JAKARTA (DutaJatim.com) - Selama pekan kemarin berita soal penyidik senior KPK, Novel Baswedan, termasuk paling heboh. Novel bukan hanya dilaporkan oleh kader PDIP tapi juga dipojokkan di dunia maya. Novel Baswedan, Sudah Jadi Korban Dikeroyok Pula.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan pihaknya telah menerima laporan politikus PDIP Dewi Tanjung soal dugaan rekayasa kasus penyidik KPK Novel Baswedan. Polisi akan memeriksa Dewi maupun Novel terkait kasus tersebut.
Sama dengan materi laporan ke polisi, Novel juga dituding melakukan rekayasa atas kasus penyiraman air keras yang membuat matanya buta. Banyak akun medsos mengeroyok Novel.
Adalah akun Twitter Lambe Turah @turahnyinyir yang membagikan gambar yang terdapat dua sisi foto Novel Baswedan. Dalam cuitan akun @TurahNyinyir itu, tampak dua foto Novel dengan kondisi sebelah matanya yang berbeda.
Akun Lambe Turah juga menuliskan narasi sebagai berikut:
Manusia Kadang Kelupaan..
Itu Shoflens Kadang Dipasang Kiri, Kadang Dikanan..
Maaf Cuma Mengingatkan Aja Pak.. 😂😂
#SeluruhIndonesiaKenaTipu
Akun Lambe Turah @turahnyinyir terkesan menuding Novel Baswedan memakai softlens atau lensa kontak dan terkadang salah pasang. Cuitan ini muncul seiring dengan menyebarnya isu bahwa rusaknya mata Novel akibat penyiraman air keras merupakan rekayasa belaka.
Cuitan yang dibuat pada 7 November 2019 itu sudah dibagikan 71 kali dan disukai 178 kali per tangkapan layar yang dibuat.
Lalu apa benar tuduhan itu? Rupanya hasil cek fakta softlens Novel BaswedanKubu Novel Baswedan Akan Perkarakan Balik Dewi Tanjung, Ini Tuntutannya Pada Presiden Jokowihttps://t.co/e64th9JD5r pic.twitter.com/gcxVkgFmfY— makLambeTurah#Paling Cakep🥰 (@makLambeTurah) November 7, 2019
hasilnya berbeda.
Setelah dilakukan penelusuran oleh Aribowo Sasmito, Co-Founder, Head of Fact Checker Committee di Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), foto Novel Baswedan yang dibagikan akun Lambe Turah itu adalah hasil suntingan.
"Foto itu ditukar (flip) dari kanan ke kiri," kata Aribowo dalam ulasan cek faktanya, Jumat (8/11/2019)
Aribowo mengatakan, cuitan Lambe Turah ini masuk dalam kategori konten yang dimanipulasi.
"Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu. Akun itu membagikan foto hasil suntingan sehingga membangun premis yang salah," kata Aribowo.
Dalam ulasan periksa fakta ini, Aribowo juga melampirkan sumber foto asli. Foto pertama yang dibagikan akun Lambeh Turah itu sebelumnya dimuat di salah satu media online. Yakni penyidik senior KPK Novel Baswedan saat berada di gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/2).
Sebelumnya Novel Baswedan disiram air keras saat pulang salat berjamaah pada subuh 11 April 2017," begitu deskripsi foto yang dimuat dalam media online tersebut.
Dengan nama fotografernya, Herman Zakharia. Namun, oleh akun Lambe Turah, foto karya Herman Zakharia itu dibalik posisinya.
Kronologi Isu
Selain itu Tempo.co juga membuat analisa merebaknya isu Novel Baswedan, Sudah Korban Dikeroyok Pula ini.
Tempo.co menampilkan analisis Drone Emprit yang menunjukkan tudingan bahwa penyidik senior KPK Novel Baswedan merekayasa penyiraman air keras banyak beredar di akun-akun Twitter pendukung Presiden Joko Widodo atau JokowiPegawai KPK Siap Laporkan Akun Medsos Tuduh Novel Baswedan Rekayasa Kasushttps://t.co/kODKCJTr0F— makLambeTurah#Paling Cakep🥰 (@makLambeTurah) November 6, 2019
Peneliti dan analis Drone Emprit, Hari Ambari, mengatakan ada banyak akun yang menyebarkan narasi soal rekayasa penyerangan Novel. Namun, dua akun yang paling menonjol adalah @AdellaWibawa dan @Triwulan.
“Narasi yang mereka sebarkan beredar di kalangan akun-akun Twitter pendukung Jokowi saat Pilpres,” kata Hari pada Selasa, 5 November 2019.
Drone Emprit merupakan tool buatan Ismail Fahmi yang bisa memantau dan memetakan percakapan di media sosial.
Tool ini membaca isu Novel mulai naik pada Rabu, 30 Oktober 2019. Saat itu, DPR sedang menggelar uji kelayakan dan kepatutan untuk calon Kepala Polri atau Kapolri Komisaris Jenderal Idham Azis. Kemudian, Komisi Hukum DPR mengesahkan Idham sebagai Kapolri terpilih.
