Hakam Mabruri bersama Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini dan Ketua PBNU Robikin Emhas (Foto: NU Online)
MALANG (DutaJatim.com) - Seorang santri asal Malang, Jawa Timur, Hakam Mabruri, berencana keliling benua Afrika dengan bersepeda. Alumni Pondok Pesantren An-Nur II Malang, Jawa Timur, itu akan melintasi 14 negara dengan menempuh waktu setahun.
Sebelum memulai perjalanannya yang sangat jauh itu, Hakam Mabruri meminta restu kepada orang tuanya, istrinya, dan para gurunya. Bahkan dia juga mohon doa kepada para kiai di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Untuk itu Kamis (10/10/2019) Hakam Mabruri sowan kepada Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, di ruangannya, lantai 3 Gedung PBNU, Jakarta.
Kiai Said--panggilan Ketum PBNU-- pun menggelengkan kepala. Dia kagum pada santri yang di Bulan Santri Nasional ini melakukan kegiatan tersebut. Karena itu Kang Said bersama para kiai lain yang ada di ruangannya mendoakan Hakam Mabruri agar selamat saat berangkat, selama saat dalam perjalanan, hingga kembali ke kampung halamannya di Bululawang, Malang, Jawa Timur.
“Saya doakan santri dari Malang ini, Hakam Mabruri, agar Allah SWT selalu melindunginya dari bahaya apa pun,” kata Kang Said.
Kiai Said mengatakan perjalanan seperti Hakam memang pernah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu. Misalnya Ibnu Batutah sambil menyebarkan agama Islam. Karena itu dia pun bersyukur ternyata saat ini ada seorang lulusan pondok pesantren yang melakukan hal yang hampir sama dengan yang dilakukan Ibnu Batutah.
“Saya pesan jangan lupa mencatat semua apa yang dilihat dan ditemui selama dalam perjalanan,” kata Kiai Said Aqil.
Ajak Istri Umrah Bersepeda
Perjalanan ini bukan yang pertama kali dilakukan Hakam Mabruri. Pada tahun 2017 dia pernah melakukan hal serupa, bersepeda hingga Arab Saudi. Bahkan waktu itu, dia tidak sendirian, melainkan bersama istri tercintanya, Rofingatul Islamiyah.
Hakam Mabruri merupakan anggota Gerakan Pemuda Ansor Malang. Dia saat itu bersama istrinya menempuh perjalanan selama 14 bulan. Tapi memang tidak seluruh perjalanan memakai sepeda. Karena kondisi di perjalanan dari satu negara ke negara lain itu berbeda, kadang dia dan istri terpaksa menggunakan pesawat terbang seperti dari Thailand ke India dan dari India ke Yordania.
Hal itu karena masalah perizinan di negara tersebut seperti terjadi ketika akan memasuki Pakistan, Palestina dan Israel.
Misi perjalanan Hakam kali ini sama dengan perjalanan sebelumnya, yaitu memperkenalkan Islam Indonesia ke penduduk Afrika. Kalimat yang akan dia sampaikan adalah bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin dan cinta perdamaian.
Saat itu Hakam Mabruri dan Rofingatul Islamiah menggenjot sepeda dari Kota Malang, Jawa Timur sejak 17 Desember 2016. Pada Selasa 17 Oktober 2017 lalu, pasangan ini telah mencapai perbatasan Mesir-Jordania, setelah bersepeda selama 304 hari.
Hakam Mabruri dan istri pada Minggu pagi (29/10/2017) menyempatkan diri mampir ke Kedutaan Besar RI Kairo, Mesir, dan bertemu dengan Duta Besar Helmy Fauzy serta seluruh staf KBRI Kairo.
Pada Minggu pagi itu, seluruh staf KBRI sedang melakukan kegiatan rutin olahraga bersama.
Hakam dan Istri lantas didaulat untuk berbagi pengalaman tentang perjalanannya sejak dari Indonesia.
Setelah mencapai Kairo, Hakam Mabruri dan istri mengelilingi Mesir selama dua minggu sambil menunggu proses visa dari Arab Saudi.
Bagi Dubes Helmy Fauzy, ini merupakan pengalaman pertama menerima warga Indonesia yang bersepeda keliling dunia, apalagi dengan sepeda tandem suami-istri.
“Kegiatan seperti ini sangat positif dan membawa nama Indonesia sebagai salah bentuk diplomasi yang dapat dilakukan oleh warga Indonesia,” ujar Helmy Fauzy.
“KBRI Kairo akan memberikan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan selama Hakam Mabruri dan istri berada di Mesir,” tambah Helmy Fauzi.
Berdasarkan penuturan Mabruri, perjalanan panjang yang dimulai dari kota Malang didasari semangat berpetualang. Dia juga ingin menunjukkan kepada dunia tentang Islam Indonesia yang moderat dan membawa damai.
Bagi Hakam Mabruri, perjalanan saat itu merupakan yang pertama kalinya mengajak sang istri turut serta setelah sebelumnya dia melakukan beberapa petualangan dengan sepeda seorang diri.
Sedangkan bagi Rofingatul Islamiah, perjalanan ini adalah bentuk pengabdian istri mendampingi suami, sekaligus memperkuat sikap tawakal kepada Yang Kuasa.
Bagi keduanya, perjalanan ini juga merupakan perjalan iman yang membawa misi Islam yang rahmatan lil ’alamin.
Rangkaian perjalanan panjang ini diakhiri dengan ibadah umrah di Makkah, sebelum mereka kembali ke Tanah Air. (nuo/kcm)
No comments:
Post a Comment