JAKARTA (DutaJatim.com) - Kuam muda milenial menggetarkan dunia. Setidaknya ada dua gadis remaja yang sudah membuktikan bahwa kiprahnya bisa membuat dunia berubah. Ya, Yang Muda Yang Menggetarkan Dunia: Habis Malala Yousafzai Terbitlah Greta Thunberg.
Pertama, memang gadis asal Pakistan itu. Aktivis pendidikan dan peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai. Dia tidak gentar meski nyawanya menjadi taruhan saat berjuang untuk pendidikan bagi kaumnya di negeri yang dicekam oleh Taliban. Malala bahkan ditembak oleh kaum garis keras itu.
Kedua, Greta Thunberg. Nama ini juga membuat dunia terperangah. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pun mengajak kaum milenial meniru Greta Thunberg. Gadis yang masih sangat belia itu dinobatkan sebagai person of the year tahun 2019 oleh Majalah Times. Inti yang perlu ditiru dari sosok Greta Thunberg adalah keberanian bernarasi. Mengungkap gagasan dengan kata-kata yang tepat. Kalimat yang menggerakkan.
"Akhir-akhir ini sering kali kata-kata dianggap nggak penting. Yang penting kerja. Tapi, tahukah Anda siapa yang jadi person of the year tahun 2019 di Majalah Times? Bikin apa dia? Bikin movement pakai apa? Ya, kata-kata," kata Anies di depan para milenial di acara Milenial Fest 2019, di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2019) lalu.
Anies menyebut Greta Thunberg saat berusia 16 tahun bersuara lantang terkait lingkungan hidup di depan dunia. Menurutnya meskipun tidak memiliki pengalaman, kata-kata Greta sangat berpengaruh.
"Sampaikan gagasan. Kalau orang mau ikuti Anda harus punya gagasan, harus anda terjemahkan itu dalam bentuk narasi, narasi diterjemahkan bentuk aksi, karya, kerja, karena itu kerja dan karya itu di fase akhir sebelumnya harus ada gagasan, narasi, baru actionnya," katanya.
Lalu siapa Greta Thunberg? Dia adalah remaja aktivis Lingkungan Hidup asal Swedia. Dia berhasil terpilih menjadi salah satu tokoh yang masuk dalam daftar Person of The Year 2019 versi majalah TIME.
Gadis berambut pirang ini menarik perhatian dunia karena usianya yang masih menginjak 16 tahun. Bahkan, saat ini dia masih duduk di bangku sekolah. Karena itu, bukan hal yang mengherankan apabila sosoknya disebut sebagai yang termuda di antara daftar tokoh yang lain.
Greta Thunberg menyatakan dia bangga. Melalui cuitan di akun Twitter miliknya, dia ingin berbagi kepada sesama aktivis.
"Wow, ini luar biasa! Saya akan membagikan kehormatan besar ini kepada semua orang di gerakan #FridaysForFuture dan aktivis lingkungan di manapun," tulisnya.
Sebelum terpilih dalam daftar bergengsi itu, Thunberg pernah tampil menyampaikan pendapatnya di pertemuan PBB yang membahas masalah cuaca di Madrid. Dalam kesempatan itu, Thunberg dengan lantang menyatakan minimnya aksi dunia dalam upaya melindungi kelestarian lingkungan. Tidak banyak hal yang dilakukan oleh mereka untuk menghentikan berbagai industri yang merusak alam.
Padahal, menurut Thunberg, masa yang akan datang menentukan masa depan planet Bumi yang menjadi satu-satunya tempat manusia hidup.
Pada acara yang sama di kesempatan yang berbeda, September lalu di New York, Thunberg menyatakan kalimat yang cukup menohok sebagai ungkapan protesnya terhadap orang-orang yang saat ini berkuasa.
"Kalian telah mencuri mimpi-mimpiku dan masa kecilku dengan kata-kata kosong kalian. Kami akan mengawasi kalian," ujarnya.
Awal tahun ini, bahkan Thunberg masuk dalam nominasi penerima Nobel Peace Prize.
Greta menjadi penerima penghargaan termuda Person of The Years sejak tradisi itu diberlakukan 1927 silam. Meski masih terbilang sangat belia, namun Thunberg sudah memulai sebuah gerakan bernama #FridaysForFuture yang banyak memanggil siswa-siswi di berbagai belahan dunia untuk berjuang bersama. Dia hampir selalu meninggalkan kelas di sekolahnya saat hari Jumat tiba untuk mengadakan protes di depan gedung parlemen Swedia.
Gerakan itu dia mulai sejak tahun lalu. Dan sejak saat itu, dia mulai dikenal sebagai seseorang yang mempunyai suara kuat untuk mengatasi perubahan cuaca.
Melawan Taliban
Namun, kisah Malala Yousafzai lebih dramatis lagi. Gadis asal Pakistan ini menjadi aktivis pendidikan. Konsistensi dan keberaniannya melawan rezim Taliban membuatnya diganjar peraih Nobel Perdamaian. Malala Yousafzai akhirnya juga diterima di Universitas Oxford, Inggris, dan berkuliah di jurusan filsafat, politik dan ekonomi. Jurusan yang juga diambil oleh mantan perdana menteri Pakistan, Benazir Bhutto saat berkuliah di Oxford pada 1970-an.
Keberhasilan Malala diterima di Universitas Oxford mendapat ucapan selamat dari berbagai tokoh, di antaranya penulis kisah fiksi Harry Potter, JK Rowling. Malala, yang sekarang menetap di Birmingham, mendapatkan tawaran dari universitas di Inggris dengan syarat mendapatkan tiga nilai A. Gadis berusia 20 tahun ini pada 2012 nyaris tewas ditembak oleh milisi Taliban di Pakistan karena mengampanyekan perlunya pendidikan untuk anak-anak perempuan melalui catatan harian anonim di internet.
Malala pun mendapat Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi anak-anak. Insiden terjadi ketika ia dalam perjalanan menuju sekolah. Beberapa milisi Taliban naik ke atas bus yang ia tumpangi dan mengeluarkan tembakan. Selain Malala, dua temannya juga mengalami luka-luka.
Insiden ini membuat namanya dikenal di seluruh dunia dan ia kemudian menjalani perawatan di Birmingham, Inggris, tempat ia kemudian menetap dan melanjutkan pendidikan.
Pada 10 Oktober 2014, Malala dinyatakan sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak. Ia menerima penghargaan pada usia 17 tahun, membuatnya menjadi penerima Nobel termuda dalam sejarah. Selain Malala, Nobel Perdamaian 2014 juga diberikan kepada pegiat hak-hak anak India, Kailash Satyarthi. Pada April 2017 Malala tercatat sebagai Duta Perdamaian PBB termuda. (kcm/wis)
No comments:
Post a Comment