MALANG (DutaJatim.com) - Lingkungan alam harus dijaga bersama-sama. Sebab pada lingkungan alam itu kita hidup bersama-sama pula. Lingkungan alam yang indah asri dengan udara yang segar membuat hidup kita sehat.
Sebaliknya, lingkungan alam yang rusak, bisa memicu bencana alam. Saat musim hujan banjir dan longsor, sebaliknya saat musim kemarau terjadi kekeringan. Salah satu cara merawat lingkungan alam adalah dengan membuat sumur resapan atau biopori. Selain itu, tentu saja, jangan pernah membuang sampah atau limbah sembarangan.
Untuk itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sampai harus meminta kepada para kepala daerah untuk menjadikan pembuatan lubang biopori atau sumur resapan menjadi salah satu syarat bagi masyarakat yang akan mengajukan izin mendirikan bangunan (IMB). Pasalnya, biopori sangat penting.
Khofifah mengatakan bahwa penambahan lubang biopori sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan IMB tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menabung air, khususnya di wilayah Jawa Timur.
"Saya berharap, masing-masing daerah, ketika akan memberikan IMB, saya minta tolong untuk kita bersepakat, ketika membangun, maka harus ada lubang biopori," kata Khofifah, pada Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa 18 Februari 2020.
Khofifah menjelaskan, secara teknis, pada saat masyarakat membangun dengan luasan tertentu, maka juga ada perhitungan jumlah lubang biopori yang ideal. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko banjir, akibat pembangunan di kawasan padat penduduk.
Menurut Khofifah, jika rencana tersebut bisa berjalan, maka hal tersebut menjadi salah satu bentuk sinergitas antara masyarakat dengan pemerintah untuk menjadikan lingkungan lebih lestari dan terawat.
"IMB menurut saya bisa menjadi pintu masuk yang sangat penting untuk biopori. Masyarakat sudah ada dengan inovasi, sekarang regulasi dari pemerintah," katanya.
Selain itu, lanjut Khofifah, perilaku masyarakat yang masih kerap kali membuang sampah sembarangan juga meningkatkan risiko terjadinya banjir. Salah satu sampah yang menjadi permasalahan serius adalah popok bayi yang tidak dapat diurai.
"Saya minta tolong, rapikan semuanya, jangan membuang sampah sembarangan, jangan buang sampah di sungai, got dan lainnya," tutur mantan Menteri Sosial itu.
Sampah popok sangat membahayakan lingkungan. "Sampah popok itu sebenarnya bisa diolah menjadi kerajinan vas bunga, seperti saya lihat di Kota Batu," imbuhnya.
Bahkan, kata dia, sampah juga bernilai ekonomis dari inovasi dan kreatifitas oleh komunitas peduli lingkungan. Seperti komunitas peduli sampah Mojokerto yang memiliki tagline sampah dari PR menjadi RP, demokrasi dari demo kreasi. Serta inovasi beberapa daerah lainnya. (ndc/ant)
No comments:
Post a Comment