Jennifer Haller saat disuntik untuk uji coba vaksin anti-Corona.
JAKARTA (DutaJatim.com) - Juru Bicara Khusus Pemerintah untuk Penanganan Corona Covid-19, Achmad Yurianto, menyebut hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang definitif untuk menyembuhkan virus Corona atau Covid-19.
"Sampai dengan hari ini, riset penelitian yang dilakukan oleh WHO dengan menghimpun semua ahli virus di dunia, masih belum mendapatkan suatu kesepakatan yang bisa dijadikan standar dunia terkait dengan pengobatan spesimen definitif terhadap Covid-19," kata Yurianto dalam konferensi pers di akun youtube BNPB.
Yurianto mengakui memang ada beberapa uji coba dilaksanakan di beberapa negara untuk vaksin dan obat virus Corona. Namun, hingga saat ini, uji coba di berbagai negara tersebut belum menjadi suatu standar dunia sebagai vaksin atau obat virus Corona.
Uji cova vaksin anti-Corona di Amerika.
"Oleh karena itu, hingga saat ini secara definitif draft of choice obat yang pilihan untuk Covid-19 belum didapatkan. Demikian juga untuk vaksin belum didapatkan," ujarnya.
Sejauh ini, kata Yurianto, pasien yang sembuh dari virus Corona sebagian besar lantaran faktor imunitas yang baik dari pasien. "Sehingga faktor inilah yang menentukan kesembuhannya," ujarnya.
Ia pun berharap secepatnya para ahli virus menemukan vaksin atau obat yang definitif terhadap virus Corona atau Covid-19. "Mudah-mudahan bisa memberikan hasil dalam waktu tidak terlalu lama, dan bisa kita gunakan bersama," ujarnya.
Uji Coba di AS dan China
Hingga saat ini vaksin Corona masih diuji coba di Amerika Serikat dan china. Beberapa waktu lalu seorang wanita pun telah mengajukan diri sebagai partisipan.
Wanita bernama Jennifer Haller asal Amerika Serikat baru saja diberikan suntikan pertama virus Corona. Ia bersedia mempertaruhkan kesehatannya untuk menemukan obat dari virus Covid-19 yang pertama kali berkembang di Wuhan, China.
Oleh para peneliti Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle, Jennifer akan menjadi bahan uji coba eksperimental untuk vaksin yang diharapkan bisa menyelamatkan banyak orang di dunia.
"Kita semua merasa tidak berdaya. Ini adalah kesempatan baik untukku melakukan sesuatu," kata Jennifer selagi menunggu disuntik.
Setelah disuntik tampaknya Jennifer tidak langsung merasakan efek yang signifikan. Dalam rekaman video, wanita itu masih bisa tersenyum dan mengatakan, "Aku merasa baik".
Wanita 43 tahun tersebut merupakan ibu dari dua anak remaja. Menjadi bahan percobaan, Jennifer Haller mengaku didukung oleh kedua anaknya untuk berpartisipasi dalam studi ini. Selain Jennifer, ada 43 orang lain yang juga akan disuntik virus Corona untuk menemukan vaksin yang bisa menyembuhkan para pasien.
Momen tersebut merupakan sebuah loncatan besar dalam upaya pencegahan dan penyembuhan virus Corona yang telah menjadi pandemi dunia. Berbagai studi lain pun sedang dilakukan untuk mengetahui cara tepat mengatasinya. Meski begitu, dikatakan jika vaksin tidak bisa ditemukan dalam waktu dekat. Menurut studi, paling tidak butuh setahun untuk dapat membuat vaksin virus Corona.
"Kami tidak tahu apakah vaksi ini akan menimbulkan respon pada imun atau apakah ini aman. Itulah mengapa kita melakukan uji coba. Ini bukan tahap di mana akan mungkin atau bijaksana untuk memberikannya pada populasi umum," kata peneliti.
Uji coba itu dimulai di Seattle, Amerika Serikat (AS), melibatkan 45 orang yang menjadi relawan. Seperti dilansir AFP, Selasa (17/3/2020), meski uji coba telah dimulai pada Senin (16/3) waktu setempat, diketahui masih dibutuhkan waktu lama, sekitar setahun hingga 18 bulan ke depan, sebelum vaksin akan tersedia untuk umum setelah fase uji coba membuktikan vaksin itu bekerja dengan baik dan aman bagi manusia.
Vaksin yang diberi nama mRNA-1273 itu dikembangkan oleh para ilmuwan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) dan para kolaborator dari sebuah perusahaan bioteknologi bernama Moderna, yang berkantor di Cambridge, Massachusetts.
"Uji coba label terbuka akan melibatkan 45 relawan dewasa yang sehat, yang berusia 18-55 tahun, selama kurang lebih 6 pekan," jelas NIH dalam keterangannya. "Partisipan pertama akan menerima vaksin investigatif hari ini," imbuh NIH.
Pendanaan untuk vaksin ini dilakukan oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Wabah (CEPI) yang berkantor di Oslo, Norwegia.
Pemerintah China juga telah memberikan lampu hijau kepada para peneliti di negaranya untuk memulai uji coba vaksin eksperimental virus Corona. Uji coba dilakukan untuk memeriksa keamanan vaksin ini bagi manusia.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (18/3/2020), para peneliti di Akademi Sains Medis Militer China -- yang masih berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) -- telah menerima persetujuan untuk meluncurkan tahap awal uji coba klinis terhadap vaksin potensial mulai awal pekan ini. Hal tersebut dilaporkan oleh media Partai Komunis China, People's Daily.
Informasi detail soal uji coba yang dilakukan China, seperti tercantum dalam database registrasi uji coba klinis, menunjukkan bahwa uji coba 'Fase 1' akan memeriksa apakah suntikan vaksin eksperimental ini akan aman pada manusia. Uji coba akan melibatkan 108 orang yang sehat dan akan berlangsung antara 16 Maret hingga 31 Desember mendatang.
Menurut database, uji coba klinis ini akan dilakukan oleh Akademi Sains Medis Militer China dan perusahaan bioteknologi asal Hong Kong, Cansino Biologics. Para pakar pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyatakan mereka tidak mengharapkan vaksin yang telah sepenuhnya diuji dan disetujui akan masuk ke pasaran sampai pertengahan tahun depan. (vvn/det)
No comments:
Post a Comment