Banjir besar tahun 2013.
JAKARTA (DutaJatim.com) - Selain soal penyebabnya, prokontra juga mewarnai siapa yang bertanggung jawab atas banjir Jakarta. Sebagian orang menuding Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan layak dipersalahkan atas banjir di Ibukota. Namun sebagian orang lain menilai Anies tidak sepenuhnya salah.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu, termasuk yang merasa aneh, adanya pihak yang menyalahkan Anies Baswedan terkait banjir yang sedang terjadi di Ibukota. Padahal banjir merupakan bencana alam, bukan kesalahan Gubernur Anies.
"Saya tidak memuji Pak Gub @aniesbaswedan dalam mengatasi dampak bencana banjir karena itu memang tugas Beliau. Saya tidak menyalahkan Pak Gub@aniesbaswedan karena bencana banjir ini bukan kesalahan Beliau," cuit akun Twitter @msaid_didu.
Dia mengimbau, seluruh pihak berhenti saling menyalahkan soal banjir. Namun fokus bersama-sama mencari jalan keluar guna mengatasi banjir.
"Kohesivitas sosial betul-betul sudah hancur. Bencana banjir yang dialami saudara kita malah digunakan banyak pihak justru saling memaki demi politik," tulis dia.
Seperti diketahui, hujan melanda Jakarta sejak 31 Desember 2019 sore hingga malam saat pergantian tahun, sampai Rabu pagi 1 Januari 2020. Dampak derasnya hujan menyebabkan banjir di kawasan yang rendah di Jakarta dan sekitarnya.
Artis Kesha Ratuliu juga berpendapat sama dengan Said Didu.
Menurut Kesha, masyarakat tak perlu menyalahkan seseorang karena sebuah peristiwa. Tunangan Adhi Permana itu meminta warga Jakarta juga berkaca terhadap dirinya sendiri.
"'Banjir gara gara gubernurnya nih'. 'Pak gubernur kita kebanjiran tolong benahi Jakartanya'. Kalo pendapatku jangan hanya menyalahkan orang. Coba berkaca, apakah sudah buang sampah pada tempatnya?" tulisnya di Instagram Stories seperti dilihat kemarin.
Di sisi lain, Kesha Ratuliu juga mendoakan warga yang menjadi korban banjir. Ia berharap mereka saling membantu dan bukan malah merekam kejadian soal banjir.
"Stay safe semuanya! Hindari hal hal yang berbahaya. Saling membantu jika melihat korban jangan malah divideoin biar viral," katanya lagi.
Dalam unggahan Instagram Stories lanjutan, Kesha Ratuliu membagikan nomor tim SAR di berbagai daerah di Jakarta. Ia berharap unggahannya bisa membantu korban banjir.
Begitu, masyarakat belum bisa move on dari politik. Dari pilkada DKI hingga Pilpres 2019 lalu. Tidak bisa dipungkiri sebagian besar yang menyalahkan bahkan menghujad Anies adalah pendukung Jokowi dan Ahok. Sebaliknya yang membela tentu saja pendukung Anies-Sandi di pilkada DKI. Padahal bencana banjir tidak hanya terjadi di Jakarta tapi juga Jabodetabek. Bahkan juga sejumlah daerah lain di Tanah Air dilanda bencana yang sama.
Menarik disimak data yang diungkap detik.com soal banjir Jakarta di era Jokowi, Ahok, Djarot Saiful Hidayat hingga Anies. Data itu sekilah menunjukkan kondisi banjir dan bagaimana para pejabat itu menanganinya.
Sebelum banjir yang terjadi di tahun baru 2020, banjir yang terjadi pada 2013 kerap disebut-sebut dan dibandingkan. Pada banjir 2013, DKI Jakarta dipimpin Joko Widodo (2012-2014). Sementara pada 2020, Jakarta dipimpin Anies Baswedan (2017-sekarang).
Dalam rentang tujuh tahun ini, ada dua gubernur lagi yang menjabat yaitu Basuki Tjahaja Purnama (BTP alias Ahok) pada periode 2014-2017. Setelah Ahok, Jakarta dipimpin Djarot Saiful Hidayat pada 2017.
Pada 2017, Jakarta tiga kali dipimpin gubernur yang berbeda. Masa jabatan Ahok berakhir pada Juni 2017 dan dilanjutkan Djarot hingga tengah Oktober 2017. Selanjutnya, Anies memimpin Jakarta setelah memenangi Pilgub DKI 2017.
Berdasarkan data yang dipunya Pemprov DKI, banyak warga yang terdampak banjir paling banyak terjadi pada Januari dan Februari. Data yang ditampilkan ini berdasarkan data yang diunggah Pemprov DKI Jakarta dan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berikut data banjir pada periode 2013-2020.
Era Jokowi
Tahun 2013
Kecamatan terdampak: 116
Kelurahan terdampak: 263
Warga terdampak: 1.426.478 orang
Korban meninggal: 40 jiwa
Jumlah pengungsi: 90.913 orang
Jumlah pengungsian: 1.250 titik
Lama genangan: 2-15 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Tahun 2014
Kecamatan terdampak: 107
Kelurahan terdampak: 252
Warga terdampak: 526.353 orang
Korban meninggal: 23 jiwa
Jumlah pengungsi: 167.727 orang
Jumlah pengungsian: 593 titik
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Era Ahok
Tahun 2015
Kecamatan terdampak: 89
Kelurahan terdampak: 217
Warga terdampak: 282.138
Korban meninggal: 5
Jumlah pengungsi: 45.813
Jumlah pengungsian: 409
Lama genangan: 0-7 hari
Ketinggian banjir: 10-300 cm
Tahun 2016
Kecamatan terdampak: 156
Kelurahan terdampak: 329
Warga terdampak: 232.577
Korban meninggal: 2 jiwa
Jumlah pengungsi: 7.758 orang
Jumlah pengungsian: 409 titik
Lama genangan: 1-2 hari
Ketinggian banjir: 5-360 cm
Era Ahok, Djarot, dan Anies
Tahun 2017
Kecamatan terdampak: 149
Kelurahan terdampak: 264
Warga terdampak: 47.203
Korban meninggal: 6
Jumlah pengungsi: 9.100
Jumlah pengungsian: 134
Lama genangan: 1-20 hari
Ketinggian banjir: 10-400 cm
Tahun Era Anies
Tahun 2018
Kecamatan terdampak: 83
Kelurahan terdampak: 135
Warga terdampak: 32.713
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 15.627
Jumlah pengungsian: 62
Tahun 2019
Kecamatan terdampak: 45
Kelurahan terdampak: 59
Warga terdampak: 3.860
Korban meninggal: 1
Jumlah pengungsi: 725
Jumlah pengungsian: 13
Tahun 2020
Kecamatan terdampak: 17
Kelurahan terdampak: 39
Warga terdampak: -
Korban meninggal: 9
Jumlah pengungsi: 11.474
Jumlah pengungsian: 70
(hud/det)
No comments:
Post a Comment