Iskandar--Takmir Masjid Al Falaah.
JAKARTA (DutaJatim.com) - Polisi dikritik karena bergerak cepat menangkap orang-orang yang diduga pelaku penculikan dan penganiaya salah seorang pendukung Presiden Joko Widodo, Ninoy Karundeng. Padahal, pengakuan Ninoy Karundeng belum tentu semua benar sebab luka lebam yang dideritanya bukan karena dia diculik dan dianiaya melainkan dikeroyok massa yang marah kepadanya saat terjadi aksi demonstrasi beberapa waktu lalu.
Polisi sendiri bukan hanya menangkap RF dan S saja yang diduga melakukan perbuatan tersebut. Dari pengakuan keduanya pada penyidik, diketahui ada terduga pelaku lain yang ikut membuat Ninoy hingga babak belur di bagian wajah. Setidaknya diduga ada puluhan orang yang melakukannya. Orang itulah yang disebut pengurus Takmis Masjid sebagai massa.
"Kita masih mengejar pelaku lain, banyak jumlahnya. Korban mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh para pelaku sekitar 20-30 orang," kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Suyudi Ario Seto saat dikonfirmasi wartawan, Jumat 4 Oktober 2019 lalu.
RF dan S telah ditetapkan jadi tersangka. Keduanya pun sudah ditahan di Rumah Tahanan Polda Metro Jaya. Mereka berdua punya peran berbeda tapi belum dirinci. Keduanya merupakan warga Tanah Abang.
RF dikenakan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UU RI nomor 11 tahun 2008 tentang ITE. Dia juga dikenakan Pasal 55, 56 KUHP junto Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 335 KUHP dan atau Pasal 333 KUHP.
Sedangkan S dikenakan Pasal 55 ayat (1) KUHP dan atau Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) juncto Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UU RI nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE dan atau Pasal 335 KUHP dan atau Pasal 333 KUHP.
"Inilah yang kita sebut polisi pilih kasih, melihat dari pengakuan Ninoy saja lalu bergerak cepat menangkap orang-orang yang diduga pelaku. Sebaiknya kan tanya orang-orang yang ada di sekitar lokasi kejadian. Misalnya tabayyun ke takmir masjid Al Falaah. Sebab, bisa jadi Ninoy bikin fitnah," kata Sumarsomo, warga Tanah Abang, Minggu siang tadi.
Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Falaah sendiri membantah pengakuan Ninoy Karundeng. Pengurus DKM Al-Falaah meminta Ninoy untuk duduk bersama membuktikan pernyataannya saat melaporkan ke polisi bahwa telah diculik dan dianiaya pada hari terjadinya kerusuhan demonstrasi di kawasan DPR RI, Senin, 30 September 2019 lalu.
Dua pengurus DKM Al-Falaah, Iskandar dan Sasmito, mengatakan, saat itu Ninoy Karundeng memang diamuk masa usai memotret kondisi demonstran yang sedang memadati jalanan depan masjid yang berlokasi di Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun, Sasmito menjelaskan, lebam dan bonyoknya muka Ninoy terjadi karena amukan massa.
Bahkan pengurus masjid justru khawatir amukan massa itu bisa berujung pada kematiannya, sehingga pengurus masjid berusaha memasukkan Ninoy ke ruangan bawah masjid supaya bisa ditangani paramedis yang saat itu sedang menggunakan ruangan tersebut.
"Sebenarnya gini, kalau wawancara sepihak gini menurut saya kurang adil. Kalau mau bawa Ninoy ke sini, kita obrolkan di sini. Itu lebih baik, itu namanya mediasi. Kan ada yang nulis disekap, diculik, mana yang namanya disekap, diculik," tegas dia saat ditemui di Masjid Al-Falaah, Sabtu, 5 Oktober 2019.
Iskandar menambahkan, usai diamankan dan dirawat, saat pulang Ninoy diberikan baju ganti untuk pulang. Kepulangannya pun diantar oleh demonstran dengan motor yang dia gunakan saat ke lokasi. Dia langsung diantar ke rumahnya.
"Dia dikasih baju. Salam-salaman. Dia terima kasih. Coba, motor dan orangnya dipesenin Go Box sampai rumahnya. Sampai dikawal juga sama motor supaya aman," kata Iskandar.
Namun apa yang terjadi setelah dia ditolong oleh pengurus masjid. Ninoy malah memfitnah mereka. Karena itu pengurus masjid menyesalkan tindakannya itu disebut oleh Ninoy sebagai penculikan dan penganiayaan. Padahal, kata dia, saat itu pihak DKM bersama tim medis berusaha menyelamatkannya dari amukan massa yang tidak terima difoto saat istirahat akibat cedera maupun sesak akibat gas air mata yang ditembakkan polisi.
