MALANG (DutaJatim.com) - Nama Demy (30) cukup populer di Jawa Timur. Di dunia dangdut koplo memang masih kalah moncer dibandingkan dengan Cak Shodiq Monata. Hanya saja bagi penggemar lagu berbahasa Osing atau Banyuwangian, Demy paling banyak disukai. Fans Demy tersebar di kawasan Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi, termasuk Pasuruan,Malang, hingga Surabaya.
Saat tampil bersama Elvy Sukaesih dalam acara launching portal dangdut Dangdutpro.com di depan pusat batik Celaket Kota Malang Sabtu 21 September 2019 lalu, pengunjungnya membludak. Bukan hanya karena Elvy Sukaesih tapi juga karena ada Demy yang sudah dikenal warga Malang.
Buktinya saat di panggung, Demy menyanyikan lagu-lagunya bersama penonton. Menyanyi dan berjoget bersama.Penonton hafal betul lagu populernya seperti Kanggo Riko, Edan Turun, Kelangan, Ngerekso Kangen dan lain-lain.
Video penampilan Demy bersama ratu dangdut Elvy Sukaesih di Malang.
Lagu-lagu Demy juga banyak diputar di angkutan umum dan acara hajatan. Panggung dangdutan pun tidak lepas dari alunan lagu dan suara pemilik nama asli Demy Hardy itu.
Lagu-lagu Demy juga banyak diputar di angkutan umum dan acara hajatan. Panggung dangdutan pun tidak lepas dari alunan lagu dan suara pemilik nama asli Demy Hardy itu.
Bahkan, banyak pula karyanya kemudian diaransemen ulang atau dibawakan oleh penyanyi dalam versi lain, seperti koplo atau pop. Hal inilah yang membuat lagu karya Demy yang beraliran dangdut kendang kempul dikenal semakin meluas se-Nusantara. Bahkan dinyanyikan para TKI di luar negeri.
Hampir seluruh karya Demy populer di pasar musik lokal dengan para penggemar pencinta musik dangdut koplo. Lagu banyak tersebar dalam bentuk compact disc (CD) yang dijual hingga pinggiran jalan.
Konsisten Lirik Osing
Mengutip kapanlagi.com, lagunya yang easy listening dengan syair yang menyentuh kondisi sosial, khususnya persoalan asmara, membuat cepat disuka. Lyricnya menggambarkan realitas dan perasaan masyarakat.
"Kita sebenarnya lokal saja, tidak muluk-muluk. Karena kita pakai bahasa daerah kita sendiri. Bahasa Osing. Intinya memberi yang terbaik untuk pendengar. Kalau nasional mau menerima karya kita, entah mengerti atau tidak bahasa 'Asing' kita, tapi ternyata bisa menikmati," kata Demy merendah, saat ditemui usai pentas di Kota Malang.
Dia mengungkapkan, seorang seniman dalam berkarya tidak bisa dibatasi diterima atau tidak oleh masyarakat. Seniman dalam berkarya menurut hatinya, bukan penilaian baik atau buruk.
"Kalau pun itu bisa didengar oleh orang kota lain ya terima kasih. Inilah karya kita, entah baik atau buruk. Itulah seniman," tegasnya.
Prinsip itu yang membuat Demy konsisten mengambil jalur musik dangdut tradisional dengan syair selalu berbahasa Osing. Lagu-lagu versi aslinya berbalut kendang kepul khas Banyuwangi dengan syair banyak bercerita tentang patah hati, kangen pujaan hati, diselingkuhi dan lain sebagainya.
Lirik menyayat hati itulah yang memang menjadi senjatanya, sehingga karyanya dapat melekat di hati penggemar. Nyaris seluruh lagu memang mengungkapkan dengan bahasa hati.
"Karakter seorang penulis lyrik atau puisi berbeda-beda, yang pasti kalau lyrik sebuah lagu kenapa kok saya lebih condong ke istilahnya bahasa dari hati. Lagu seperti itu kalau didengar seseorang insya Allah lebih berumur panjang dibanding lagu-lagu yel-yel atau lagu lucu atau yang lain, usianya tidak panjang, walaupun dapat diterima masyarakat. Lagu yang mellow, sedih-sedih, orang insya Allah bisa terbawa, memang juga masih tergantung judul lagu dan notasinya bagaimana," katanya.
Demy sendiri juga tidak membantah, bahwa beberapa lagu berangkat dari pengalaman pribadi yang dijalani dalam hidupnya. Kendati pria kelahiran Banyuwangi, 21 Desember 1981 itu menolak menunjukkan secara khusus. "Seorang penulis pastilah ada di dalamnya, pasti ada salah satu lagu," katanya.
Demy tinggal di Karangrejo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Dia putra kelima dari enam bersaudara dari pasangan Boadi dan Mudatik. Karier sebagai penyanyi profesional dijalani sejak 2010, tetapi bermain musik dan menulis lagu sejak 2004.
"Saya nyanyi di lokal Banyuwangi. Saya dikenal masyarakat awalnya justru bukan sebagai penyanyi, tapi pencipta lagu. Jadi masyarakat penasaran, karena karya-karya saya lebih dulu dikenal. Mulai menyanyi 2010, tapi mulai bermain musik dan mencipta lagu sudah sejak 2004," katanya.
Awal bermusiknya diasah lewat jalanan dengan menjadi pengamen di atas angkutan dan bus antar kota. Dia juga sempat menjadi anak band bersama teman-teman seusianya, sebelum kemudian salah satu karya ciptaannya diambil oleh sebuah label lokal.
"Kita dulunya ngeband juga, nggak tahu namanya label kan mencari bibit penyanyi. Salah satu karya diambil," katanya.
Saat lagu tersebut dilirik, Demy memang kerap menulis lyrik karena memang hidup di lingkungan seniman. Apalagi saat itu, dirinya juga menjadi penjual atau sales CD label tersebut dari kota-ke kota.
"Kita juga bekerja di satu label sebagai sales, sales kaset, CD, saat itu terjun ke kota-kota," katanya.
Hingga saat ini, Demy dengan kekhasannya tampil dari panggung ke panggung dengan lagu karyanya sendiri. Namun lagu yang disajikan dengan kesederhanaan dan rendah diri itu telah mengantarkannya tampil di sejumlah negara.
"Undangannya sampai kecamatan, tetangga desa, kalau yang jauh kita ya jadwalkan. Alhamdulillah, saya penghibur lokal yang bisa menyajikan karya sampai ke luar negeri, Hongkong, Malaysia, Taiwan, Brunei Darusalam," ujarnya. (gas/kpl)
No comments:
Post a Comment