Antre di SPBU Margomulyo Surabaya sampai 1 kilometer.
SURABAYA (DutaJatim.com) - Selama beberapa hari ini bahan bakar solar mengalami kelangkaan di Surabaya dan kota lain. Seperti terlihat di SPBU Jalan Margomulyo Surabaya tampak truk-truk antre mengular sejauh lebih dari 1 kilometer.
Truk kontainer dan ekspedisi itu ada yang antre sejak Jumat 15 November 2019 dini hari tadi sampai pagi. Arus lalu lintas sempat tersendat karena antrean yang mengular ke jalan tersebut.
Berbeda dengan SPBU lain yang memberi tanda solar habis, SPBU ini tidak memasang tulisan bahwa solar habis. Namun pihak keamanan SPBU memberikan informasi kepada para pengendara yang ingin mengisi solar bahwa bahan bakar jenis tersebut sedang habis. Truk-truk yang antre itu kata petugas memang sudah langganan di SPBU tersebut.
Salah satu sopir ekspedisi yang antre di SPBU ini adalah Sulis (49). Dia mengaku sudah antre sejak Jumat pukul 02.00 WIB dini hari. "Harusnya langsung berangkat kirim barang ke Jakarta hari Sabtu besok masuk sampai sana. Tapi jadi terlambat, gara-gara solar sulit," kata Sulis saat ditemui Jumat (15/11/2019).
Sulis mengaku waktunya banyak terbuang karena harus mengantre solar. Dia pun khawatir uang sakunya akan habis di jalan gegara solar habis di SPBU.
Bukan hanya Surabaya. Wilayah lain seperti Madura, Gresik, dan Sidoarjo, juga mengalami kelangkaan. Beberapa pendengar Radio Suara Surabaya di wilayah itu melaporkan kelangkaan solar tersebut. Di beberapa SPBU dilaporkan terjadi antrean pengisian bahan bakar solar karena di beberapa SPBU kehabisan solar.
Yang aneh, pasokan sebenarnya ditambah.Tapi mengapa Solar Masih Langka di Jatim, Ada Apa?
Mengancam Mogok
Organda Surabaya bereaksi atas kelangkaan solar ini. Organda menilai kelangkaan solar di wilayah Surabaya dan beberapa wilayah lain di Jatim sangat merugikan perusahaan angkutan. Pemerintah harus segera turun tangan sebab bila hal ini terus dibiarkan, Organda Surabaya mengancam akan berhenti beroperasi.
Ketua DPC Organda Surabaya Son Haji menegaskan, di Surabaya ada 4.500 angkutan barang. Mereka merasakan dampak dari kelangkaan solar ini hingga merugi miliaran rupiah.
"Kalau bus masih stabil tapi kalau angkutan barang rata-rata pakai solar. Di Surabaya ada 4.500 angkutan barang, semua merasakan kerugian itu. Apa yang dilakukan pemilik angkutan barang selain ancam mogok?" katanya.
Secara resmi, lanjut dia, Organda Jawa Timur sudah melakukan pendekatan dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sejak 3 hari lalu untuk mengatasi kelangkaan solar ini. Dan Gubernur Jawa Timur mengatakan akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar stok solar tidak langka.
"Kalau dibiarkan kami tidak akan bisa jalan. Tidak perlu stop operasi tapi akan stop sendiri karena memang gak bisa jalan tanpa ada solar. Apa yang bisa dikerjakan kalau sudah kelangkaan solarini terjadi," katanya.
Sudah Ditambah
Rustam Aji, Unit Manager Communication Relation dan CSR Marketing Operation Region (MOR) V Pertamina, mengatakan, secara umum kuota solar yang disalurkan ke seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur sudah sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Rustam mencontohkan, 4 kota/kabupaten di Madura mendapat kuota tidak sampai 100 ribu kiloliter tiap tahunnya. Tapi sampai awal November ini kuota sudah melebihi 10 persen dari ketentuannya.Karena itu, mengapa Solar Masih Langka di Jatim, Ada Apa?
“Kalau mau tegas-tegasan, sebenarnya kalau jatahnya habis ya sudah. Tapi kan kami berusaha memahami bahwa solar ini menjadi kebutuhan masyarakat. Termasuk kendaraan angkutan barang yang menggerakkan perekonomian. Kami tetap salurkan tapi agar lebihnya tidak membesar kami tetap kendalikan,” kata Rustam pada Radio Suara Surabaya.
Dengan kelangkaan ini, kata Rustam, khusus wilayah Madura sudah diputuskan untuk menambah kuota solar sampai 20 persen. Ini berlaku mulai Kamis (14/11/2019) sampai 2-3 hari ke depan.
“Diharapkan 1-2 hari ke depan sudah mulai recovery. Kami imbau pada masyarakat untuk tidak panik karena stok aman. Tapi kuotanya diatur agar kelebihannya tidak makin banyak,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Rustam, kuota solar year on year di Jatim sampai November ini umumnya sudah melebihi 10 persen. “Setiap daerah berbeda-beda dan yang termasuk paling besar di Madura,” katanya.
Kalau secara bulan per bulan, kata Rustam, kuota memang sudah berlebih. Meskipun ada beberapa daerah yang belum sampai batas kuota yang ditentukan. “Kita atur, jika ada kuota di kabupaten/kota lain yang pengendaliannya lebih selektif dengan daerah yang rawan dengan penyalahgunaan solar,” katanya.
Pengendaliannya, lanjut Rustam, tidak kaku dan sesuai dengan laporan di lapangan. “Perak Surabaya dan Madura kita kembalikan penyaluran rata-rata 340-350 kiloliter per hari. Mulai hari ini kita kembalikan tambah 20 persen di atas normal. Harapannya hari ini atau besok sudah mulai normal lagi pasokannya,” ungkapnya.
Karena, kata Rustam, jika ada kuota berlebih dan tidak diganti pemerintah jadi Pertamina yang memberi subsidi. Di satu sisi, Pertamina akan melaporkan ke pemerintah terkait kondisi di lapangan.
“Untuk mengatasi kelangkaan solar, beberapa daerah berkirim surat ke BPH Migas atau kementerian ESDM untuk minta tambahan kuota solar. Tapi posisi Pertamina sebagai operator bukan untuk meminta tapi kami hanya menerima penugasan pendistribusian. Jadi tinggal menunggu jawaban dari pihak terkait apa dikabulkan atau kuota tetap tapi dikendalikan,” katanya.
Pertamina juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu pengawasan mengantisipasi adanya indikasi penyalahgunaan solar.
“Seperti sebelumnya sudah ada regulasi dari pemerintah terkait pihak yang berhak dan tidak berhak menerima BBM bersubsidi. Jadi kami butuh bantuan aparat untuk membantu pengawasan dan penegakan hukum jika ada indikasi penyalahgunaan penggunaan solar,”katanya.
Solar Masih Langka di Jatim, Ada Apa? Apa karena penyalahgunaan. Banyak solar subsidi diselewengkan? Tugas polisi dan Pertamina menjawabnya. (det/ssn)
No comments:
Post a Comment