LAMONGAN (DutaJatim.com) - Kasus gizi buruk hingga memicu demam tinggi berkepanjangan yang diderita oleh Meilani Alfira Damayanti (2,8) mendapat perhatian masyarakat. Balita asal Lamongan ini akhirnya meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSUD dr Soetomo di Surabaya karena kondisinya semakin parah. Pengobatan balita dari keluarga tidak mampu ini sudah ditangani oleh Pemkab Lamongan.
Kepala Dinas Kesehatan Lamongan dr. Taufiq Hidayat saat dikonfirmasi terkait hal ini mengatakan, Dinas Kesehatan sudah melakukan langkah pencegahan agar pasien gizi buruk tidak terlambat ditangani oleh dokter atau petugas kesehatan lain. Caranya mulai di posyandu yang menjadi sarana penting untuk memantau kesehatan ibu hamil, kesehatan balita, serta gizi balita. Karena itu datang ke posyandu secara rutin menjadi sangat penting bagi masyarakat.
"Penanganan masalah gizi harus dimulai pada kehamilan. Dimana pada saat itu intervensi gizi serta perubahan perilaku, pola makan serta pola asuh yang baik dilakukan di samping menjaga kesehatan lingkungannya," kata dr Taufik Selasa 21 Januari 2020.
Setiap kabupaten/kota di Indonesia pasti ada kasus gizi buruk (Gibur) maupun stunting. Bila tidak ada kelainan biasanya diintervensi di tingkat posyandu dengan pendampingan hingga pasiennya membaik. Tetapi bila ada kelainan, hal itu bisa berakibat pada kematian.
"Biasanya gibur dengan HIV, TBC atau kelainan lain. Seperti pada kasus ini (Alfira) sejak usia 8 bulan setiap apa pun yang masuk ke perut selalu muntah. Ada kelainan MalAbsorbsi Usus," katanya.
Meskipun sudah diobati dari tingkat puskesmas maupun rumah sakit, masalah gizi buruk di Lamongan tidak semata-mata masalah kesehatan tapi banyak hal yang terkait. "Khususnya pola makan dan pola asuh. Bukan karena tidak ada yang dimakan (miskin)," terang dr. Taufiq.
Hingga saat ini ada sekitar 116 kasus gizi buruk. Karena itu pihaknya akan menanganinya dengan sebaik mungkin agar kasus Alfira tidak terulang lagi. (ful)
No comments:
Post a Comment