SIDOARJO (DutaJatim.com) - Seorang teman muslim pendukung Presiden Jokowi bertanya kepada saya: "Apa ada orang seperti Ahok, ya terkesan kasar, gak sopan, blak-blakan, mekodol, kemlinti (sombong, Red.), dari golongan lain baik etnis maupun agama, di zaman Rasulullah SAW? Dan bagaimana Nabi SAW menghadapi orang seperti itu, semisal dia menghina Islam?"
Ya, Ahok Jadi Bos BUMN dan Kisah Nabi Hadapi Tukang Hate Speech mungkin patut jadi renungan bersama.
Namun saya tidak bisa menjawab sebab saya bukan ustad ahli agama. Namun, soal menghina Islam dan Nabi SAW, dengan kasar, sudah banyak ceritanya. Salah satunya ditulis dalam islam.co ini:
Penghinaan terhadap Nabi saat itu dilakukan sekelompok orang Yahudi. Mereka melakukan ujaran kebencian alias hate speech kepada Nabi. Saat itu Aisyah RA kebetulan sedang berada di rumah menemani Nabi.
Sekelompok umat Yahudi sengaja mendatangi rumah Rasulullah SAW hanya untuk menghinanya. Bahkan menyumpahinya mati. Dalam bahasa Arab, mereka mengatakan, "as-Sam ‘alaik", kepada Nabi. Kira-kira artinya begini: “Hei Muhammad, modar, Lu!”
Mendengar sumpah serapah ini, Aisyah sebagai istri Nabi, tentu saja geram segeram-geramnya. Beliau lalu membalas ujaran mereka dengan setimpal. Asiyah berujar demikian, "as-Sam ‘alaikum, wa la’anakumullah wa ghadhiba ‘alaikum." “Celaka kalian, umat Yahudi. Semoga Allah melaknat dan membenci kalian.”
Lantas bagaimana respon Nabi? Apakah Nabi terpancing emosi Aisyah?
Tidak. Nabi justru berkata demikian kepada Aisyah: mahlan ya ‘Asiyah, alaiki bir rifqi wa iyyaki wal ‘unf aw al-fuhsy.
"Tenang Aisyah, tetaplah berperilaku lembut (kepada mereka), tak usah emosi dan berkata kotor.” Begitu nasihat Nabi kepada Aisyah.
Merasa belum puas, Aisyah pun agak protes kepada Nabi, “Nabi, tidakkah engkau mendengar perkataan buruk mereka kepadamu?”
“Iya, saya dengar Aisyah. Biarkan saja Allah yang membalas. Kalau saya tidak dzalim, insya Allah mereka yang akan terkena akibatnya sendiri dari doa buruk mereka.”
Kisah yang lebih popular soal keluhuran akhlak Nabi SAW adalah saat mereaksi penghinaan pengemis Yahudi kepada Beliau SAW. Dan, atas keluhuran akhlak Nabi itu orang-orang pun berbondong-bondong masuk Islam dan mengikuti ajarannya.
Saat itu di sudut Pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta selalu berkata kepada orang yang mendekatinya:
"Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Bila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya!"
Hari demi hari pengemis Yahudi itu mencela Rasulullah SAW. Kejadian itu terus berlangsung di pojok Pasar Madinah. Sebagai Nabi yang diberi wahyu oleh Allah SWT, Rasulullah tentu tahu apa yang dilakukan pengemis Yahudi buta itu.
Setiap pagi Rasulullah SAW pun tetap mendatanginya dengan membawa makanan. Dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu.
Saat Rasulullah menyuapinya, si pengemis Yahudi itu tetap berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW menyuapi pengemis Yahudi itu hingga menjelang Beliau wafat. Dan setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari sahabat Nabi, Abu Bakar RA, berkunjung ke rumah putrinya, Aisyah RA, yang juga istri Rasulullah. Beliau bertanya kepada putrinya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku (Nabi Muhammad) yang belum aku kerjakan?"
Aisyah menjawab ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja".
"Apakah itu?" tanya Abu Bakar.
"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana," kata Aisyah.
Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu!?"
Abu Bakar menjawab, "Aku orang yang biasa."
"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis buta itu.
"Apabila dia datang kepadaku, tangan ini tidak susah memegang dan mulut ini tidak susah untuk mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu dengan mulutnya. Setelah itu ia berikan padaku," kata pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Dia pun menangis sambil berkata kepada pengemis itu,
"Aku memang bukan orang yang biasa datang kepada kamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW."
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, dia pun menangis sedih dan kemudian berkata, "Benarkah demikian?"
"Selama ini aku selalu menghinanya. Memfitnahnya. Da tidak pernah memarahiku sedikit pun. Da mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Dia begitu mulia." Pengemis Yahudi buta itu akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar.
Begitulah. Saya tidak menjawab si teman, tapi menunjukkan cerita yang ditulis di kalam.sindonews.com itu kepadanya. Cerita yang sesungguhnya dia sudah tahu. Dia mungkin merenungkan masalah Ahok Jadi Bos BUMN dan Kisah Nabi Hadapi Tukang Hate Speech tersebut.
