JAKARTA (DutaJatim.com) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa menjadi koridor pemandu arah kebudayaan nasional. Hal tersebut mengemuka pada diskusi budaya bertajuk “ Hendak dibawa ke mana kebudayaan Indonesia Pak Nadiem” yang berlangsung di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, TIM, Jakarta, Jumat (21/2/2020).
“Sebagai pemangku kuasa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mempunyai wewenang dan bisa mengarahkan kebudayaan nasional,” papar pengarang novel berlatar sejarah Putra Gara.
Selain Putra Gara, diskusi yang diselenggarakan dalam rangka launching Tabloid Alinea Baru ini juga menampilkan Pengamat Budaya yang juga Dosen FIB UI DR. Sunu Wasono, Budayawan Eka Budianta dan dimoderatori oleh wartawan senior Bambang Widiatmoko.
Lebih jauh, novelis yang sebelumnya dikenal penulis cerita remaja ini mengatakan, Mendikbud lahir di era milenial. Banyak melakukan terobosan bidang pendidikan gaya milenial. Seperti kebijakan sekolah merdeka, kampus merdeka dan merdeka-merdeka lainnya.
“Namun dalam bidang kebudayaan Beliau belum melakukan terobosan milenial dan mengeluarkan kebijakan milenial,” tambah Direktur Lembaga Kajian Sekber Wartawan Depok ini.
Untuk itu Putra Gara mengharapkan agar Mendikbud mengeluarkan kebijakan yang bisa membawa kebudayaan Indonesia ke arah yang benar.
“Saya tidak antipati terhadap pemikiran-pemikiran milenial Pak Nadiem yang jauh melompat ke depan. Tetapi saya mengingatkan. Terobosan dalam kebudayaan jangan sampai melupakan warisan budaya Nusantara yang adiluhung. Jangan sampai ketika ingin melompat jauh tapi meninggalkan warisan yang paling berharga,” harapnya.
Tidak Bisa Sendiri
Agak berbeda dengan Putra Gara, budayawan Eka Budianta menilai Mendikbud Nadiem Makarim tidak bisa mengarahkan ke mana kebudayaan nasional akan dibawa.
“Ada lima aspek penting yang bisa mengarahkan kebudayaan nasional, yaitu pemerintah, pengusaha, akademisi, Organisasi Swadaya Masyarat (LSM) dan Media,” tutur mantan wartawan Tempo ini.
Jadi, lanjut Eka, pemerintah hanyalah satu dari lima aspek yang bisa mempengaruhi arah kebudayaan nasional. Dan pemerintah sendiri tidaklah sepenuhnya diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada kebijakan-kebijakan lain yang bukan wewenangnya.
Makanya, penulsi cerpen “Sebuah Karcis ke Surga ini”, mengapresiasi lahirnya tabloid Alinea Baru yang berani mengambil tagline “Memandu Arah Kebudayaan Nasional”
“Karena pers memang salah satu dari 5 aspek yang bisa mengarahkan ke mana kebudayaan nasional akan dibawa,” tutur, suami Guru Besar UI Prof. Melani Budianta ini.
Malah, lanjut Eka, LSM, terutama yang bergerak di bidang seni-budaya, yang jumlahnya sampai ratusan ribu mempunyai andil yang cukup besar untuk mengarahkan kebudayaan nasional. Mereka menguasai kearifan lokal, menguasai warisan leluhur dan mampu menghadirkan seni pertunjukan untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Sementara DR. Sunu Wasono lebih menyorot kebijakan Mendikbud Nadiem tentang kampus merdeka yang menurutnya cukup bagus.
“Menteri Nadiem menghadirkan apa yang dunia kampus maui. Bahkan di UI sudah lebih dulu memperkenalkannya. Hanya saja kebijakan tersebut harus disertai dengan petunjuk pelaksanaan yang jelas, karena tidak semua kampus mempunyai penilaian yang sama,” ungkap Sunu. (hud)
No comments:
Post a Comment