JAKARTA (DutaJatim.com) - Ustadz Yusuf Mansur merasa difitnah. Bos Paytren ini dikabarkan sering bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW. Bahkan, disebut pula sering ngobar alias ngopi bareng Nabi. Sungguh keterlaluan sang peniup isu tersebut.
Lalu bagaimana respon Yusuf Mansur? Ustadz yang gemar berbisnis ini tampak santai saja menanggapi fitnah yang mengarah pada dirinya itu. Dia pun tidak marah. Ustadz spesialis penganjur sedekah itu justru mendoakan hal baik untuk sang penebar fitnah tersebut.
"Saya didoain yang baik-baik," kata Ustadz Yusuf Mansur Rabu (9/10/2019) seperti dikutip dari detik.com. Tak hanya itu, Yusuf Mansur juga berharap publik bisa lebih bijak dalam mencerna informasi. Pasalnya, narasi yang digembar-gemborkan pemfitnah begitu jelas sangat tidak masuk akal sehingga mestinya diabaikan.
"Penerima info kudu hati-hati dan sedikit mikir. Masa iya saya ngopi bareng (ngobar) Rasul? Hehehe... hebat amat...!" katanya lagi.
Sebelumnya, Yusuf Mansur mengunggah artikel berjudul kontroversial di Instagram pribadinya. Ayah Wirda Mansur itu disebut mengaku pernah bertemu Rasul hingga ngopi bareng. Yusuf Mansur jelas menampik tulisan di artikel tersebut. Namun, dia tak mau terpancing emosi dan memilih menanggapinya secara tenang. Dia mengaku ikhlas dengan tudingan tersebut.
"Saya ikhlas. Nggak apa-apa banget. Nggak merasa tercemar juga. Yang ikut ngomongin juga nggak dosa apa-apa. Sebab kan bisa jadi juga nggak tahu. Hanya termakan info yang nggak betul, itu saja," tuturnya.
Yusuf Mansur justru tak segan untuk melakukan introspeksi diri. Jangan-jangan dirinya bersalah. "Saya pun nggak segan mengintrospeksi jika saya salah," katanya.
Yusuf Mansur mengaku tak takut dan tak kapok untuk memberikan argumennya setelah difitnah pernah bertemu dengan Nabi. "Kan nggak semua berita juga jelek. Adil-adil aja. Kalau kita mau terima siang, kita juga kudu mau terima malam. Kami mendoakan yang baik-baik," katanya.
Lantas apa benar seseorang bisa bertemu Rasul? Mungkin yang dimaksud adalah tafsir dari hadist seperti jawaban di konsultasisyariah.com ini. "Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa yang berdusta atas diriku secara sengaja maka hendaknya dia mengambil tempat duduk dalam neraka.”(HR. Bukhâri 110). Untuk itu penting diperhatikan, bahwa guna membuktikan kebenaran mimpi itu adalah yang bersangkutan harus mengetahui ciri fisik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila tidak, bagaimana mungkin bisa menyebut orang dalam mimpi itu adalah Nabi?
Seorang ulama tabi’in, Ayyub as-Sikhtiyani menceritakan,
كان محمد -يعني ابن سيرين – إذا قص عليه رجل أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم قال: صف لي الذي رأيته ، فإن وصفه له صفة لا يعرفها ، قال لم تره
"Apabila ada orang yang mengaku mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muhammad bin Sirin, maka Beliau meminta, “Ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri orang yang kamu lihat.” Jika orang ini menyebutkan ciri-ciri yang tidak Beliau kenal, maka Ibnu Sirin akan mengatakan, “Kamu tidak bertemu nabi.” (Fathul Bari, 12/384).
Sekali lagi, pertemuan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hanya berlaku dalam mimpi.
Lalu bagaimana seseorang bisa mengaku bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi sadar? Isu soal Yusuf Mansur itu bukan pertama. Dulu sudah ada orang yang mengaku seperti ini. Terutama orang-orang sufi. Dan ini sudah diingkari oleh beberapa ulama, diantaranya al-Hafidz Ibnu Hajar dan as-Sakhawi.
Al-Hafidz menyebutkan dalam Fathul Bari,
أن ابن أبى جمرة نقل عن جماعة من المتصوفة أنهم رأوا النبي في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة
Bahwa Ibnu Abi Hamzah pernah menyebutkan dari beberapa orang sufi bahwa mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, kemudian setelah itu mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi sadar (di luar mimpi). (det/ara)
No comments:
Post a Comment