Seusai penetapan itu, wartawan yang menunggu di DPR mencecar Idham dengan beberapa pertanyaan seputar rencana kerja, penunjukan Kepala Bareskrim atau Kabareskrim, dan kelanjutan perkara penyiraman terhadap Novel.
Bukan tanpa alasan wartawan menanyakan persoalan ini kepada Idham. Mantan Kepala Bareskrim ini merupakan ketua Tim Teknis yang bertugas mengusut teror terhadap Novel. Tim ini bertugas selama tiga bulan sejak Agustus 2019.
Menjawab pertanyaan soal pengusutan teror kepada Novel, Idham mengatakan akan segera menunjuk Kabareskrim. "Begitu saya dilantik, saya akan tunjuk Kabareskrim baru dan saya beri waktu untuk segera ungkap kasus," kata Idham pada Rabu, 30 Oktober 2019 di Gedung DPR.
Keesokan harinya, Idham yang baru saja dikukuhkan oleh DPR sebagai Kapolri terpilih kembali mengulang pernyataan ini. Sejak saat itu, percakapan seputar Novel Baswedan riuh di media sosial.
Pembicaraan soal Novel semakin riuh ketika Presiden Jokowi mengatakan memberikan waktu kepada Jenderal Idham sebagai kapolri baru untuk mengusut pelaku di balik teror ini pada awal Desember 2019.
"Saya sudah sampaikan ke Kapolri baru, saya beri waktu sampai awal Desember," kata Jokowi dalam dialog bersama wartawan Istana Kepresidenan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 1 November 2019.
Novel pun ikut angkat bicara soal komitmen Presiden Jokowi dan Kapolri Jenderal Idham Azis terkait teror ini. Ia mengatakan berencana keluar dari lembaga antikorupsi tempatnya bekerja. Ia akan keluar dari KPK bila bisa memastikan pemerintah sudah tidak ingin ada pemberantasan korupsi.
"Saya hampir bisa memastikan pemerintah tidak berkeinginan memberantas korupsi. Kalau itu bisa saya pastikan, saya keluar dari KPK," kata Novel saat dihubungi, Sabtu, 2 November 2019.
Drone Emprit membaca ada beberapa akun yang bernada negatif terhadap Novel. Seperti, @Eko_Kunthadi, @03_Nakula, dan @Ary_Prasetyo. Hari mengatakan narasi yang dibawa akun-akun ini termasuk yang paling banyak disebarkan ulang (retweet).
Gong serangan terhadap Novel mulai ketika akun @AdellaWibawa dan @Triwulan mentweet tudingan bahwa serangan ini rekayasa. "Mata Novel Baswedan saat baru ditayangin di NET TV 18 april 2017..!?dia kaget dg tiba2 kemunculan wartawan NET, liat matanya dan pipi mulus pdhl baru kasus penyiraman," tulis si empunya akun akun itu pada 4 November 2019.
Hingga Rabu, 6 November 2019, tudingan @AdellaWibawa sudah disebar ulang sebanyak 1.230 kali. “Akun ini menjadi influencer paling dominan,” kata Hari.
Novel menceritakan alasan kenapa matanya yang ada di dalam video viral terlihat seperti baik-baik saja. 2Ia mengatakan video itu diambil sebelum menjalani operasi mata osteo odonto keratoprosthesis--metode operasi bagi pasien dengan cidera kornea. Novel menjalani operasi di Singapore National Eye Centre pada 17 Agustus 2017.
Operasi dilakukan untuk membersihkan mata dari katarak dan menyedot cairan glukoma di bola mata yang terluka. Kemudian, dilanjutkan dengan mencabut dan meleburkan satu gigi, serta memotong dan mencabut gusi yang digunakan untuk melapisi mata.
Novel menuturkan bila orang melihat kondisi matanya sebelum operasi, pasti akan menganggap matanya baik-baik saja, tidak berwarna merah seperti sekarang dan bening seperti kelereng. "Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang," kata dia ketika dihubungi Selasa, 5 November 2019.
Dalam operasi itu, dokter membuat retina artifisial dari gigi yang dibentuk menjadi ring dan membuat pelapisnya dengan lapisan tipis yang ada di kulit gigi. Artifisial tersebut kemudian ditanam ke dalam pipi untuk menjadi retina baru.
Menurut Novel, setiap perawatan yang dia jalani selalu dilaporkan ke pimpinan KPK. Ia mengatakan ada pula pegawai KPK lainnya yang selalu menemaninya selama perawatan dan mengetahui kondisi sebenarnya
Seorang pegawai KPK yang menemani Novel selama perawatan menceritakan detik-detik ketika video di media sosial itu diambil. Ia menyebutkan video itu diambil Wartawan Net TV di lobi Singapore National Eye Center (SNEC), sekitar 19 April 2017. Novel, kata dia, keluar dari ruang perawatan untuk mengecek kondisi matanya setiap hari di SNEC. "Ketika itu wartawan menunggu NB di depan lift," katanya.
