SURABAYA (DutaJatim.com) - Pemerintah Kota Surabaya menggelar tes Seleksi Kompetisi Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (SKD CPNS) 2020 di Gelanggang Remaja Surabaya, 9-13 Februari 2020. Tes SKD CPNS kali ini diikuti sebanyak 5.593 peserta.
"Terbagi lima hari, seharinya ada lima sesi. Tapi untuk hari pertama dan terakhir empat sesi. Satu sesi kita siapkan 250 komputer, jadi (satu sesi, Red.) ada 250 peserta," kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Surabaya Mia Santi Dewi saat ditemui di lokasi ujian CPNS di Surabaya, Minggu (9/2/2020).
Pemkot Surabaya telah menyiapkan sarana seperti tempat parkir, penitipan barang, ruang registrasi dan pengarahan, ruang kesehatan, dan stan Usaha Kecil Menengah (UKM). Semua disediakan untuk mendukung pelaksanaan SKD.
"Kita buat senyaman mungkin buat peserta. Kita juga siapkan UKM untuk 'njagani' (menyediakan) bagi peserta dari luar kota yang belum makan," katanya.
Bahkan, pihaknya juga menyiapkan dua monitor yang terhubung langsung dengan CCTV (Closed Circuit Television) di ruang ujian. Melalui monitor tersebut, petugas dapat memantau secara "live view" suasana di ruang ujian. "Jadi selama peserta mengerjakan soal di dalam ruang ujian, kita juga bisa melihat suasana di dalam," katanya.
Kepala Bidang Pengembangan dan dan Penilaian Kinerja BKD Kota Surabaya Hendri Rahmanto menjelaskan sebelum mengikuti ujian SKD, peserta melewati beberapa tahapan, mulai penitipan barang bawaan, "screening" menggunakan pendeteksi logam, hingga registrasi pengecekan data kependudukan dengan data peserta.
"Kalau memang dari tahapan itu sudah selesai, maka yang bersangkutan harus melalui ruang transit untuk diberikan pengarahan bagaimana mekanisme proses ujian di dalam gedung," ujarnya.
Ketika semua sudah dilalui, lanjut dia, peserta diperkenankan untuk bergeser ke ruang ujian dan melaksanakan SKD CPNS melalui sistem Computer Asissted Test (CAT) yang dilaksanakan Badan Kepegawaian Negara (BKN). "Jadi pada saat ujian, peserta hanya diperbolehkan membawa KTP dan kartu peserta ujian," katanya.
Dia mengatakan metode CAT dinilai lebih transparan dari sebelumnya, sebab peserta melaksanakan ujian menggunakan sistem di komputer. Selain itu, kata dia, peserta juga mendapatkan soal ujian yang berbeda dengan peserta lain.
"Di situ ada sistem acak, jadi antara peserta satu dan yang lain berbeda soal," katanya.
Ia mengatakan akuntabilitas metode itu juga lebih terjamin dan bisa dipertanggungjawabkan, terlebih para peserta juga dapat langsung melihat skor atau hasil nilai ujian.
"Begitu selesai yang bersangkutan melakukan proses penyimpanan jawaban itu langsung diketahui dia mendapat skor (nilai) berapa, masing-masing tipe soal," ujarnya.
Hendri menambahkan dalam sistem CAT terdapat tiga tipe soal, yakni Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Karakteristik Pribadi (TKP), dan Tes Intelegensia Umum (TIU).
Begitu selesai mengikuti ujian, para peserta bisa langsung melihat hasil nilai dari masing-masing soal itu. "Hasil itu pun juga bisa dipantau melalui papan pengumuman. Jadi, hasilnya setelah kita cetak, nanti kita tempel setiap orang bisa melihat hasil masing-masing," katanya. (ara/l6)
Foto: surabaya.tribunnews.com
No comments:
Post a Comment