JAKARTA (DutaJatim.com) - Obat yang dimaksud oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa diterapkan untuk mengobati pasien corona atau covid-19 adalah Avigan dan Chloroquine. Avigan merupakan obat flu.
Berbicara dalam konferensi pers melalui video live steaming, Jokowi menegaskan obat ini telah dicoba oleh beberapa negara dan dinyatakan telah berhasil menyembuhkan pasien corona. Indonesia pun telah memesan obat-obatan tersebut sebanyak dua juta.
"Pemerintah juga telah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara untuk bisa mengobati Covid-19," kata Jokowi.
Berikut penjelasan Presiden Jokowi:
"Mengenai antivirus sampai sekarang belum ditemukan dan ini yang saya sampaikan itu tadi obat. Obat ini sudah dicoba oleh 1,2,3 negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan, kita telah mendatangkan 5.000 dan dalam proses pemesanan 2 juta."
"Kedua, Chloroquine. Ini kita telah siap 3 juta, kecepatan ini yang kita ingin sampaikan kita tidak diam tapi mencari hal-hal, info-info apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan Covid-19."
Mengutip dari CNBC Indonesia, obat flu bermerek Avigan diproduksi Fujifilm Toyama Chemical, anak usaha Fujifilm Holdings Corporation. Direktur Pusat Nasional China untuk Pengembangan Bioteknologi, Zhang Xinmin, dalam konferensi pers dikutip dari Nikkei Asian Review, Rabu (18/3/2020), mengatakan, obat itu aman. "Sangat aman dan jelas efektif," katanya.
Fujifilm Toyama mengembangkan obat ini pada 2014. Avigan sudah diberikan pada pasien corona di Jepang sejak Februari. Uji klinis juga sudah dilakukan pada 200 pasien di rumah sakit Wuhan dan Shenzhen. Hasilnya, mereka negatif dalam waktu singkat dan gejala pneumonia sangat berkurang.
Menurut Zhang, pasien yang memakai favipiravis dites negatif setelah empat hari. Sementara pengguna obat lain 11 hari. Sementara itu, dari percobaan klinis di Wuhan, pasien yang diobati favipiravir sembuh dari demam dalam 2,5 hari. Sementara pasien lain 4 hari.
Gejala batuk membaik dalam 4 hari, lebih awal dibanding mereka yang tidak minum obat. Avigan sendiri, diatur khusus oleh pemerintah Jepang, di mana ia hanya bisa digunakan jika influenza jenis baru muncul.
Pasalnya ada studi yang mengatakan ia rentan membuat kegagalan janin. Tapi hal ini tak dijelaskan oleh Zhang.
Sementara itu, kini China dikabarkan mulai memproduksi favipiravir secara serius. Namun Fujifilm mengatakan perusahaan tidak ikut dalam uji klinis itu. Meski demikian, sebelumnya Fujifilm memang melakukan perjanjian paten dengan perusahaan China, Zhejiang Hisun Pharmaceutical di 2016. Tapi dibatalkan 2019 lalu. (cnbci)
Foto: NHK
No comments:
Post a Comment