionis. Sedangkan neurobiologis berhubungan dengan hormon yang dimiliki oleh seseorang. Hingga saat ini, prevalensi orang dengan transvestisme masih belum diketahui. Mereka ini masuk LGBT yang sembunyi-sembunyi sebab penolakan masyarakat atas keberadaannya sangat kuat.
BACA JUGA: Begini Cara Menghadapi Aksi Menyimpang Kaum Crosshijaber
BACA JUGA: Begini Cara Menghadapi Aksi Menyimpang Kaum Crosshijaber
Menurut Ayu, kehadiran komunitas crosshijaber membuat orang-orang tersebut berani muncul ke publik seperti datang ke masjid atau ikut ke pengajian. "Karena tidak lagi dikenal identitas pribadi. Mereka menjadi lebih berani dan menganggap hal itu benar," ucap Ayu.
Crosshijaber yang disebabkan oleh gangguan perilaku seksual tranvestisme ini dapat ditangani dengan perawatan yang tepat. Para ahli seperti dokter, pskiater, dan psikolog akan mencari tahu motif dan penyebabnya. Setelah itu, akan diberikan tindakan seperti psikoterapi, obatan-obatan, atau gabungan keduanya.
Kedua, motif kriminal. Pertama, kriminal bertujuan mesum, seperti pria sengaja mengenakan hijab dan cadar hanya sekadar modus untuk berswafoto dan memeluk jamaah perempuan di masjid. Termasuk kategori ini pria bercadar hanya ingin bisa melihat perempuan saat di toilet atau kamar mandi mall khusus untuk wanita dan sejenisnya.
Kedua, pria bercadar terpergok warga saat berupaya mencuri sepeda motor di kawasan masjid. Berdasar data KTP dan SIM yang diunggah dalam Facebook, pria berkumis lebat berumur 42 tahun itu adalah warga Desa Pandanan, Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah. Tapi kemudian dikabarkan pria itu sakit jiwa.
Memojokkan Islam?
Hati-hati dengan Crosshijabers, Anomalis Pemicu Konflik dan Masalah https://t.co/E6TqU55Zom— Kompasiana (@kompasiana) October 14, 2019
Ketiga, modus untuk memojokkan Islam, khususnya Islam yang para jamaah perempuannya suka memakai jilbab syar'i. Keempat, ada operasi yang dilakukan pihak tertentu untuk membuat kegaduhan di masyarakat dengan menyebarkan isu crosshijabers. Modus-modus crosshijabers
semacam ini biasanya dituding untuk mengalihkan isu lain yang lebih besar dan lebih banyak menyedot perhatian masyarakat. Bila ini yang terjadi, memunculkan isu crosshijabers dengan tujuan agar isu besar itu terpecah.
Heboh crosshijabers dimulai setelah akun Twitter @Infinityslut mengunggah cuitan tentang eksistensi fenomena tersebut."Makin aneh aja orang orang anjir," katanya.
Keramaian pun semakin menjadi-jadi saat seorang pemilik akun Instagram @sheila_aidi menampilkan unggahan dengan tema serupa. Dalam unggahannya, dia menampilkan tangkapan layar InstaStories seorang crosshijaber yang bercerita tentang sederet alasan yang membuatnya berani tampil sedemikian rupa di depan publik.
Tak hanya itu, para pria yang berdandan layaknya perempuan muslim ini juga diketahui tergabung dalam sebuah komunitas yang terbentuk di beberapa jaringan media sosial.
Namun, dari pemantauan CNNIndonesia.com, akun Instagram @crosshijaber telah dihapus. Beberapa akun media sosial crosshijaber lain juga terpantau terkunci dan hadir tanpa foto profil.
Tak ayal, kabar soal aksi para crosshijaber di depan publik ini pun membuat netizen ramai. Beberapa dari mereka menyampaikan kekhawatirannya akan fenomena tersebut. Dari sini diketahui, ada motif membuat heboh setelah itu pelakunya pelempar isu meninggalkannya. Akunnya hilang atau diblokir. Inilah operasi orang jahat yang sengaja membuat gaduh sehingga polisi harus mengusutnya.
Kisah Thor & Molly House
Istilah 'crosshijaber' sendiri diambil dari sebutan 'crossdressing'. Nama terakhir merupakan istilah yang digunakan untuk gaya berdandan atau tampilan--secara spesifik pada busana--yang tidak sesuai dengan jenis kelamin bawaan sejak lahir. Crossdressing bisa dilakukan oleh pria yang berdandan seperti perempuan atau bahkan sebaliknya.
Perilaku ini kerap dianggap menyimpang. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai penyakit seksual. Namun, jauh sebelum sekarang, crossdressing telah digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Pada beberapa masa, crossdressing bahkan menjadi budaya.
Thor dianggap sebagai manusia pertama yang melakukan crossdressing. Mengutip All That Interesting, tampilan layaknya perempuan digunakan Thor untuk melawan para raksasa jahat yang mencuri palu Mjolnir miliknya.
Dalam cara yang lebih subversif, abad ke-18 mengenal eksistensi Molly House. Tempat itu menjadi wadah bagi para pria yang berdandan layaknya perempuan berpesta pora.
"Mereka mengadopsi semua hal yang ada pada wanita. Mulai dari cara berjalan, mengobrol, menjerit, dan marah-marah. Begitu mereka tiba, mereka mulai berperilaku persis seperti wanita, membawa gosip ringan, dan lainnya," tulis Edward Ward dalam The Secret History of Clubs (1709), mengutip Fashion History.
Crossdressing tak hanya berlaku bagi pria yang berdandan layaknya perempuan, tapi juga sebaliknya. Di antaranya muncul dalam sejumlah lakon gubahan Shakespeare. Dalam lakon-lakonnya, Shakespeare menekankan crossdressing sebagai upaya untuk melindungi diri. Pada masa itu, 'dunia luar' memang dianggap tak aman bagi kaum perempuan untuk berpergian seorang diri.(cnni/gas)
No comments:
Post a Comment