Laporan Achmad Supardi dari Australia
BRISBANE (DutaJatim.com) - Warga terdampak mendapatkan debit card. Inilah debit card yang sangat spesifik. Tak bisa untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan tak pula bisa digunakan untuk berjudi. Tak hanya itu, debit card ini juga hanya bisa digunakan untuk berbelanja di wilayah penerima saja, tak bisa dipakai untuk berbelanja di tempat lain.
Hasilnya luar biasa. Uang yang tersimpan dalam debit card itu terpakai untuk membeli kebutuhan dapur di grocery shop lokal, membeli daging di butcher lokal, membeli bensin di SPBU lokal, membayar obat di toko obat lokal, dan lainnya yang serba lokal.
Debit card yang dananya didapat dari donasi beragam kalangan itu bukan hanya membantu pribadi-pribadi yang mendapatkan bantuan, namun juga menggerakkan perekonomian lokal. Mekanisme serupa akan diberlakukan untuk penyaluran bantuan bagi para korban bushfire dan kekeringan yang didapat dari acara Bushfire and Drought Appeal Indonesia Fundraising Night yang digelar di Australian International Islamic College (AIIC), Sabtu malam, 29 Februari 2020.
Sekitar 400-an orang dari beragam warna kulit, agama, dan kebangsaan duduk mengelilingi meja-meja yang ditata rapi di hall AIIC. Mereka menikmati tampilan angklung dari para siswa Indonesia di Ironside State School dan beragam atraksi seni dari Seharum Nusantara, Viva Lestari, Rindik Balinese Instrumental, dan Kusuma Indonesia Community Australia (KICA).
Sambil menikmati sajian khas nasi kapau lengkap dari Sendok Garpu dan beragam jajanan Indonesia, hadirin bisa membeli kupon raffle. Kupon ini diundi untuk mendapatkan sejumlah hadiah dari sponsor.
Tentu keberadaan hadiah ini hanya untuk memeriahkan acara saja karena yang utama adalah terkumpulnya dana untuk disumbangkan pada korban bushfire dan kekeringan.
“Selain dari tiket gala dinner yang dijual 35 dollar Australia per orang dan raffle, dana juga didapat dari silent auction alias lelang sunyi. Jadi, hadirin menuliskan tawaran harga mereka atas barang-barang yang kami pajang dekat pintu masuk. Tawaran harga tertinggi menjadi pemenangnya,” kata Rizka Laya, salah satu panitia.
Penggalangan dana untuk korban bushfire dan kekeringan ini bukan yang pertama oleh komunitas Indonesia di Australia. Sebelumnya, kegiatan serupa juga dilaksanakan di Darwin, Adelaide, dan Sydney. Di Brisbane sendiri juga sudah dilakukan penggalangan dana dengan menjual makanan khas Indonesia yang digawangi oleh Bakso Rawit Ani.
“Saat ini bushfire memang sudah padam, namun justru inilah periode yang sangat penting. Masyarakat yang terdampak sedang mulai menata kembali kehidupan mereka sehingga butuh bantuan kita,” kata Noel Pranoto, Ketua Indonesian Diaspora Network di Queensland.
Di sinilah keputusan menggandeng Rotary Club menjadi keputusan tepat. Pendekatan Rotary dalam menyalurkan bantuan terbilang presisi dan menyeluruh.
Dalam beberapa tahun terakhir mereka menyalurkan bantuan untuk warga terdampak kekeringan dan bushfire bekerja sama dengan Rural Financial Adviser (RFA) di masing-masing kota kecil atau wilayah pedesaan.
RFA inilah yang biasanya tahu persis warga yang paling membutuhkan, jenis bantuan yang dibutuhkan, dan apakah mereka menerima bantuan dari pihak lain atau tidak.
Dengan demikian, bantuan sampai kepada yang membutuhkan, tidak tumpang tindih, dan hadir dalam bentuk yang paling dibutuhkan.
Beberapa waktu lalu, misalnya, komunitas Indonesia di Brisbane dan sekitarnya turut serta dalam penggalangan dana yang akhirnya dirupakan bantuan air minum untuk warga terdampak kekeringan dan bushfire di Stanthorpe dan sekitarnya.
“RFA biasanya yang memberi tahu kami ke mana bantuannya sebaiknya diberikan. Hasil donasi malam ini juga akan kami koordinasikan dengan RFA untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan,” kata Lester Drew, Sekretaris Rotary Archerfield.
Dari komunitas Indonesia di antaranya tampak perwakilan dari NU, Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB), Indonesian Muslim Center of Queensland, Indonesian Catholic Family, kelompok-kelompok kesenian, dan beragam kelompok lainnya.
“Tidak ada yang meminta bencana. Tugas kita adalah membantu semampu kita terhadap mereka yang sedang tertimpa bencana. Saat orang butuh, kita menolong seperti diperintahkan oleh Allah SWT ‘tolong menolonglah kalian dalam urusan yang baik dan ketakwaan’,” kata Badai Aqrandista, imam dari Association of Islamic Dakwah in Queensland. (*)
Foto-foto oleh: Rifki Sanahdi
1. Konjen RI di Sydney, Heru Subolo, bermain angklung Bersama siswa Ironside State School dalam Bushfire and Drought Appeal Indonesia Fundraising Night di Brisbane, Sabtu (29/2).
2. Noel Pranoto (kanan), Ketua Indonesian Diaspora Network di Queensland dan Achmad Supardi.
3. Sekitar 400 orang warga keturunan Indonesia dan beragam elemen masyarakat Queensland menghadiri Bushfire and Drought Appeal Indonesia Fundraising Night di Brisbane, Sabtu (29/2).
No comments:
Post a Comment