SURABAYA (DutaJatim.com) - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta pengurus OSIS SMA/SMK Se-Jawa Timur agar mampu menjaga harmoni dan terus mewaspadai berbagai upaya provokasi dan intoleransi yang ingin merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, saat ini banyak bertebaran konten provokatif di media sosial dan ruang privat termasuk menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada Minggu 20 Oktober 2019 mendatang. Khofifah mengajak para siswa untuk dapat lebih bijak dalam menyikapi pemberitaan dan informasi yang beredar.
"Jangan gampang terpancing, jangan gampang terprovokasi. Dan jangan sampai mudah percaya dengan berita-berita yang tidak bertanggung jawab," ungkap Khofifah di depan ribuan pelajar SMA/SMK Se-Jawa Timur dan Pengurus OSIS di Lapangan Mapolda Jatim, Rabu (16/10/2019).
"Harus kita waspadai bersama karena konten tersebut tersebar di Instagram, Twitter, Youtube serta Whatsapp Group. Akun-akun itu menyebarkan narasi, foto, dan video yang mengajak masyarakat termasuk pelajar melakukan aksi," tambah dia.
Para pelajar SMA/SMK yang dikumpulkan merupakan perwakilan dari seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Timur yang diundang khusus dalam rangka silaturahmi Forkopimda bersama para Pelajar.
Khofifah mengatakan, selain belum cukup umur untuk memahami politik dan situasi negara, keberadaan pelajar dengan berbaju seragam sekolah, dikhawatirkan hanya dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk kepentingan sesaat. Terbukti, saat sudah berkumpul di titik kumpul mereka tidak tahu diajak kemana dan untuk apa akhirnya diajak kembali ke sekolah masing- masing , disinyalir ada juga yang mengaku ikut aksi karena diiming-imingi sejumlah uang.
"Tentu saja itu merupakan bagian dari pelanggaran terhadap perlindungan anak. Rentang usia 16-18 tahun atau masih berada di tingkat menengah atas masih masuk kategori anak-anak," imbuhnya.
Khofifah berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Cyber Crime Mabes Polri berperan aktif dalam melacak sumber penyebaran konten-konten provokasi dan intoleransi yang dapat memicu anarkisme. Pun dengan orangtua dan keluarga yang juga diharapkan mampu memberi pemahaman yang komprehensif mengenai sebuah isu dan situasi politik kekinian sehingga mampu mencegah anak melenceng dari tugasnya sebagai pelajar.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan menyarankan para siswa untuk belajar sesuai tugasnya dan tidak terpancing apa yang ada di media sosial.
"Kalau pelajar kan sekolah. Pelajar itu untuk belajar bukan untuk demo. Jadi memang pelajar sudah ada tempatnya di sini. Kemarin ada pihak-pihak yang terpancing adanya berita di medsos, alhamdulillah Jatim tidak ada," imbuhnya. (gas)
No comments:
Post a Comment