SURABAYA (DutaJatim.com) - Harga bawang putih naik di sejumlah daerah. Sebelumnya harga cabe rawit juga naik meski sekarang turun. Sungguh memprihatinkan.
Misalnya di Trenggalek Jawa Timur dan Cianjur Jawa Barat. Harga bawang putih naik 100 persen lebih.
Hal itu akibat selama ini bangsa Indonesia yang konon katanya kaya raya akan hasil alam tapi sangat suka impor. Khususnya dari China. Yang tengah dirundung masalah virus Corona. Jadi impor distop. Tapi sementara. Mengapa tidak selamanya?
Jawabannya karena kita belum juga bisa memenuhi kebutuhan bawang putih sendiri. Pertanyaan, mengapa China bisa sampai ekspor tapi Indonesia kok sukaaaaa sekali impor?
Ini juga bukti bangsa Indonesia belum mampu melakukan swasembada pangan. Suka impor juga terjadi di bidang energi dan yang lain.
Harga bawang putih di sejumlah pasar tradisional di Trenggalek misalnya meroket hingga Rp 50/kg pascapenundaan rencana impor dari China gegara virus Corona.
Salah seorang pedagang di Pasar Basah Trenggalek Ane Kania mengatakan harga bawang putih di tingkat eceran mencapai Rp 50-55 ribu/kg, padahal sebelumnya hanya Rp 28 ribu/kg.
"Kenaikan ini terjadi sekitar satu minggu terakhir, pokoknya mulai ramai virus corona itu," kata Ane Kamis (6/2/2020).
Lonjakan harga bawang putih berdampak terhadap tingkat daya beli masyarakat. Sejumlah konsumen memilih untuk mengurangi jumlah pembelian.
"Pembeli banyak yang kaget, akhirnya belinya dikurangi, paling-paling jadi satu ons atau dua ons," katanya.
Ane mengaku bawang putih yang dipasarkan rata-rata merupakan impor dari China, yang didapatkan dari distributor di Tulungagung.
"Kalau yang dari India belum ada, semua masih dari China," kata Ane.
Sementara harga komoditas kebutuhan lain masih relatif stabil. Cabai rawit merah yang sebelumnya mencapai Rp 80/kg kini turun menjadi Rp 57 ribu/kg.
"Untuk telur stabil di Rp 22 ribu/kg," imbuhnya.
Warga yang membeli bawang putih di pasar mengaku sangat kaget. "Ya mau gimana lagi. Barangnya langka. Karena itu stop saja impor bahan pangan bro. Saatnya petani diberdayakan. Pertanian dipercanggih. Jangan hobi impor melulu. Mafia impor sikat, biar rakyat makmur semua bro," kata Sunarsih, saat ditemui belanja di Pasar Trenggalek Jumat 7 Februari 2020 pagi ini.
Jangan Pukul Rata
Seperti dikutip dari detik.com, Wakil Gubernur Jawa Timur merespons lonjakan harga komoditas bawang putih akibat penundaan rencana impor dari China. Pihaknya berharap importir mengeluarkan stok yang ada untuk stabilisasi harga.
"Kemarin saya bertemu Pak Menteri perdagangan, menyampaikan tidak gebrah uyah semua mau di-cut begitu saja (impor bawang dari China)," kata Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak.
Menurutnya pasokan bawang putih impor tidak hanya berasal dari China, namun juga dari India. Emil mengaku Kementerian Perdagangan saat ini masih melakukan proses pembahasan lebih lanjut terkait rencana penghentian rencana impor bawang putih China tersebut.
"Kita juga belum pukul rata bahwa dari China tidak dibawa, ini masih berproses," ujarnya.
Emil mengaku selama Januari lalu pemerintah pusat telah melakukan impor bawang putih senilai lebih dari Rp 14 miliar dan telah datang pada tanggal 2, 14, 15 dan 20 Januari 2020.
"Harapan kita bagaimana caranya stok yang ada dilepas dulu, sambil kita cari sumber yang lain dari mana," jelas Emil.
Wagub Jatim mengaku dari pantauan harga pasar, komoditas bumbu dapur mengalami lonjakan harga sejak Januari. "Desember Rp 25.304/kg, kemudian di Januari naik jadi Rp 28 ribu/kg, per hari ini naik menjadi Rp 45/kg. Karena kabar (penundaan impor) ini," jelasnya.
Hal serupa terjadi di Cianjur. Minimnya stok bawang putih impor di pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, menyebabkan harga eceran mengalami kenaikan dari Rp25.000 per kilogram menjadi Rp55.000 per kilogram.
"Kenaikan sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir karena pengaruh merebaknya virus corona dan larangan impor barang dari China, sehingga stok bawang putih minim di pasaran," kata Arif pedagang bawang putih di Pasar Induk Pasirhayam Cianjur pada wartawan, Kamis 6 Februari 2020 seperti dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan, tingginya harga pembelian dari agen yang semula per karung dengan berat 20 kilogram hanya Rp450.000 menjadi Rp960.000 per karung, sehingga harga eceran pun mengalami kenaikan.
Meskipun harga naik, tidak ditunjang dengan stok yang memadai, sehingga stok pedagang di pasaran per hari tidak lebih dari 10 kilogram. Sehingga untuk menutupi kebutuhan pedagang terpaksa berbelanja bawang putih lokal yang harganya cukup tinggi.
"Untuk menutupi kebutuhan, kami pakai bawang putih lokal yang harganya hampir sama dengan impor. Saat ini per hari kami hanya mendapat jatah 10 sampai 20 kilogram dari distributor," katanya.
Meskipun mengalami kenaikan, tambah dia, tingkat pemakaian hanya sedikit mengalami penurunan."Untuk penjualan masih lumayan tidak sampai sampai menurun drastis," katanya.
Hal senada terucap dari Sulaeman pedagang bawang putih di Pasar Muka-Ramayana, sejak satu pekan terakhir, pedagang kesulitan untuk mendapatkan stok bawang putih impor yang harganya lebih murah dari bawang putih lokal.
Minimnya pasokan bawang putih impor asal Tiongkok itu, ungkap dia, disebabkan adanya pemberhentian impor sementara karena merebaknya virus corona di China dan ditakutkan menyebar ke negara terdekat.
"Informasi dari distributor impor bawang putih untuk sementara dihentikan karena merebaknya virus corona di China. Ini menyebabkan stok minim dan berdampak terhadap harga yang melambung," katanya.
Dia dan ratusan pedagang di Cianjur, berharap pemberhentian impor tersebut tidak berlangsung lama agar harga bawang putih di pasaran kembali normal dengan stok melimpah seperti biasa. (ara)
Foto: Antara
Foto: Antara
No comments:
Post a Comment