Si teman ini salah satu dari sekian juta umat yang hari-hari ini membahas Ahok karena mantan narapidana kasus penistaan agama itu justru mendapat tawaran menjadi petinggi BUMN. Ahok yang mantan Gubernur DKI Jakarta bakal menjadi bos BUMN sektor energi. Perusahaan pelat merah yang sangat strategis menguasai hajat hidup orang banyak. Mungkin itu Pertamina, atau PLN, atau Inalum yang anaknya usahanya juga ada perusahaan pertambangan.
Maklum bila ada yang khawatir terhadap Ahok, terutama bila kader PDIP ini memiliki kekuasaan yang besar di bidang yang sangat strategis itu.
"Apa Ahok tidak ngapain-ngapain lagi dia saat nanti jadi bos BUMN? Mungkin juga kursi BUMN ini hanya jadi lompatan untuk karier politiknya lebih jauh lagi. Apalagi isunya dia akan menggantikan KH Ma'ruf Amin jadi wapres," kata teman lain lagi yang suka membahas teori konspirasi itu.
"Hus, jangan termakan hoax. Itu isu lama yang tidak terbukti benar. Bahkan Kiai Ma'ruf sudah membantahnya!" jawab si teman pendukung Jokowi.
"Itu masih jadi kekhawatiran teman-teman!" jawabnya.
"Khawatir boleh, asal jangan menyebarkan hoax. Asal jangan berlebihan. Ahok jadi bos BUMN itu terserah Pemerintah, apa maunya Presiden. Kita kritik Pemerintah, bila mangangkat orang jadi pejabat hanya karena balas budi, jatah-jatahan saja, bukan karena profesionalitas dan kemampuannya. Kita kritik Ahok bila nanti menjabat tapi tidak becus. Kita harus kawal semua itu," kata saya, normatif.
Suara teman saya tadi hampir sama dengan komentar Persaudaraan Alumni 212 (PA 212). Ketua umum PA 212 Slamet Ma'arif menilai Ahok kurang tepat memimpin BUMN. Menurutnya, rekam jejak Ahok kurang baik dan perangainya buruk. Dia mempertanyakan apakah tidak ada orang lain yang lebih sopan dan tidak kasar untuk posisi bos BUMN?
"Apa di Indonesia nggak ada lagi orang yang track recordnya baik, sopan, tidak kasar," tegas Slamet.
Dia juga mempertanyakan apakah tidak ada sosok lain yang tidak korupsi dan bagi-bagi kekuasaan. "(Apa tidak ada) yang tidak terindikasi korupsi? Atau bagi-bagi kekuasaan untuk menutupi sesuatu," lanjut Slamet.
Slamet mengingatkan kepada pemerintah agar berhati-hati. Menurutnya, jangan sampai penunjukan Ahok menyakiti perasaan umat Islam. "Hati-hati Pak! Jaga perasaan umat biar kondusif ini negara," tegas Slamet.
Sekali lagi, khawatir boleh. Wajar bin manusiawi. Tapi jangan berlebihan. Kritik terhadap Jokowi dan Ahok juga wajar asal dengan data akurat. Bukan dengan hoax.
Dan semua itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Mengkritik, bahkan melawan, dengan akhlakul kharimah. Melawan dengan cara Allah dan Rasul-Nya.
Kemuliaan Memaafkan
Bukan hanya sekelompok Yahudi yang membenci Rasulullah. Bahkan, kaum kafir Quraisy yang jumlahnya jauh lebih besar sangat amat membencinya. Pada titik tertentu, Nabi SAW harus melawan dengan tegas: perang!
Namun itu jalan terakhir. Yang Beliau lakukan saat menyambut murka orang kafir Quraisy justru lebih banyak dengan kasih sayang dan penuh maaf.
Aisyah RA pernah ditanya terkait watak pribadi Rasulullah, dia pun menjelaskan:
كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح
Artinya, “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: Beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan Beliau pemaaf dan mendamaikan,” (HR Ibnu Hibban).
Di antara sifat Rasulullah SAW ialah suka memberi maaf. Beliau acapkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya. Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf.
Allah SWT berfirman:
فمن عفا وأصلح فأجره على الله
Artinya, “Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” (QS: Asy-Syura: 40).
Sementara dalam hadits disebutkan:
وما زاد الله عبد بعفو إلا عزا
Artinya, "Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan,” (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).
Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah SWT memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut. Pastinya, tidak ada kerugiaan bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak.
Andaikan Nabi SAW seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini. Dengan memberi maaf, paling tidak kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Nabi SAW. Mengikuti etika dan kesopanan yang Beliau ajarkan tentu lebih utama ketimbang mengikuti model pakaian Nabi saja.
Saking sopan dan lembutnya Nabi SAW, sahabat Al-Bara bin ‘Azib, seperti dikutip dari Syamailul Muhammadiyah, menggambarkan wajah Rasulullah SAW laiknya bulan, bukan seperti pedang.
Lalu adakah Ahok Jadi Bos BUMN dan Kisah Nabi Hadapi Tukang Hate Speech ini yang bisa kita pelajari bersama? Yang jelas, sunnah Rasulullah SAW sudah lengkap, tinggal kita meniru apa yang Beliau lakukan day to day saja atau sedikit improvisasi disesuaikan dengan konteks zamannya.
Wallahu a’lam. (hud)
Sumber: Hengki Ferdiansyah (islam.nu.or.id), kalam.sindonews.com
Foto: cnnindonesia.com
No comments:
Post a Comment