SIDOARJO (DutaJatim.com) - Hari ini umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sejumlah acara muludan sudah digelar sejak beberapa hari sebelumnya. Misalnya warga RT V RW 11 Perumahan Bluru Permai, Masjid Al Ikhlas, Masjid Al Hijrah, sekolah, pesantren, hingga Istana Presiden, serempak menggelar acara muludan. Tradisi itu dilakukan setiap bulan Rabi’ul Awal.
Umat Islam melantunkan shalawat dan syair-syair yang menunjukkan kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW. Banyak pula yang membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mempelajari hadist. Ustad Yan Hendriyana Supandi menyebut, mencintai Rasulullah SAW bisa dilakukan dengan cara mengamalkan apa yang terkandung dalam dua warisan Beliau untuk umat manusia, yakni Al Quran dan hadist. Ustad yang biasa dipanggil Aa' ini juga menyebut sejumlah fadhilah bila kita membaca shalawat, seperti membaca shalawat 100 kali atau 1000 kali.
"Semua itu agar kita kelak di yaumil akhir mendapat syafaat dari Rasulullah SAW, sebab hanya Nabi Muhammad yang diberi hak istimewa memberi syafaat kepada umatnya. Saat dikumpulkan di akhirat, setiap manusia minta pertolongan kepada nabinya agar bisa masuk syurga. Mereka menemui Nabi Adam, tapi Beliau bilang tidak bisa. Begitu seterusnya. Dan hanya Rasulullah SAW yang bisa memberi syafaat tersebut," kata Aa'.
Setiap orang yang rajin bershalawat pasti mengharap bisa berkumpul bersama Nabi SAW di hari kiamat kelak. Hari di mana setiap hamba akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya, seperti dikabarkan dalam hadist ini: "Engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan yang lain).
Begitulah mengapa umat Islam memperingati Maulud Nabi SAW. Sebuah momen untuk menunjukkan kecintaan dan penghormatan mereka terhadap Rasulullah SAW sebagai manusia panutan alam yang sangat berjasa bagi perjalanan kehidupan mereka. Hari kelahiran Nabi SAW merupakan hari di mana sinar terang diberikan oleh Allah SWT kepada alam raya ini. Cahaya yang mengubah dunia dari semula mengalami "blackout iman" kepada zaman yang terang benderang disinari iman.
Itulah mengapa umat Islam bersuka cita menyambut hari kelahiran Rasulullah SAW. Sebab tanpa Beliau dunia akan terus menerus mengalami zaman jahiliyah. Zaman ketika kemaksiatan jadi panglima. Ketika iblis menjadi raja. Namun semua itu sirna ketika Rasulullah SAW dihadirkan oleh Allah SWT, Tuhan rabbul izzati, untuk menolong manusia agar tidak tersesat di jalan gelap tersebut. Dengan hidayah. Dengan keimanan.
Hari kelahiran Rasulullah SAW diperingati dengan suka cita karena memang hari itu sangat istimewa. Proses kelahiran Beliau juga ilahiyah. Sebelum kelahirannya pun sudah membawa banyak keberkahan bagi seluruh alam. Sejak Nabi Adam diciptakan, nama Nabi Muhammad telah tertulis di pintu syurga. Keberadaan Beliau sebagai Nabi terakhir telah dikabarkan Taurat dan Injil.
Empat Peristiwa Menakjubkan
Karenanya, 12 Rabi’ul Awal menjadi momen yang sudah ditunggu banyak orang. Bahkan sejak zaman nabi Adam AS. Selain itu, saat kelahiran Beliau, banyak terjadi hal menarik. Kejadian yang menakjubkan. Apa saja? Mengutip nu.or.id, setidaknya ada empat kejadian yang menakjubkan itu.
Pertama, hancurnya pasukan Abrahah yang hendak menyerang Kakbah oleh kawanan burung Ababil. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 571 M, tepat pada tahun kelahiran Nabi SAW. Penyerangan Abrahah sendiri dipicu oleh kecemburuannya melihat bangunan Kakbah yang selalu ramai dikunjungi masyarakat Arab dari berbagai penjuru. Kendati sudah mendirikan gereja super megah sebagai tandingannya, namun masyarakat Arab tetap memilih berkunjung ke bangunan tua yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut.
Itulah alasan Abrahah bertolak dari Yaman bersama pasukan bergajah untuk menghancurkan rumah Allah tersebut. Namun, Allah berkehendak menyelamatkan rumah-Nya. Gajah-gajah Abrahah berhenti di tempat yang dikehendaki-Nya. Saat itulah Rabbul Kakbah menurunkan kawanan burung Ababil dari berbagai penjuru dengan membawa batu-batu dari tanah yang membakar. Batu-batu tersebut kemudian ditimpakan dari atas ke kepala bala tentara Abrahah. Kedahsyatan peristiwa ini pun diabadikan Al-Quran dalam surah al-Fil (5) ayat 1-5. Bahkan, gajah sendiri menjadi nama surat yang mengisahkan peristiwa tersebut. (Lihat Sîrah Ibni Ishaq, Darul Fikr, Beirut, Cetatakan Pertama, halaman 59-62).
