Kepala Perwakilan BI Jatim Difi Ahmad Johansyah
SURABAYA (DutaJatim.com) – Saat ini wabah virus corona baru atau COVID-19 masih menerjang Indonesia termasuk Jatim hingga membuat ekonomi di semua sektor kedodoran. Namun Bank Indonesia (BI) Jatim optimistis perekonomian di wilayah ini akan segera pulih pasca wabah COVID-19. Apalagi banyak negara, termasuk Indonesia, sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam menghadapi penyebaran virus asal Wuhan Tiongkok tersebut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah, menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 diperkirakan mengalami kontraksi akibat COVID-19. Namun ekonomi diprediksi kembali tumbuh tinggi pada 2021.
"Kami optimistis perekonomian Jawa Timur akan recovery lebih cepat, sejalan dengan respon penanganan COVID-19 dari berbagai pihak, baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta dukungan masyarakat secara umum," kata dia, Rabu (29/4/2020).
Di sisi lain, kondisi inflasi juga relatif stabil dan terjaga dalam rentang target inflasi nasional yakni 3,1 persen. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga stabilitas harga, ketersediaan pasokan serta kelancaran distribusi pangan di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Brsar (PSBB) di sejumlah wilayah.
"Kami mengapresiasi Pemprov Jawa Timur yang telah meresmikan Lumbung Pangan Jatim untuk memastikan tersedianya pasokan pangan dengan harga yang stabil. Lumbung Pangan Jatim ini mampu mendukung pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Jawa Timur," katanya.
BI Jatim, kata dia, akan terus bersinergi dengan Pemprov Jatim dan otoritas terkait dalam melakukan pemantauan, asesmen, dan mitigasi dampak COVID-19 terhadap stabilitas ekonomi di Jatim.
"Kami juga terus berupaya untuk mendorong sektor riil (UMKM dan Pesantren) melalui peningkatan kapasitas secara digital. Beberapa pelatihan terus dilakukan secara digital agar UMKM mampu bertahan selama pandemi COVID-19," kata Difi.
Sementara itu, Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Jatim Harmanta menyatakan, optimisme pemulihan ekonomi Jatim tersebut didukung dengan hasil asesmen Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang menunjukkan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 diprediksi kontraksi sebesar -3%. "Namun diperkirakan akan kembali tumbuh tinggi sebesar 5,8% pada tahun 2021," ujarnya.
Kelancaran Sistem Pembayaran
Di tengah wabah COVID-19 BI Jatim juga memastikan ketersediaan uang rupiah di masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 1441 Hijriyah. BI Jatim juga melibatkan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR) dalam pendistribusian uang layak edar.
"Kegiatan penukaran uang layak edar selama Ramadhan dan Idul Fitri dapat dilakukan melalui Perbankan. Kami memastikan uang layak edar tersebut telah terjaga kebersihannya sesuai dengan protokol COVID-19," kata Difi Ahmad Johansyah.
Menurut Difi, dalam mendukung transaksi non tunai dalam situasi pandemi virus corona, pihaknya telah mengeluarkan sejumlah ketentuan relaksasi kebijakan sistem pembayaran. Antara lain, kebijakan penyesuaian tarif Merchant Discount Rate (MDR) untuk pelaku usaha mikro. Kemudian kebijakan pelonggaran kartu kredit efektif per 1 Mei 2020.
“Kami mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam menangani penyebaran dan dampak COVID-19. Termasuk kebijakan PSBB di sejumlah wilayah. Kami akan terus mengawal kelancaran sistem pembayaran dan menjaga ketersediaan uang rupiah di Jatim," kata Difi.
Sementara itu, Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Rupiah (PUR) Layanan dan Informasi BI Jatim Imam Subarkah menambahkan, pihaknya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau money changer di Jatim. Ini bertujuan meminimalisir terjadinya tumpukan transaksi di kemudian hari.
"Sampai dengan 27 April 2020, terdapat 6 dari 65 KUPVA BB di Jatim telah menutup sementara kegiatan usahanya. Dan sejak akhir Maret 2020 transaksi KUPVA BB mengalami penurunan hingga 80 persen dari kondisi normal," kata dia.
Sementara itu, transaksi Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (PTD BB) secara umum masih stabil. Terdapat satu negara partner yaitu Timor Leste yang masih melakukan lockdown. Sehingga transaksi PTD dari negara tersebut turun hingga 70 persen. Sedangkan untuk PTD dari Hongkong dan Taiwan tidak terjadi penurunan transaksi. (tis)
No comments:
Post a Comment