"Ketahuan lagi orang Jokowi. Ya, sudahlah beringas massa. Jadi awalnya itu enggak ada apa-apa, aman di sini aja. Di sini cuman membantu mereka yang cedera berat dan butuh istirahat. Makanya, kami minta tolong diluruskan, agar masjid kami tak menjadi kambing hitam dari persoalan ini," kata Sasmito.
Terkait video yang beredar, Iskandar dan Sasmito sama-sama tidak mengetahui waktu pembuatannya dan orang yang merekam. Yang mereka bisa pastikan, hari itu Ninoy hanya semalam diamankan di ruangan bawah masjid bersama dengan para demonstran lain yang menjadi korban kerusuhan demonstrasi.
"Yang saya sesalkan itu kenapa dia dikatakan diculik dan disekap. Kalau diculik itu kita bawa di satu tempat, terus kita kunci, itu namanya diculik dan disekap. Wong ini duduk di situ ada dokter ada tim medis, kan penuh orang di sini," tutur Sasmito.
Ibu-Ibu Ditangkap
Namun demikian, Pengurus DKM Al-Falaah mengakui dua terduga pelaku penganiayaan dan penculikan Ninoy yang dikenal sebagai pegiat media sosial relawan Presiden Joko Widodo, merupakaan jamaahnya. Iskandar mengatakan, RF dan S sering beribadah di Masjid Al-Falaah. Tempat tinggal keduanya pun tak jauh dari lokasi masjid, namun dia enggan merincikan lokasi pasti tempat tinggal keduanya.
"RF itu kan ibu-ibu, jama'ah di sini, kadang-kadang ke sini kadang-kadang enggak karena dia ibu-ibu kan jarang jamaah. Tapi kalau yang S itu rajin di sini memang," ujar Iskandar saat ditemui di Masjid Al-Falaah, Pejompongan, Jakarta Pusat.
Iskandar mengatakan dia tidak tahu apakah keduanya terlibat organisasi masyarakat (ormas) tertentu di luar aktivitasnya di Masjid Al-Falaah. Namun di pastikannya, Masjid Al-Falaah tidak pernah terafiliasi oleh ormas tertentu, sebab kegiatanyya hanya bersifat ibadah reguler.
Saat kejadian pemukulan dan Ninoy diselamatkan ke dalam ruang bawah masjid sekitar pukul 20.00 malam pada 30 September 2019, keduanya tidak terlihat berada di lokasi. Begitu juga saat Salat Isya, Iskandar mengatakan S yang rajin jamaah juga tidak tampak. "Tapi kan susah dideteksi ya karena penuh orang salat," katanya.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, RF diciduk pihak kepolisian di salah satu restoran Jalan Danau Toba, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Sementara S tidak diketahui lokasi maupun waktu pastinya dia ditangkap.
"Tapi saya sendiri tidak paham benar, masa ibu-ibu ikut pukulin, enggak mungkinlah. Katanya dia ditangkap di warungnya restoran jalan toba itu," kata Iskandar.
Polisi Ambil CCTV
Saat dikonfirmasi lagi Minggu siang tadi Iskandar mengatakan polisi telah mengambil CCTV di masjid. CCTV itu disebut diambil sebagai barang bukti. Iskandar menyebut polisi butuh barang bukti soal dugaan adanya rencana pembunuhan Ninoy oleh seseorang yang dipanggil 'habib'. Iskandar menyebut pihaknya sama sekali tidak setuju dengan rencana kejahatan oleh seseorang yang dipanggil 'habib' itu.
"Kalau kami tuh tidak setuju dengan hal seperti itu, kalau memang ada (rencana pembunuhan). Tapi kami tidak tahu persis. Tidak tahu kalau ada rencana pembunuhan, kata 'Habib' itu mungkin polisilah (yang menangani) karena polisi yang bisa mencari fakta-fakta itu," kata Iskandar saat ditemui di Masjid Al Falah, Jalan Pejompongan Dalam, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Iskandar mengatakan DKM Al Falaah siap membantu penyelidikan kasus Ninoy dan menegaskan tidak tahu siapa yang memvideokan peristiwa interogasi yang kemudian viral itu. Dia lalu mengatakan CCTV di Masjid Al Falah sudah diangkut polisi.
"Kita bantu dari Dewan Pengurus Masjid Al Falaah bisa membantu penyelidikan selanjutnya. Karena yang memvideokan kita nggak tahu, yang merencanakan kita tidak tahu, ini perlu digarisbawahi. Kalau memang ada rencana itu, rencana itu kita tidak tahu," tegas Iskandar. (vvn/hud/det)
.
No comments:
Post a Comment