Kedua, sebagaimana diungkap Makhzum bin Hani Al-Makhzumi, pada malam kelahiran Nabi SAW, istana Kisra berguncang hingga 14 ruangannya runtuh, api di negeri Persia yang selalu disembah kaum Majusi padam seketika. Padahal, sudah seribu tahun lamanya, api tersebut selalu menyala. Seiring dengan kejadian itu, air danau Sawah surut, lembah Samawah kebanjiran, sejumlah mata air mengering, sehingga membuat Kisra dan rakyatnya bingung dan kelimpungan.
Dikabarkan pula, seorang kepercayan Kisra bernama al-Mubidzan bermimpi melihat unta-unta bermuatan berat menuntun kuda-kuda bagus. Unta-unta tersebut berjalan mengarungi sungai Tigris dan sungai Eufrat lalu menyebar ke sejumlah negerinya.
Menurut penafsiran, sebuah peristiwa besar di penjuru Arab akan terjadi. Peristiwa dimaksud tak lain adalah kelahiran Nabi SAW. (Lihat Abu Zahrah, Khatamun Nabiyyin, [Kairo, Darul Fikr: 1425 H], jilid I, halaman 105).
Ketiga, setelah kelahiran Nabi SAW kaum jin tak lagi bisa mengintip berita langit. Hal itu diakui oleh kaum jin sendiri, sebagaimana dilansir Al-Quran, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa saja yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya),” (Surat Al-Jin ayat 8-9).
Padahal sebelumnya, mereka dengan mudahnya mendapatkan kabar dan perintah langit untuk kembali disebarkan kepada juru ramal dan tukang sihir. Namun setelah Nabi SAW lahir, Allah meminta langit dihalangi dari setan dan dipenuhi penjagaan malaikat, panah-panah api sehingga mereka tak lagi bisa mendengarnya.
Diriwayatkan, tatkala tak bisa mengakses informasi langit, kaum jin berkumpul dan melaporkan kejadian itu kepada Iblis. Dengan cepat, Iblis mengintruksikan agar kaumnya menyebar ke seluruh bumi, dari barat sampai timur, seraya memastikan apa yang sesungguhnya terjadi. Ternyata, dari hasil pengamatan mereka, ditemukan bahwa di kota Makkah ada seorang bayi yang tengah dikerumuni malaikat. Bayi itu mengeluarkan sinar dan memancar ke langit. Para malaikat pun sibuk menyampaikan salam kepada panutan alam yang baru saja dilahirkan.
Begitu kejadian tersebut dilaporkan, Iblis sangat menyesalkannya. Sebab, panutan alam telah datang. Artinya, rahmat bagi umat manusia akan terlimpahkan. Sehingga pantas, menurutnya, jin dan setan dihalang-halangi naik ke langit dan mencuri informasinya. (Lihat Samia Menisi, Jin-jin Muslim Sahabat Nabi, [Jakarta, Qalam-Serambi: 2016 M], halaman 31).
Keempat, beberapa keajaiban yang menimpa Halimah As-Sa‘diyah, ibu persusuan Nabi SAW. Kala itu serombongan wanita dari bani Sa‘id datang guna mencari bayi yang akan disusuinya demi mendapatkan upah dan bayarannya. Termasuk Halimah yang diantar oleh suami beserta bayi mungilnya. Namun, dua hari berada di Makkah, Halimah belum juga mendapatkan bayi. Yang tersisa hanyalah bayi bernama Muhammad bin ‘Abdullah.
Rupanya bayi yang satu ini tak menjadi pilihan para wanita bani Sa‘id lainnya mengingat kondisinya yang yatim, harapan mereka mendapat upah dari bekerja menyusuinya tak akan terpenuhi. Tetapi, karena tak mau pulang dengan tangan kosong, akhirnya Halimah sepakat dengan sang suami untuk mengambil bayi yatim bernama Muhammad itu. Tak diduga, begitu sang bayi diterima, dan dibuka kain bungkusnya, Halimah melihatnya penuh takjub.
Wajah sang bayi yang bercahaya membuat dirinya begitu kagum karena baru itu ia mendapatkan bayi yang luar biasa. Tak sampai di situ, begitu si bayi disusui, air susu dari Halimah mengalir deras. Bahkan, unta yang ditumpangi mereka yang semula kurus seketika menjadi gemuk dan kuat menempuh perjalanan.
Sejak itu keberkahan pun berlimpah, tidak hanya kepada keluarga Halimah, tetapi juga kepada kabilahnya. (Lihat Sîrah Ibnu Hisyâm, [Maktabah Syirkah Al-Babi Al-Halabi], cetakan kedua, jilid I, halaman 162). Itulah beberapa peristiwa menakjubkan yang menyertai kelahiran Nabi SAW.
Masih banyak lagi peristiwa lainnya, seperti bersujudnya berhala-berhala, terdengar suara dari dalam Kakbah, ramainya burung-burung seakan memberi salam, kejadian Aminah yang sama sekali tak merasa letih setelah melahirkan Nabi SAW, datangnya para wanita mulia mendampingi persalinannya, kondisi bayi seperti yang sudah dikhitan, dan sebagainya. Itulah sekilas tentang kelahiran Nabi, beberapa peristiwa mengagumkan yang menyertainya, dan tradisi memperingatinya. Semua demi satu tujuan, mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,” (Surat Ali ‘Imran ayat 31). Wallahu ‘alam. (gas)
No comments:
Post a Comment