Sebelum dirawat di SNEC, kata pegawai ini, Novel telah menjalani pemeriksaan di Singapore General Hospital. Pada 14 April 2017, tim dokter SGH Burn Unit, Plastic Surgery dan Otolaryngology alias THT berhasil membersihkan luka bakar di bagian wajah Novel. Lalu, pada 15 April 2017, tim dokter lainnya membersihkan residu air keras di saluran pernapasan eks perwira polisi ini. "Novel sempat mengeluh sesak nafas, setelah dicek terdapat luka bakar di rongga hidung," kata dia.
Menurut pegawai ini pula, kondisi mata Novel ketika itu mengalami luka bakar di hampir seluruh selaput pelindung kornea. Dokter sempat mengambil opsi menunggu proses pertumbuhan selaput mata dengan memberikan obat tetes secara rutin untuk memacu pertumbuhan.
Namun, cara itu tidak berhasil memulihkan penglihatan penyidik yang kerap menangani kasus besar ini. Sehingga pada 19 Agustus 2017, tim dokter melakukan operasi OOKP tahap pertama.
Ia menunjukan foto kondisi Novel seusai menjalani operasi tersebut. Berbeda dengan kondisi matanya seperti di video, dalam foto itu kedua mata Novel berwarna merah. Mata kiri Novel--yang menjadi organ yang paling parah mengalami kerusakan--tampak membengkak hingga bagian hitam bola matanya tidak nampak.
Laporan medis Novel Baswedan dari Klinik Eye & Retina Surgeons, Singapura, pada 26 Mei 2017 menegaskan bahwa kondisi mata Novel tidak baik-baik saja. Laporan medis itu menuliskan ada luka bakar ringan sampai sedang pada wajah dan kelopak mata yang telah dirawat. Cedera kimiawi melibatkan kedua mata. "Ketajaman visualnya masing-masing adalah 6/24 dan 6/15 pada mata kanan dan kiri," tulis laporan medis itu.
Sang Jurnalis Heran
Heboh kasus ini membuat Jurnalis NET TV, Delviana Azari yang membuat video itu juga angkat bicara. Delviana juga heran dengan isu Novel Baswedan, Sudah Korban Dikeroyok Pula tersebut.
Delviana mengatakan video itu diambil sekitar 19 April 2017 di Singapore General Hospital. Dalam videonya, dia bercerita bahwa ketika itu kondisi mata Novel tidak terlihat seperti mata orang umum.Jurnalis yang Videonya Diviralkan untuk Sudutkan Novel Baswedan Angkat Bicarahttps://t.co/6yBjV3VCyX pic.twitter.com/7Cm2NgEZNz— makLambeTurah#Paling Cakep🥰 (@makLambeTurah) November 7, 2019
"Kalau gue boleh menceritakan apa yang gue lihat saat itu, kondisi mata dari Novel Baswedan itu. Kan waktu sebelum berangkat beliau kan sempat diperban, nah waktu itu udah enggak diperban. Sudah dilepas, tapi di sekitar jidat di sekeliling mata kayak ada oranye-oranye kayak Betadine gitu," kata Delviana lewat akun YouTube yang diunggah pada Kamis, 7 November 2019.
Dia melanjutkan:
"Yang paling miris adalah kondisi bola mata, kalau menurut akun itu it looks so fine, gue lihat miris bola mata yang gue lihat, yang gue rekam, mata kita beradu pandang, fokus gue ke bola matanya, bola matanya saat itu warnanya kayak kelereng kehijauan dan sama sekali tidak terlihat normal, itu menurut gue yang gue lihat," kata dia.
Lebih lanjut, Delviana juga menjelaskan tentang kondisi kulit di sekitar mata Novel yang disebut baik-baik saja. "Nah beliau sempat bilang perawatan di rumah sakit di Singapura sangat baik, sehingga luka di kulitnya cepat pulih," ucap dia.
Di penghujung video, Delviana kemudian mempertanyakan sejumlah akun yang kembali mengangkat video liputan itu untuk kemudian diberikan narasi berbeda.
"Gue juga wow kalau ada orang yang berpikiran kalau ini setingan. Kalau ini settingan, kenapa Novel Baswedan memilih dirawat di Rumah Sakit Singapura? Sedangkan kalau ini rekayasa, masa iya sih rumah sakit di luar negeri mau diajak kongkalikong, ini yang dipertaruhkan martabat bangsa. Kedua adalah penjagaan. Kita pikir pakai logika, dia dijaga, dikawal, tapi saat gue ngerekam kalau itu memang settingan pasti mereka nggak akan izinin gue gambar kondisi saat itu logikanya dong," kata Delviana. (okz/tmp)
No comments:
Post a Comment