BANYUWANGI (DutaJatim.com) - Sebenarnya cerita orang Jawa tinggal dan bahkan berkeluarga di Australia sudah sering kita dengar. Mereka menikah dengan suku asli Australia, aborigin. Namun sebagian besar di Australia Utara.
Kali ini ada temuan menarik untuk selanjutnya dilakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan orang Jawa khususnya di Banyuwangi dengan orang-orang dari Kota Broome, Australia Barat. Bahkan dua kota ini seakan sudah menerapkan sister city sejak awal abad ke-18, tapi fakta sebenarnya sedang digali oleh tim peneliti dari dua kampus di Australia Barat dan Jawa Timur.
"Kedua kota tersebut pernah terkoneksi dalam satu jalur kabel telegram bawah laut yang dibangun Inggris mulai Eropa hingga Australia," kata Dr Thor Kerr dari Curtin University, Perth, Australia, yang bersama Irfan Wahyudi PhD dari Universitas Airlangga menemui Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas Senin 9 Desember 2019.
Kedua peneliti itu mengatakan terdapat bukti-bukti tertulis keterkaitan dua kota tersebut. Selain itu juga didukung adanya bangunan yang mirip di antara dua kota tersebut.
"Karena itu tim kami dari Unair dan Curtin University ingin meneliti lebih dalam adanya keterkaitan tersebut. Kami akan menelusuri kembali lewat penelitian 'Memori Kolektif Banyuwangi dan Broome'," kata Irfan, dosen yang juga Kepala Divisi Program Internasional Unair.
Irfan mengatakan ada histori yang kuat antara Broome dan Banyuwangi. Kedua kota ini terhubung pada 1889 melalui kabel telegram bawah laut. Kabel itu dibentangkan dari Banyuwangi ke Broome dengan cara ditarik dengan kapal selama 10 hari.
Saat itu Australia masih dalam pendudukan Inggris. Kabel telegram ini fungsinya menyambungkan orang-orang di Inggris maupun Australia untuk berkomunikasi, terutama untuk berhubungan dengan sanak famili mereka.
"Kabel itu terbentang mulai Eropa di Inggris melalui Afrika sampai Timur Tengah dan India. Dari India menyambung sampai Singapura lalu masuk ke Jawa melalui Batavia terus menuju jalur Deandles (Panarukan-Situbondo) hingga sampai Banyuwangi. Dari Banyuwangi, lalu jalurnya langsung menuju Broome. Ada juga yang ke Darwin tapi tidak direct," kata Irfan.
Irfan melanjutkan kantor operator di Banyuwangi adalah asrama Inggrisan. Bangunan tersebut memiliki kesamaan arsitektur dengan kantor gedung yang menjadi kantor operator di Broome dulu.
"Kemarin sewaktu ditunjukkan Bupati Banyuwangi Azwar Anas foto Inggrisan dan maket renovasinya, saya langsung kaget. Ternyata mirip dan langsung saya tunjukkan foto di ponsel saya ke Bupati Anas kemiripannya. Ada kesamaan arsitekturnya," kata Thorr.
Inggrisan adalah bangunan yang dulu merupakan kantor dagang Inggris yang didirikan oleh British East India Company (BEIC). Bangunan itu kini telah menjadi bangunan cagar budaya Banyuwangi, dan dalam proses revitalisasi dengan melibatkan arsitek Yori Antar.
Bukti lain, kata dia, nama Banyuwangi tertera dengan jelas di dokumen kontrak pemasangan kabel bawah laut dengan tajuk 'Banyuwangie and Australia Western Cable'. Dokumen ini masih tersimpan dengan rapi di Museum Kota Broome.
"Karena itu kami melakukan penelitian. Semoga hasilnya bisa menggali lebih dalam sejarah kedua wilayah dan membangun kembali hubungan yang pernah sangat erat tersebut," katanya.
Dr Thor Kerr menambahkan gedung operator di Broome saat ini masih terawat dengan baik. Gedung ini pernah menjadi gedung Pengadilan dan Catatan Sipil, sekarang kosong tapi masih dilestarikan.
Ditambahkan dia, penelitian ini nantinya akan menggali bukti-bukti keterkaitan itu lebih dalam. Sebab, pada zaman itu banyak warga Nusantara yang bekerja sebagai nelayan mutiara di Broome. Banyak juga masakan dengan taste Asia di kawasan tersebut.
"Bahkan di sana ada festival kesenian The Window of Asia, Jendela ke Asia. Jadi mereka itu tak sadar sebenarnya mereka sangat terhubung dengan Asia tapi tak tahu memulai dari mana," kata Thor, dosen Departemen Komunikasi dan Studi Budaya di Curtin University.
"Kami berharap bisa mengorek lagi sehingga bisa menumbuhkan lagi semangat ada koneksi sebenarnya. Penelitian ini mendasari bagaimana orang Broome dan Banyuwangi memaknai atau mengingat, namun kami juga melihat peluang besar untuk kedua kota ini bisa terhubung lagi," kata Thorr.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan temuan sejarah ini akan menambah kekayaan cerita bangunan Inggrisan menjadi semakin menarik. "Selama ini gedung Inggrisan adalah monumen sejarah yang penting bagi daerah, tapi pengetahuan kita tentang kisah historisnya masih sangat terbatas," kata Bupati Anas.
"Fakta ini akan memperkaya kami guna renovasi bangunan bersejarah ini. Kami semakin optimistis untuk renovasi gedung Inggrisan ini dikembalikan dengan akar sejarahnya," kata Anas.
Anas berharap, nantinya, terbukanya sejarah antara gedung Inggrisan di Banyuwangi dan Kota Broome menjadi babak baru hubungan Banyuwangi-Australia. Juga menjadi momentum terbukanya pariwisata Banyuwangi dengan Australia.
"Pastinya Asrama Inggrisan akan menjadi destinasi yang menarik untuk wisata daerah. Semoga bisa mengundang wisatawan dari Australia ke Banyuwangi," kata Anas. (det/wis)
No comments:
Post a Comment